1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Negara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga negaranya. Di dalam menjalankan kewajibannya tersebut, negara memiliki organ pemerintah yang memiliki kewenangan mendelegasikan sebagian tugas kepada organnya agar perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat sebagaimana diharapkan dapat terwujud. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN), notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam membuat akta otentik. 5 Setiap masyarakat membutuhkan seseorang (figur) yang keteranganketerangannya dapat diandalkan, dapat dipercaya, yang tanda tangannya serta segelnya (capnya) memberikan jaminan dan bukti kuat seorang ahli yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya (onkreukbaar atau unimpeachble). 6 Sebagai seorang pejabat umum, notaris harus dan wajib memahami dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini merupakan suatu hal yang mutlak mengingat jabatan notaris merupakan jabatan yang mengemban kepercayaan dari masyarakat dan produk hukum yang dikeluarkannya 5 Lihat Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. 6 Tan Thong Kie, 2000, Buku I Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hlm. 162.
2 memiliki kedudukan yang penting dalam proses penegakan hukum khususnya sebagai alat pembuktian. Selain hal tersebut notaris terikat untuk memenuhi tuntutan standar etika dalam menjalankan jabatannya. Untuk mendukung profesinya selain hal-hal yang bersifat teknis dalam pembuatan akta, notaris wajib memenuhi aturan yang bersifat etika moralitas. Idealnya untuk mendukung profesinya, seorang notaris harus senantiasa berperilaku dan bertindak sesuai dengan kode etik profesi notaris untuk menjaga harkat dan martabat notaris serta utamanya untuk menjaga kepercayaan terhadap masyarakat, namun demikian dengan semakin banyaknya orang yang memilih dan menjalani profesi notaris, munculnya pelanggaran terkait profesi jabatan dan persaingan tidak sehat memerlukan komitmen yang kuat dari notaris untuk tetap berpegang teguh pada norma yang diatur khususnya mengenai pelaksaaan dan penerapan etika profesi. Sebagai contoh larangan-larangan yang berhubungan dengan etika profesi yang menjurus pada persaingan tidak sehat adalah menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah yang lebih rendah dari honorarium yang telah ditetapkan, bekerja sama dengan biro jasa/orang/badan Hukum yang pada hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau mendapatkan klien, menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah dipersiapkan oleh pihak lain, membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga,
3 membuat papan nama melebihi ketentuan yang diatur dan lain sebagainya. 7 Keberadaan kode etik profesi notaris diatur oleh organisasi profesi notaris dalam hal ini Ikatan Notaris Indonesia (INI) sebagai wadah tunggal tempat berhimpunnya notaris Indonesia. Ditunjuknya INI sebagai wadah tunggal organisasi profesi notaris Indonesia tersebut diatur dalam Pasal 82 ayat (1) UUJN. Oleh karena itu dengan adanya penerapan kode etik dari organisasi profesi notaris, disamping kaidah hukum yang ditetapkan dalam UUJN diharapkan notaris dapat mewujudkan profesi notaris sebagai sebuah profesi yang mulia (officium nobile). Tuntutan pemenuhan etika moralitas, disamping pada peraturan jabatan notaris menjadi penting karena berhubungan dengan kepercayaan masyarakat terhadap pengguna jasa notaris sebagaimana dinyatakan oleh Abdul Ghofur Anshori sebagai berikut 8 : Ikatan Notaris Indonesia (INI) sebagai organisasi pejabat umum yang profesional dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas ilmu maupun moral serta senantiasa menjunjung tinggi keluhuran martabat notaris. Dapat dikatakan masalah idealisme moral dalam hukum, kepercayaan kepada hukum dan sebagainya tetap merupakan modal yang sangat penting dalam suatu negara berdasarkan hukum. Agar kaum profesional mendapatkan otoritas moralnya, mereka harus dapat dipercaya. Agar dapat dipercaya, kaum profesional harus membuat kepentingan klien menjadi kepentingan mereka. Tuntutan ini keluar dari hakikat kepercayaan. Kepercayaan adalah harapan orang yang percaya bahwa orang yang dipercaya akan bertindak demi orang yang memberikan kepercayaan. Karena dalam hubungan ini profesional merupakan pihak yang dipercaya maka profesional harus mengerahkan tindakannya demi kebaikan klien agar pantas mendapatkan kepercayaan klien. 7 Sebagaimana diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia. 8 Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, UII-Press, Yogyakarta, hlm. 144.
4 Dalam sambutan pada pelantikan notaris di Kabupaten Sleman pada tahun 2011, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta menyampaikan harapannya supaya notaris baru dapat memegang teguh sumpahnya karena sampai saat ini jumlah notaris di kabupaten Sleman telah mencapai 143 notaris. Jumlah ini merupakan jumlah terbanyak dari satu kabupaten dimana jumlah seluruh notaris sampai saat ini adalah 360 notaris di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat bahkan banyak yang terkait dengan kasus hukum. 9 Pada tahun 2013 jumlah notaris di Kabupaten Sleman telah mencapai 153 orang dan masih menduduki peringkat sebagai daerah dengan notaris yang paling banyak jumlahnya 10, sedangkan luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar 18% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang secara administratif terdiri 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun. 11 Data tersebut di atas telah penulis konfirmasi dan dikuatkan oleh Suwarno dari Kementerian Hukum dan HAM selaku Ketua Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Sleman. Padatnya jumlah notaris dalam wilayah Kabupaten Sleman yang luasnya hanya 18% dari luas Propinsi DIY memerlukan komitmen untuk selalu memegang teguh kode etik menjadi hal mutlak bagi notaris untuk menghindari adanya praktik persaingan tidak sehat yang mengarah pada 9 Kementerian Hukum dan HAM kanwil Daerah Istimewa Yogyakarta, Pelantikan Notaris di Kabupaten Sleman, http://www.kumham-jogja.info, diakses pada tanggal 29 April 2013. 10 Sumendro, 2013, Jumlah Notaris di Kabupaten Sleman, Wawancara, Sleman, 30 April. 11 Pemerintah Kabupaten Sleman, Letak dan Luas Wilayah, http://www.slemankab.go.id, diakses pada tanggal 29 April 2013.
5 perbuatan pelanggaran dan atau perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan dijatuhkannya sanksi terhadap notaris dalam menjalankan jabatannya. Kode etik profesi notaris, disusun oleh organisasi profesi notaris, Ikatan Notaris Indonesia (INI). Pasal 1 angka (2) Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia (INI) menyatakan: Kode etik notaris dan untuk selanjutnya akan disebut kode etik adalah seluruh kaedah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut Perkumpulan berdasarkan keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai notaris, termasuk di dalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris Penggati Khusus. Ikatan Notaris Indonesia (INI) sebagai perkumpulan organisasi bagi para notaris mempunyai peranan yang sangat penting dalam penegakkan pelaksanaan kode etik profesi bagi Notaris. Di dalam ketentuan kode etik tersebut, INI telah secara tegas dan nyata memberikan kewenangan pengawasan melalui badan yang disebut sebagai dewan kehormatan. Dewan kehormatan adalah alat perlengkapan organisasi sebagai suatu badan atau lembaga yang mandiri dan bebas dari keberpihakan yang memiliki tugas untuk : 1. Melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;
6 2. Memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung; 3. Memberikan saran dan pendapat kepada majelis pengawas atas dugaan pelanggaran kode etik dan jabatan notaris. Peranan penting dari dewan kehormatan tersebut perlu ditinjau kembali apakah badan pengawasan yang dibentuk oleh Perkumpulan telah melakukan tugas pokok dan fungsinya dalam menjalankan pengawasan secara efektif. Fokus dalam penelitian ini adalah eksistensi dewan kehormatan daerah di Kabupaten Sleman dalam melakukan pengawasan oleh karena itu maka perlu dikaji peranan badan perkumpulan dan kendala-kendalanya tersebut terhadap pengawasan yang dilakukan di Kabupaten Sleman sebagai daerah dengan jumlah notaris yang paling banyak. Perlu dicermati juga terhadap pengaturan pengawasan kedudukan dewan kehormatan daerah dalam menjalankan fungsinya mengingat bahwa peranan pengawasan terhadap notaris yang melakukan pelanggaran dalam menjalankan jabatannya juga terdapat badan majelis pengawas notaris yang diberikan kewenangan oleh UUJN. 12 Mekanisme pengawasan yang terus menerus dan jelas dalam pengaturan kedudukan terhadap Notaris di dalam menjalankan tugas dan jabatannya, baik yang bersifat preventif dan kuratif merupakan harapan agar notaris dalam menjalankan jabatannya selalu sesuai dengan kaidah 12 Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
7 hukum yang mendasari kewenangannya dan dapat terhindar dari penyalahgunaan kewenangan atau kepercayaan yang diberikan. Pelaksanaan tugas dan jabatan Notaris harus selalu dilandasi pada suatu integritas dan kejujuran yang tinggi dari pihak Notaris sendiri karena hasil pekerjaanya yang berupa akta-akta maupun pemeliharaan protokolprotokol sangat penting dalam penerapan hukum pembuktian, yaitu sebagai alat bukti otentik yang dapat menyangkut kepentingan bagi pencari keadilan baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan suatu usaha, maka pelaksanaan tugas dan jabatan Notaris harus didukung oleh suatu itikad moral yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karenanya yang menjadi tugas pokok pengawasan adalah agar segala hak dan kewenangan maupun kewajiban yang diberikan kepada Notaris dalam menjalankan tugasnya sebagaimana yang diberikan oleh peraturan dasar yang bersangkutan, senantiasa dilakukan diatas jalur yang telah ditentukan bukan saja jalur hukum tetapi juga atas dasar moral dan etika profesi demi terjaminya perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat pengguna jasa Notaris. Berdasarkan pada latar belakang diatas maka peneliti berminat untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam penelitian dengan judul Eksistensi Dewan Kehormatan Daerah dalam Pengawasan Terhadap Notaris Di Kabupaten Sleman (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris).
8 B. Rumusan Masalah Penelitian 1. Bagaimanakah kedudukan dewan kehormatan daerah dalam pengawasan terhadap notaris di Kabupaten Sleman? 2. Apa sajakah faktor penunjang dan penghambat yang dihadapi oleh dewan kehormatan daerah dalam melakukan pengawasan terhadap notaris di Kabupaten Sleman? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan dengan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengkaji kedudukan dewan kehormatan daerah dalam pengaturan pengawasan terhadap notaris di Kabupaten Sleman. 2. Untuk mengkaji faktor penunjang dan penghambat apa sajakah yang dihadapi oleh dewan kehormatan daerah dalam melakukan pengawasan terhadap notaris di Kabupaten Sleman. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan wacana dan sumbangan pemikiran di bidang ilmu hukum, khususnya di bidang ilmu kenotariatan, serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis.
9 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para notaris dan masyarakat sebagai bahan kajian ilmiah dan pertimbangan terkait peran dan fungsi dewan kehormatan daerah dalam melakukan pengawasan terhadap profesi notaris. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, dengan melakukan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penelitian dengan judul : Eksistensi Dewan Kehormatan Daerah dalam Pengawasan Terhadap Notaris Di Kabupaten Sleman (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris), belum pernah dilakukan namun demikian berdasarkan penelusuran kepustakaan tersebut terdapat beberapa hasil penelitian yang terkait dengan judul penelitian ini antara lain: 1. Peranan Dewan Kehormatan Daerah dan Majelis Pengawas Daerah Terhadap Penegakan Kode Etik Notaris Di Kabupaten Bantul yang ditulis oleh Mahdiati Fauziah Permatasari. 13 Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana kedudukan dewan kehormatan daerah dan majelis pengawas daerah dalam penegakan kode etik notaris di wilayah Kabupaten Bantul? 13 Mahdiati Fauziah Permatasari, 2011, Peranan Dewan Kehormatan Daerah dan Majelis Pengawas Daerah Terhadap Penegakan Kode Etik Notaris Di Kabupaten Bantul, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.
10 b. Bagaimana upaya penegakan kode etik notaris oleh kedudukan dewan kehormatan daerah dan majelis pengawas daerah dalam penegakan kode etik notaris di wilayah Kabupaten Bantul? 2. Peran Dewan Kehormatan Dalam Penegakan Kode Etik Notaris Di Kota Padang yang ditulis oleh Minar Maryanti 14 dengan rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana peranan dewan kehormatan daerah dalam penegakan kode etik notaris menurut kode etik Ikatan Notaris Indonesia di Kota Padang? b. Apakah kendala dalam penegakan kode etik notaris menurut kode etik Ikatan Notaris Indonesia di kota Padang? Adapun perbedaan dari penelitian diatas dengan penelitian yang disusun oleh penulis adalah bahwa penulisan yang penulis susun mengkaji kedudukan dewan kehormatan daerah dalam pengaturan pengawasan terhadap notaris di Kabupaten Sleman dan kendala apa sajakah yang dihadapi oleh dewan kehormatan daerah dalam melakukan pengawasan terhadap notaris di Kabupaten Sleman. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan apa yang akan penulis teliti dari penelitian yang dilakukan sebelumnya dari tempat lokasi penelitian yang dijadikan obyek penelitian adalah Kabupaten Sleman. Permasalahan yang diangkat oleh penulis lebih menitik beratkan pada kedudukan dewan kehormatan di Kabupaten Sleman dalam melakukan pengawasan terhadap notaris. Apabila memang 14 Minar Maryanti, 2009, Peran Dewan Kehormatan Dalam Penegakan Kode Etik Notaris Di Kota Padang, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.
11 memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya, maka penelitian yang dilakukan oleh penulis saat ini diharapkan dapat melengkapi penelitian terdahulu.