BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik Profesi Notaris sebagai rambu yang

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam hal kepemilikan tanah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

B A B V P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

umum, ini dikuatkan lagi dengan akta yang dikeluarkan adalah alat bukti pemerintah dalam menjalankan jabatannya.

BAB III PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelanggaran Kode Etik dan Undang-Undang Jabatan Notaris yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

A. Latar Belakang Masalah Di ambang abad ke-21 ditandai dengan bertumbuhnya saling

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Peraturan Jabatan Notaris berisi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

PERUBAHAN KODE ETIK NOTARIS KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan budaya manusia yang telah mencapai taraf yang luar biasa. Di

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dikarenakan berkembangnya globalisasi kehidupan. Segala

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

KODE ETIK NOTARIS IKATAN NOTARIS INDONESIA (I.N.I)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar bagi kehidupan manusia. Manusia akan beralih dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah berdirinya Negara Indonesia, para Foundingfathers (para pendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

KODE ETIK NOTARIS IKATAN NOTARIS INDONESIA (I.N.I.) BAB I KETENTUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. Tinjauan meengenai..., Dini Dwiyana, FH UI, Universitas Indonesia

TANGGUNG JAWAB NOTARIS YANG MENCANTUMKAN LAMBANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA KARTU NAMA NOTARIS RESUME TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Pelaksanaan tugas jabatan notaris harus berpedoman pada kaidah hukum dan

BAB I PENDAHULUAN. otentik guna tercapainya kepastian hukum. Peran Notaris dalam sektor. Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asasi Manusia Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan

ETIK UMB ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI (MATERI TAMBAHAN) Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi AKUNTANSI MANAJEMEN

TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESINYA. Oleh : Elviana Sagala, SH, M.Kn Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK

ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL KONGRES XIX IKATAN NOTARIS INDONESIA JAKARTA, 28 JANUARI 2006

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB II HUBUNGAN ANTARA PENEGAKAN KODE ETIK NOTARIS DENGAN KEBERADAAN UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS TERHADAP PROFESI PEKERJAAN NOTARIS

BERITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip dari negara hukum tersebut antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Setelah dilakukan penelitian sebagaimana terurai dalam hasil

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Negara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga negaranya. Di dalam menjalankan kewajibannya tersebut, negara memiliki organ pemerintah yang memiliki kewenangan mendelegasikan sebagian tugas kepada organnya agar perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat sebagaimana diharapkan dapat terwujud. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN), notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam membuat akta otentik. 5 Setiap masyarakat membutuhkan seseorang (figur) yang keteranganketerangannya dapat diandalkan, dapat dipercaya, yang tanda tangannya serta segelnya (capnya) memberikan jaminan dan bukti kuat seorang ahli yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya (onkreukbaar atau unimpeachble). 6 Sebagai seorang pejabat umum, notaris harus dan wajib memahami dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini merupakan suatu hal yang mutlak mengingat jabatan notaris merupakan jabatan yang mengemban kepercayaan dari masyarakat dan produk hukum yang dikeluarkannya 5 Lihat Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. 6 Tan Thong Kie, 2000, Buku I Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hlm. 162.

2 memiliki kedudukan yang penting dalam proses penegakan hukum khususnya sebagai alat pembuktian. Selain hal tersebut notaris terikat untuk memenuhi tuntutan standar etika dalam menjalankan jabatannya. Untuk mendukung profesinya selain hal-hal yang bersifat teknis dalam pembuatan akta, notaris wajib memenuhi aturan yang bersifat etika moralitas. Idealnya untuk mendukung profesinya, seorang notaris harus senantiasa berperilaku dan bertindak sesuai dengan kode etik profesi notaris untuk menjaga harkat dan martabat notaris serta utamanya untuk menjaga kepercayaan terhadap masyarakat, namun demikian dengan semakin banyaknya orang yang memilih dan menjalani profesi notaris, munculnya pelanggaran terkait profesi jabatan dan persaingan tidak sehat memerlukan komitmen yang kuat dari notaris untuk tetap berpegang teguh pada norma yang diatur khususnya mengenai pelaksaaan dan penerapan etika profesi. Sebagai contoh larangan-larangan yang berhubungan dengan etika profesi yang menjurus pada persaingan tidak sehat adalah menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah yang lebih rendah dari honorarium yang telah ditetapkan, bekerja sama dengan biro jasa/orang/badan Hukum yang pada hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau mendapatkan klien, menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah dipersiapkan oleh pihak lain, membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga,

3 membuat papan nama melebihi ketentuan yang diatur dan lain sebagainya. 7 Keberadaan kode etik profesi notaris diatur oleh organisasi profesi notaris dalam hal ini Ikatan Notaris Indonesia (INI) sebagai wadah tunggal tempat berhimpunnya notaris Indonesia. Ditunjuknya INI sebagai wadah tunggal organisasi profesi notaris Indonesia tersebut diatur dalam Pasal 82 ayat (1) UUJN. Oleh karena itu dengan adanya penerapan kode etik dari organisasi profesi notaris, disamping kaidah hukum yang ditetapkan dalam UUJN diharapkan notaris dapat mewujudkan profesi notaris sebagai sebuah profesi yang mulia (officium nobile). Tuntutan pemenuhan etika moralitas, disamping pada peraturan jabatan notaris menjadi penting karena berhubungan dengan kepercayaan masyarakat terhadap pengguna jasa notaris sebagaimana dinyatakan oleh Abdul Ghofur Anshori sebagai berikut 8 : Ikatan Notaris Indonesia (INI) sebagai organisasi pejabat umum yang profesional dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas ilmu maupun moral serta senantiasa menjunjung tinggi keluhuran martabat notaris. Dapat dikatakan masalah idealisme moral dalam hukum, kepercayaan kepada hukum dan sebagainya tetap merupakan modal yang sangat penting dalam suatu negara berdasarkan hukum. Agar kaum profesional mendapatkan otoritas moralnya, mereka harus dapat dipercaya. Agar dapat dipercaya, kaum profesional harus membuat kepentingan klien menjadi kepentingan mereka. Tuntutan ini keluar dari hakikat kepercayaan. Kepercayaan adalah harapan orang yang percaya bahwa orang yang dipercaya akan bertindak demi orang yang memberikan kepercayaan. Karena dalam hubungan ini profesional merupakan pihak yang dipercaya maka profesional harus mengerahkan tindakannya demi kebaikan klien agar pantas mendapatkan kepercayaan klien. 7 Sebagaimana diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia. 8 Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, UII-Press, Yogyakarta, hlm. 144.

4 Dalam sambutan pada pelantikan notaris di Kabupaten Sleman pada tahun 2011, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta menyampaikan harapannya supaya notaris baru dapat memegang teguh sumpahnya karena sampai saat ini jumlah notaris di kabupaten Sleman telah mencapai 143 notaris. Jumlah ini merupakan jumlah terbanyak dari satu kabupaten dimana jumlah seluruh notaris sampai saat ini adalah 360 notaris di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat bahkan banyak yang terkait dengan kasus hukum. 9 Pada tahun 2013 jumlah notaris di Kabupaten Sleman telah mencapai 153 orang dan masih menduduki peringkat sebagai daerah dengan notaris yang paling banyak jumlahnya 10, sedangkan luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar 18% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang secara administratif terdiri 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun. 11 Data tersebut di atas telah penulis konfirmasi dan dikuatkan oleh Suwarno dari Kementerian Hukum dan HAM selaku Ketua Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Sleman. Padatnya jumlah notaris dalam wilayah Kabupaten Sleman yang luasnya hanya 18% dari luas Propinsi DIY memerlukan komitmen untuk selalu memegang teguh kode etik menjadi hal mutlak bagi notaris untuk menghindari adanya praktik persaingan tidak sehat yang mengarah pada 9 Kementerian Hukum dan HAM kanwil Daerah Istimewa Yogyakarta, Pelantikan Notaris di Kabupaten Sleman, http://www.kumham-jogja.info, diakses pada tanggal 29 April 2013. 10 Sumendro, 2013, Jumlah Notaris di Kabupaten Sleman, Wawancara, Sleman, 30 April. 11 Pemerintah Kabupaten Sleman, Letak dan Luas Wilayah, http://www.slemankab.go.id, diakses pada tanggal 29 April 2013.

5 perbuatan pelanggaran dan atau perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan dijatuhkannya sanksi terhadap notaris dalam menjalankan jabatannya. Kode etik profesi notaris, disusun oleh organisasi profesi notaris, Ikatan Notaris Indonesia (INI). Pasal 1 angka (2) Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia (INI) menyatakan: Kode etik notaris dan untuk selanjutnya akan disebut kode etik adalah seluruh kaedah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut Perkumpulan berdasarkan keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai notaris, termasuk di dalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris Penggati Khusus. Ikatan Notaris Indonesia (INI) sebagai perkumpulan organisasi bagi para notaris mempunyai peranan yang sangat penting dalam penegakkan pelaksanaan kode etik profesi bagi Notaris. Di dalam ketentuan kode etik tersebut, INI telah secara tegas dan nyata memberikan kewenangan pengawasan melalui badan yang disebut sebagai dewan kehormatan. Dewan kehormatan adalah alat perlengkapan organisasi sebagai suatu badan atau lembaga yang mandiri dan bebas dari keberpihakan yang memiliki tugas untuk : 1. Melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik;

6 2. Memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung; 3. Memberikan saran dan pendapat kepada majelis pengawas atas dugaan pelanggaran kode etik dan jabatan notaris. Peranan penting dari dewan kehormatan tersebut perlu ditinjau kembali apakah badan pengawasan yang dibentuk oleh Perkumpulan telah melakukan tugas pokok dan fungsinya dalam menjalankan pengawasan secara efektif. Fokus dalam penelitian ini adalah eksistensi dewan kehormatan daerah di Kabupaten Sleman dalam melakukan pengawasan oleh karena itu maka perlu dikaji peranan badan perkumpulan dan kendala-kendalanya tersebut terhadap pengawasan yang dilakukan di Kabupaten Sleman sebagai daerah dengan jumlah notaris yang paling banyak. Perlu dicermati juga terhadap pengaturan pengawasan kedudukan dewan kehormatan daerah dalam menjalankan fungsinya mengingat bahwa peranan pengawasan terhadap notaris yang melakukan pelanggaran dalam menjalankan jabatannya juga terdapat badan majelis pengawas notaris yang diberikan kewenangan oleh UUJN. 12 Mekanisme pengawasan yang terus menerus dan jelas dalam pengaturan kedudukan terhadap Notaris di dalam menjalankan tugas dan jabatannya, baik yang bersifat preventif dan kuratif merupakan harapan agar notaris dalam menjalankan jabatannya selalu sesuai dengan kaidah 12 Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

7 hukum yang mendasari kewenangannya dan dapat terhindar dari penyalahgunaan kewenangan atau kepercayaan yang diberikan. Pelaksanaan tugas dan jabatan Notaris harus selalu dilandasi pada suatu integritas dan kejujuran yang tinggi dari pihak Notaris sendiri karena hasil pekerjaanya yang berupa akta-akta maupun pemeliharaan protokolprotokol sangat penting dalam penerapan hukum pembuktian, yaitu sebagai alat bukti otentik yang dapat menyangkut kepentingan bagi pencari keadilan baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan suatu usaha, maka pelaksanaan tugas dan jabatan Notaris harus didukung oleh suatu itikad moral yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karenanya yang menjadi tugas pokok pengawasan adalah agar segala hak dan kewenangan maupun kewajiban yang diberikan kepada Notaris dalam menjalankan tugasnya sebagaimana yang diberikan oleh peraturan dasar yang bersangkutan, senantiasa dilakukan diatas jalur yang telah ditentukan bukan saja jalur hukum tetapi juga atas dasar moral dan etika profesi demi terjaminya perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat pengguna jasa Notaris. Berdasarkan pada latar belakang diatas maka peneliti berminat untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam penelitian dengan judul Eksistensi Dewan Kehormatan Daerah dalam Pengawasan Terhadap Notaris Di Kabupaten Sleman (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris).

8 B. Rumusan Masalah Penelitian 1. Bagaimanakah kedudukan dewan kehormatan daerah dalam pengawasan terhadap notaris di Kabupaten Sleman? 2. Apa sajakah faktor penunjang dan penghambat yang dihadapi oleh dewan kehormatan daerah dalam melakukan pengawasan terhadap notaris di Kabupaten Sleman? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan dengan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengkaji kedudukan dewan kehormatan daerah dalam pengaturan pengawasan terhadap notaris di Kabupaten Sleman. 2. Untuk mengkaji faktor penunjang dan penghambat apa sajakah yang dihadapi oleh dewan kehormatan daerah dalam melakukan pengawasan terhadap notaris di Kabupaten Sleman. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan wacana dan sumbangan pemikiran di bidang ilmu hukum, khususnya di bidang ilmu kenotariatan, serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis.

9 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para notaris dan masyarakat sebagai bahan kajian ilmiah dan pertimbangan terkait peran dan fungsi dewan kehormatan daerah dalam melakukan pengawasan terhadap profesi notaris. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, dengan melakukan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penelitian dengan judul : Eksistensi Dewan Kehormatan Daerah dalam Pengawasan Terhadap Notaris Di Kabupaten Sleman (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris), belum pernah dilakukan namun demikian berdasarkan penelusuran kepustakaan tersebut terdapat beberapa hasil penelitian yang terkait dengan judul penelitian ini antara lain: 1. Peranan Dewan Kehormatan Daerah dan Majelis Pengawas Daerah Terhadap Penegakan Kode Etik Notaris Di Kabupaten Bantul yang ditulis oleh Mahdiati Fauziah Permatasari. 13 Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana kedudukan dewan kehormatan daerah dan majelis pengawas daerah dalam penegakan kode etik notaris di wilayah Kabupaten Bantul? 13 Mahdiati Fauziah Permatasari, 2011, Peranan Dewan Kehormatan Daerah dan Majelis Pengawas Daerah Terhadap Penegakan Kode Etik Notaris Di Kabupaten Bantul, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.

10 b. Bagaimana upaya penegakan kode etik notaris oleh kedudukan dewan kehormatan daerah dan majelis pengawas daerah dalam penegakan kode etik notaris di wilayah Kabupaten Bantul? 2. Peran Dewan Kehormatan Dalam Penegakan Kode Etik Notaris Di Kota Padang yang ditulis oleh Minar Maryanti 14 dengan rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana peranan dewan kehormatan daerah dalam penegakan kode etik notaris menurut kode etik Ikatan Notaris Indonesia di Kota Padang? b. Apakah kendala dalam penegakan kode etik notaris menurut kode etik Ikatan Notaris Indonesia di kota Padang? Adapun perbedaan dari penelitian diatas dengan penelitian yang disusun oleh penulis adalah bahwa penulisan yang penulis susun mengkaji kedudukan dewan kehormatan daerah dalam pengaturan pengawasan terhadap notaris di Kabupaten Sleman dan kendala apa sajakah yang dihadapi oleh dewan kehormatan daerah dalam melakukan pengawasan terhadap notaris di Kabupaten Sleman. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan apa yang akan penulis teliti dari penelitian yang dilakukan sebelumnya dari tempat lokasi penelitian yang dijadikan obyek penelitian adalah Kabupaten Sleman. Permasalahan yang diangkat oleh penulis lebih menitik beratkan pada kedudukan dewan kehormatan di Kabupaten Sleman dalam melakukan pengawasan terhadap notaris. Apabila memang 14 Minar Maryanti, 2009, Peran Dewan Kehormatan Dalam Penegakan Kode Etik Notaris Di Kota Padang, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.

11 memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya, maka penelitian yang dilakukan oleh penulis saat ini diharapkan dapat melengkapi penelitian terdahulu.