BAB II TINJAUAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

BAB II TINJAUAN TEORI. manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati. oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p. 133).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKSUAL PRANIKAH DI SMA AL ISLAM KRIAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yaitu tahun, adalah. disebut masa remaja. (Widyastuti, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA. Nanang E.G. 15 Juli 2008

BAB II LANDASAN TEORI. anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan,

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

Atas partisipasi dan kesediaan saudara/i sekalian untuk menjadi responden, peneliti mengucapkan terimakasih.

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah evaluasi yang menyangkut bidang-bidang tertentu dari diri

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS Konsep Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

Transkripsi:

9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Masa Remaja 1) Pengertian Masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan organ-organ fisik, emosi dan psikis disebut masa remaja. Masa remaja, yaitu masa usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. (Widyastuti, 2009). 2) Karakteristik remaja berdasarkan umur (Kumalasari, 2012) Karakteristik remaja berdasarkan umur, masa remaja ada 3 tahap, yaitu: a) Masa remaja awal (10-12 tahun) (1) Tampak lebih dekat dengan teman sebaya (2) Tampak dan merasa ingin bebas (3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal. 9

10 b) Masa remaja tengah (13-15 tahun) (1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri (2) Ada keinginan untuk berkencan dan ketertarikan sama lawan jenis (3) Timbul perasaan cinta yang sangat mendalam (4) Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang (5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual c) Masa remaja akhir (16-19 tahun) (1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri (2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif (3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, dan peranan terhadap remaja) (4) Dapat mewujudkan perasaan cinta (5) Memiliki kemampuan berpikir khayal yang abstrak b. Perkembangan psikologi remaja 1) Budaya merupakan pandangan hidup suatu masyarakat atau suatu system pedoman hidup/ cita-cita yang ingin dicapai suatu masyarakat. 2) Sosial merupakan kekuatan dengan serangkaian peraturan umum, baik tertulis maupun tidak tertulis, mengenai tingkah laku manusia baik atau buruk. Pantas atau tidak.

11 3) Lingkung berpengaruh terhadap perkembangan remaja yang sangat kuat. Jadi, lingkungan kurang baik mengakibatkan banyak remaja yang salah pergaulan. 4) Agama merupakan system kepercayaan yang diwujudkan dalam perilaku sosial, dan agama berkaitan dengan pengalaman manusia dengan system keyakinan / kepercayaan yang di anut. (Noorkasiani, 2009) c. Perubahan Fisik Pada masa remaja Seseorang yang sudah memulai menapaki usia remaja akan mengalami perubahan-perubahan baik itu psikologis, fisik maupun biologisnya. Ada 2 kategori perubahan secara seksual yang biasa dialami oleh seorang yang memasuki usia remaja yaitu: 1) Perubahan seks primer Perempuan biasanya ditandai dengan adanya haid pertama (menarche). Sedangkan perkembangan organ seks pria ditandai oleh adanya minopi polusi atau mimpi basah yang dikenal dengan nactumal emassion. 2) Perubahan seks sekunder Perempuan yang ditandai dengan pinggul yang makin membesar dan membulat, buah dada yang semakin tampak menonjol, tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin, ketiak, lengan dan kaki, ada peralihan suara kanak-kanak menjadi lebih merdu (melodious),

12 kelenjar keringat lebih aktif dan sering tumbuh jerawat, serta kulit menjadi lebih kasar dibanding kulit anak-anak. Sedangkan gejala perubahan pada laki-laki antara lain ditandai dengan adanya otot-otot tubuh, dada, lengan, paha, dan kaki yang tumbuh dengan kuat, tumbuhnya rambut didaerah kelamin, betis dan kadang-kadang dada, terjadi perubahan suara yaitu nada pecah dan suara merendah hingga sampai akhir masa remaja, volume suara turun satu oktaf, aktifnya kelenjar ini menghasilkan keringat yang banyak walaupun remaja tersebut bergerak sedikit saja. (Kumalasari, 2012). Perubahan perilaku yang tampak adalah ditunjukkan dalam sikap, perasaan keinginan dan perbuatan-perbuatan, sikap pubertas yang paling menonjol antara lain adalah sikap tidak tenang dan tidak menentu, hal yang dahulu menarik sekarang tidak lagi, adanya penentangan terhadap orang lain seakan-akan ingin mengatasi kesenangan orang lain, penentangan terutama tertuju pada orang dewasa atau orang yang lebih berkuasa, adanya sikap negatif yaitu kurang hati-hati, gemar membicarakan orang lain, cepat tersinggung, mudah curiga dan sebagainya (Bachtiar, 2004).

13 d. Ciri-Ciri Remaja Perubahan pada masa remaja disebut sebagai masa pubertas. Pubertas yaitu suatu periode dimana anak sudah dipersiapkan untuk mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologisnya berupa melanjutkan keturunannya atau berkembang biak. Hal ini disebabkan karena adanya hormon testosteron pada laki-laki dan progesteron serta estrogen pada perempuan. Masa pubertas yang muncul bersamaan dengan adanya hormon seksual tersebut adalah masa yang khusus dimana seorang anak merasakan adanya kebutuhan yang sangat kuat terhadap lawan jenis atau muncul dorongan seksual. Selain itu pada masa remaja pubertas emosional remaja mengalami pasang surut dan cenderung selalu menarik. Namun, seiring dengan kematangan emosional remaja tersebut, perkembangan fisik dan mental remaja mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan cenderung drastis. Akibatnya, karena fungsi hormon seksual sudah mulai berfungsi, remaja mulai bisa mengarahkan segala perilakunya kepada lawan jenis. Mereka mulai berkehendak untuk berteman, bersosialisasi, berhubungan dan bahkan mengganggu lawan jenis (Bachtiar, 2004).

14 e. Perubahan kejiwaan pada masa remaja Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah sebagai berikut: 1) Perubahan emosi a) Sensitif: perubahan-perubahan kebutuhan, konflik nilai antara keluarga dengan lingkungan dan perubahan fisik yang menyebabkan remaja sangat sensitive. Misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bias tertawa tanpa adanya alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, terlebih sebelum menstruasi. b) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya, sering bersikap irasional, mudah tersinggung sehingga mudah terjadi perkelahian/tawuran pada anak laki-laki, suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berfikir terlebih dahulu. c) Adanya kecenderungan tidak patuh pada orang tua dan lebih senang pergi bersama dengan temannya dari pada tinggal di rumah.

15 2) Perkembangan inteligensi a) Cenderung mengembangkan cara berfikir abstrak, suka memberikan ktitikan. b) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku mencoba-coba. Perilaku ingin coba-coba merupakan hal terpenting bagi kesehatan reproduksi remaja. Perilaku ingin mencoba hal yang baru jika didorong oleh rangsangan seksual dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah. (Kumalasari, 2012) f. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja Menurut Elizabeth B. Hurlock, beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah sebagai berikut: 1) Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu berasal dari keluarga dimana anak mulai tumbuh dan berkembang. 2) Faktor luar, yaitu mencakup kondisi sekolah/pendidikan formal yang cukup berperan terhadap perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaannya. 3) Faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan di segala bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja berupa hal-hal berikut.

16 a) Dorongan seksual Meningkatnya pengaruh hormon yang sedang mengalami masa subur, biasanya kondisi hormone ini menyebabkan remaja menjadi peka terhadap stimulant seksual. Sehingga mendorong munculnya perilaku seksual. (Kusmiran, 2012) b) Keadaan kesehatan tubuh Dimana keadaan atau kondisi fisik, mental, dan sosial dalam keadaan baik. c) Psikis Psikologis pada masa remaja di bagi menjadi 2 aspek (1) Orientasi seksual adalah rasa tertarik terhadap lawan jenis yang timbul dan sejalan dengan berkembang minat terhadap aktivitas yang berhubungan dengan seks. (2) Peran seks adalah Menerima dan mengembangkan peran serta kemampuan tertentu selaras dengan jenis kelamin. (Kusmiran, 2012) d) Pengetahuan seksual Kurangnya pemahaman pengetahuan perilaku seksual remaja dapat mengakibatkan penyimpangan seksual, kehamilan diluar nikah.

17 e) Pengalaman seksual sebelumnya Orang yang mempunyai pengalaman yang jauh/luas tentang bagaimana hubungan seksual, apalagi dengan sekarang adanya alat kontrasepsi yang dapat mencegah terjadinya pembuahan/ kehamilan. (Kumalasari, 2012) 2. Pacaran a. Pengertian Pacaran adalah Masa pendekatan antar individu dari kedua lawan jenis, yaitu ditandai dengan saling pengenalan pribadi baik kekurangan dan kelebihan dari masing-masing individu. Bila berlanjut, masa pacaran dianggap sebagai masa persiapan individu untuk dapat memasuki masa pertunangan atau masa pernikahan. (Agus, 2004). Ketertarikan antar remaja yang berpacaran di pengaruhi oleh 2 aspek yaitu: intimasi dan passion. 1) Intimasi yaitu suatu hubungan yang akrab, intim, menyatu, saling percaya, dan saling menerima antara individu yang satu dengan individu yang lain. 2) Passion adalah suatu terjadinya hubungan antar individu tersebut, lebih dikarenakan oleh unsur-unsur biologis. Dan Ketertarikan fisik, atau dorongan seksual. Dengan hadirnya kedua factor ini, maka para ahli menyebutnya sebagai masa percintaan atau pacaran yang romantis. (Agus, 2004)

18 b. Pacaran Sehat dan Pacaran Tidak Sehat (Menurut dr lwan, 2010). Banyak orang tua mengatakan bahwa pacaran remaja zaman sekarang sudah tidak sehat dan terlalu berani. Sebenarnya definisi pacaran sehat itu adalah: (Menurut Dina. 2011). Definisi pacaran sehat adalah pacaran yang baik. Yaitu artinya dapat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu sehat secara fisik, sehat secara psikis, dan sehat secara sosial: 1) Pacaran sehat (1) Sehat secara fisik. Sehat fisik yaitu tidak ada kekerasan dalam pacaran. Pasangan yang memiliki rasa menghargai, menghormati dan tidak melakukan kekerasan misalnya bertindak menampar atau memukul. (2) Sehat secara psikis. Hubungan kita dengan orang lain akan terjalin baik apabila ada rasa nyaman. Jangan sampai ada rasa keterpaksaan dalam membangun hubungan. Misalnya perasaan sedih, takut. (3) Pacaran sehat secara social Dalam berpacaran tidak mengganggu lingkungan masyarakat, sehingga menimbulkan ketidak nyamanan lingkungan. Misalnya kita berpacaran tidak tau waktu atau berbuat tidak senonoh di muka umum.

19 2) Pacaran tidak sehat Pacaran tidak sehat yaitu meliputi kissing, necking, petting, intercourse. Biasanya para remaja melakukan pacaran tidak sehat ini bertujuan untuk menunjukan rasa cinta sebenarnya dapat ditunjukan dengan beragam cara dan tidak harus dengan aktifitas seksual. Biasanya perilaku mencemaskan ini dimulai dengan berciuman ( kissing) dengan pasangan, yang lama-lama berlanjut ke necking (mencium leher sampai meraba-raba tubuh). Jika sudah sampai ketahap necking maka sangat mungkin untuk berlanjut ke petting (saling menggosok- gosokkan alat kelamin). Apabila telah melakukan petting maka biasanya aktivitas ini berlanjut pada tahap intercourse. Hal ini disebabkan rangsangan yang dihasilkan oleh petting menimbulkan motivasi yang sangat besar bagi pasangan untuk melakukan intercourse. Dengan terjadinya intercourse, tentu resiko terjadinya kehamilan akan sangat besar. (dr. Iwan, 2010) (1) Kissing Ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan bibir dan mulut terbuka dan termasuk menggunakan lidah itulah yang dimaksud dengan French kiss. (Mira, 2010)

20 (2) Necking Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking adalah istilah yang umumnya digunakan untuk menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam. (Mira, 2010) (3) Petting Merasakan dan mengusap-ngusap tubuh pasangan, termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, entah diluar atau di dalam pakaian. (Mira, 2010) c. Fungsi pacaran Menurut Paul dan White, ahli psikologi perkembangan remaja, 8 fungsi pacaran yaitu sebagai berikut: 1) Pacaran sebagai masa rekreasi, karena remaja memperoleh pengalaman yang menyenangkan. Dianggap menyenangkan, karena remaja memperoleh pengalaman baru untuk menempuh kehidupan bersama dengan seorang yang dikasihi, disayangi, atau dicintainya. Sehingga kehadiran orang yang dicintai akan dapat membangkitkan semangat hidup.

21 2) Pacaran sebagai sumber status dan prestasi. Mempunyai atau memperoleh seorang pacar, berarti diri seseorang telah berhasil menjalani hubungan intensif, sehingga tercipta hubungan yang akrab dengan pacarnya. Seorang pacar dianggap lebih dari sekedar teman/sahabat, karena untuk memperoleh seorang pacar, seseorang harus berupaya mengenal pribadi secara mendalam yang di tandai oleh unsur saling percaya. 3) Pacaran sebagai proses sosialisasi. Dalam masa pacaran, seorang individu akan dapat bergaul untuk belajar mengenal, menyerap nilai-nilai, norma, etika sosial dari kelompok sosial lainnya, sehingga diharapkan ia akan dapat berperilaku sesuai dengan aturan-aturan norma sosial. 4) Pacaran melibatkan kemampuan untuk bergaul secara intim, akrab, terbuka, dan bersedia untuk melayani/membuat individu yang lain sejenis. Dalam masa pacaran, seorang individu di tuntut untuk dapat memperhatikan kebutuhan orang yang dicintai. karena mencintai berarti memberi perhatian kebutuhan orang lain, sehingga orang tersebut sudah sepantasnya ditolong, dibantu, dihargai, dijaga lebih dari sekedar orang lain atau teman.

22 5) Pacaran sebagai penyesuaian normative. Artinya masa ini dapat dipandang sebagai masa persiapan untuk menguji kemampuan dan menyalurkan kebutuhan seksual secara normative, terhormat, sesuai dengan norma masyarakat. 6) Pacaran sebagai masa sharing: mengekspresikan perasaan, pemikiran atau pengalaman. Masa pacaran ini akan memberikan kesempatan individu agar berperan sebagai teman untuk berinteraksi maupun membagi berbagai pengalaman, perasaan, pemikiran, atau aktivitas kepada lawan jenis. (pacar). Dengan demikian, individu dapat mengurangi beban stress, masalah pibadi dan dapat mengikis sifat-sifat egois pibadi. 7) Pacaran sebagai masa pengembangan identitas. Masa pacaran memberikan pengalaman penting yang berpengaruh bagi pembentukan dan pengembangan identitas diri seorang individu. 8) Pacaran sebagai masa pemilihan calon pasangan hidup. Masa pacaran ini berfungsi sebagai masa pencarian, pemilihan, dan penentuan calon teman hidup untuk persiapan dalam pernikahan guna membangun rumah tangga baru. (Agus, 2004)

23 d. Faktor yang mempengaruhi pacaran 1) Umur Faktor umur sangat penting. Semakin lanjut usia, diharapkan mereka juga lebih memperhatikan kematangan. Taraf kematangan ini di perlukan supaya mereka dapat mempertimbangkan dengan baik sifat dan tingkat pacaran dalam hubungannya dengan batasbatas kesopanan. 2) Sifat pacaran Pergaulan bebas sering dimulai dengan pergaulan yang biasa dikenal sebagai pacaran. Sesungguhnya pacaran juga meliputi unsur lain, bukan sekedar berkumpul untuk belajar, melainkan ada unsur rasa senang dari keadaan pertemuan itu. 3) Tingkat pacaran Bila selanjutnya perasaan yang mulai timbul dengan pacaran diumpamakan dengan muatan listrik, jarak antara kedua individu yang sedang mengalaminya akan menentukan tingkat pacaran itu. Semakin dekat, semakin besar kemungkinana persentuhan yang dapat menimbulkan korsleting ataupun aliran listrik yang memberipercikan bunga api cinta. (Prof. Dr. Singgih, 2012).

24 3. Perilaku a. Pengertian Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung maupun tidak langsung dapat diamati pihak luar. (Notoatmodjo, 2010) Perilaku kesehatan (Healt behavior) adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (Observable) atau yang tidak dapat di amati (Unobserveble) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. (Notoatmodjo, 2010) Menurut Bloom dalam buku Notoatmodjo (2010) untuk kepentingan pendidikan praktis di kembangkan menjadi tiga ranah perilaku yaitu: 1) Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tau seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dsb). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra penglihatan dan pendengalan secara garis besar pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu: a) Tahu (Know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.untuk mengetahui seseorang itu tahu sesuatu dapat menggunakan perrtanyaan-pertanyaan.

25 b) Memahami (Comprehension) Memahami suatu obyek bukan sekedar tahu terhadap obyek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang obyek yang diketahui. c) Aplikasi (Apllication) Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahi obyek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan dengan prinsip yang sudah diketahui dengan stimulasi yang lain. d) Analisis (Analysis) Analisis adalah kemempuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari kompenen-kompenen yang terdapat dalam suatu masalah atau obyek yang diketahui.tingkatan analisis adalah apabila seseorang tersebut telah dapat membedakan, memilsahkan, mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas obyek. e) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari kompenen-kompenen pengetahuan yang dimiliki.dengan

26 kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. f) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penelian terhadp suatu obyek tertentu.penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan oleh normanorma yang berlaku di masyarakat. 2) Sikap (Attitude) Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulasi atau obyek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang, tidak senang, setuju, tidak setuju, baik, tidak baik, dan sebagainya) Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkattinggi berdasarkan intensitasnya sebagai berikut : a) Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang atau subyek mau menerima stimulasi yang diberikan (obyek). b) Menanggapi (Responding) Menanggapi di sini diartiakn memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau obyek yang dihadapi.

27 c) Menghargai (Valuing) Menghargai diartikan subyek atua seseorang memberikan nilai yang positif terhadap obyek atau stimulasi dalam arti membahasnya. d) Bertanggung jawab (Responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang diyakininya,harus berani mengambil resiko bila ada orang lain mencemooh atau ada resiko lainnya. 3) Tindakan atau Praktik (Practice) Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya yaitu: a) Praktik terpimpin (Guided response) Subyek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. b) Praktik secara mekanisme Subyek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

28 c) Adopsi (Adoption) Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan atau prilaku yang berkualitas.

29 B. KERANGKA TEORI Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku pacaran A. Umur B. Sifat Pacaran Perilaku pacaran Sehat C. Tingkat Pacaran Tidak Sehat C. KERANGKA KONSEP Sumber: (Singgih, 2012) Perilaku pacaran Pacaran sehat Pacaran Tidak sehat