BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus adalah bakteri gram positif. berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan salah satu. penyebab utama infeksi di rumah sakit dan komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP KOLONISASI DAN POLA RESISTENSI Staphylococcus aureus PADA SISWA SD Penelitian di Tiga SD di Kota Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1. dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus gram. positif yang dapat menyebabkan penyakit dengan

KEJADIAN KOLONISASI METHICILLIN-RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS

PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP KEJADIAN INFEKSI DAN POLA RESISTENSI Staphylococcus aureus. Pasien di RSUP Dr Kariadi SemarangPeriode

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PREVALENSI CARRIER Staphylococcus aureus PADA SISWA SMA 3 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARIER Staphylococcus aureus PADA SISWA SMA YANG SEHAT DI SEMARANG ARTIKEL PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya. koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

HUBUNGAN ANT ARA RIW A Y AT TERAPI ANTIBIOTIK DENGAN TIMBULNY A MUL TIRESISTENSI FLORA NORMAL NARES ANTERIOR TERHADAP ANTIBIOTIK

PADA TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS DI RUANG INTENSIVECARE UNIT (ICU) DAN RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

25 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia serta negara-negara Asia lainnya berasal dari tumbuh-tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB 4 METODE PENELITIAN. Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. Penelitian ini dilakukan di PICU dan HCU RS Dr. Kariadi Semarang pada

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Setiawan B, Soleha TU, Rukmono P. Medical Faculty of Lampung University

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP KOLONISASI DAN POLA RESISTENSI Staphylococcus aureus PADA SISWA SD Penelitian di Tiga SD di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri. gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

III. METODE PENELITIAN. menggunakan media Mannitol Salt Agar (MSA). pada tenaga medis di ruang Perinatologi dan Obsgyn Rumah Sakit Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. 1. merupakan pneumonia yang didapat di masyarakat. 1 Mortalitas pada penderita

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program Strata-1 Kedokteran Umum

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

ABSTRAK PREVALENSI GEN OXA-24 PADA BAKTERI ACINETOBACTER BAUMANII RESISTEN ANTIBIOTIK GOLONGAN CARBAPENEM DI RSUP SANGLAH DENPASAR

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

BAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Infeksi pada Pasien Hemodialisis: HIV, Hepatitis & MRSA

KOLONISASI BAKTERI PATOGEN POTENSIAL PENYEBAB INFEKSI DAERAH OPERASI PADA KULIT PASIEN PRAOPERATIF LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ringkasan dalam bahasa Indonesia (Indonesian summary)

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia,

PANDUAN PENGENDALIAN MULTIDRUG- RESISTANT ORGANISM (MDRO)

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul.

PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

Transkripsi:

(MRSA). 2 MRSA merupakan S. aureus yang telah resisten terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan global saat ini, resistensi mikroba terhadap antibiotik telah menjadi perhatian dunia. Data WHO pada tahun 2014 menyebutkan bahwa salah satu penyebab terbesar terjadinya penyakit infeksi adalah terjadinya resistensi terhadap antibiotik, baik di komunitas maupun di rumah sakit. 1 Saat ini, resistensi S. aureus terhadap antibiotik menjadi masalah utama di dunia dikarenakan meningkatnya resistensi S. aureus terhadap berbagai jenis antibiotik menyebabkan terjadinya Multi Drugs Resistance. Salah satu strain dari S. aureus yang termasuk Multi Drugs Resistance adalah Methicillin-Resistant antibiotik metisilin. Sejak dilaporkan pertama kali tahun 1961 terjadi peningkatan terus-menerus terhadap MRSA di negara berkembang. 3 Pada tahun 2014, di seluruh dunia perkembangan resistensi MRSA lebih dari 20% dan di beberapa negara memiliki angka resistensi MRSA tinggi seperti beberapa negara di kawasan Amerika Selatan dan Afrika. 4, 5 Berdasarkan data lembaga surveillance di beberapa negara, proporsi S. aureus yang resisten terhadap metisilin di Eropa dan Amerika Serikat pada delapan tahun terakhir mengalami penurunan dari 22 % menjadi 18 % dan 53% menjadi 44 %. 6 Untuk kawasan Asia, sebagian besar negara mengalami peningkatan MRSA dan hanya sedikit yang mengalami penurunan MRSA. Di Australia, prevalensi MRSA mengalami peningkatan dari 12 % tahun 2000 menjadi 19 % tahun 2012. 7 Di India, terjadi peningkatan prevalensi yang signifikan dari 29 % tahum 2009 menjadi 47 % tahun 2014. 5 Sedangkan di Thailand, prevalensi MRSA mengalami penurunan dari 28 % tahun 2009 menjadi 19

% tahun 2015. 8 Di Indonesia, berdasarkan data dari AMRIN Study ditemukan nasal carriage S. aureus sebesar 9,1% dan hanya 2 isolat MRSA ditemukan pada 4000 pasien. 9 Kolonisasi merupakan faktor penting terjadinya infeksi, misalnya S. aureus. Semakin tinggi angka kolonisasi S. aureus maka akan semakin tinggi prevalensi terjadinya MRSA terutama di institusi kesehatan seperti rumah sakit. Dengan tingginya MRSA akan meningkatkan timbulnya Multi Drug Resistance (MDR) yang merupakan akibat yang paling buruk. 10 Kolonisasi S. aureus pada tubuh manusia banyak ditemukan di bagian depan hidung (nares anterior). Selain tempat tersebut, juga ditemukan di kulit, perineum dan faring. 11 Pasien yang terkolonisasi S. aureus merupakan sumber utama infeksi di rumah sakit. Dalam penyebaran penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus, rumah sakit dan petugas kesehatan mempunyai andil yang cukup besar. Penyebaran S. aureus dapat terjadi melalui kontak langsung antara pasien dengan pasien, kontak langsung antara pasien dengan petugas kesehatan yang terkontaminasi kuman, kontak langsung pasien dengan alatalat kesehatan yang telah terkontaminasi kuman, kontak pasien dengan pengunjung rumah sakit dan lingkungan. Rute penyebaran utama dari S. aureus melalui tangan tenaga kesehatan. Tangan tenaga kesehatan dapat terkontaminasi setelah bersentuhan dengan pasien yang terinfeksi atau terkolonisasi S. aureus. Dengan memanfaatkan fasilitas yang sudah disediakan rumah sakit seperti alkohol gliserin dan wastafel, baik pengunjung maupun petugas dapat melakukan cuci tangan menggunakan fasilitas tersebut sebelum maupun sesudah kunjungan. Kebiasaan mencuci tangan atau disinfeksi setelah menangani pasien dan lingkungan disekitarnya merupakan kunci dari pencegahan penyebaran S. aureus. Terjadinya kolonisasi atau infeksi tergantung dari tipe rumah sakit, faktor risiko yang ada, kecepatan dalam deteksi, serta kecepatan dalam 3, 12 penanggulangan dan pengendalian MRSA. 2

Faktor risiko yang mempengaruhi kolonisasi S. aureus yang dilaporkan bervariasi dalam suatu populasi baik faktor-faktor penjamu yang dapat meningkatkan risiko terserang infeksi sehingga pencegahan akan lebih mudah dilakukan bila faktor-faktor risiko yang berperan dalam kolonisasi S. aureus telah diketahui sebelumnya. Faktor risiko yang berpotensi dalam kolonisasi S. aureus di rumah sakit adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama kerja, perilaku, penyakit yang dimiliki, riwayat penggunaan antibiotik, dan penggunaan alat pelindung diri. Menurut data yang dipublikasikan mengenai faktor risiko terhadap kolonisasi S. aureus ternyata banyak hal yang mempengaruhi. Dari 550 sampel didapatkan karier MRSA pada laki-laki sebesar 24 sampel dan pada perempuan sebesar 10 sampel sehingga jenis kelamin laki-laki lebih banyak kemungkinan menjadi karier MRSA daripada perempuan. Untuk usia, karier MRSA lebih banyak didapatkan pada rentang usia 45-60 tahun sebesar 14 sampel. 13 Sedangkan untuk jenis pekerjaan, lama pekerjaan, dan tingkat pendidikan dari 200 besar sampel didapatkan karier MRSA lebih banyak pada jenis pekerjaan perawat dan dokter sebesar 18 dan 14 sampel dengan lama pekerjaan 4-6 tahun serta tingkat pendidikan lulusan perguruan tinggi. 14 Selain faktor risiko sosiodemografi perlu dipertimbangkan juga faktor risiko riwayat penggunaan antibiotik dan perilaku pada pasien dan petugas kesehatan. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional tersebut akan memacu terjadinya kolonisasi S. aureus yang akan menyebabkan angka insidensi menjadi tinggi di rumah sakit. 15 Faktor risiko perilaku turut memberi kontribusi baik oleh pasien maupun petugas kesehatan. Perilaku yang dimaksud diantaranya kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan maupun dalam kegiatan sehari-hari, penggunaan alat pelindung diri saat memberikan tindakan pada pasien. Dengan mengetahui faktor-faktor risiko yang berperan akan mempermudah dalam melakukan pencegahan. 16 3

Rumah sakit Nasional Diponegoro atau yang dikenal dengan RSND merupakan rumah sakit yang baru beroperasi kurang lebih satu tahun dan belum pernah ada penelitian mengenai faktor risiko kolonisasi S. aureus pada petugas kesehatan di RSND Berdasarkan uraian tersebut, peneliti berkeinginan untuk mengkaji faktor-faktor risiko apa saja yang berperan dalam kolonisasi S. aureus di rumah sakit Nasional Diponegoro. 1.2 Perumusan Masalah Faktor risiko apa saja yang mempengaruhi kolonisasi di Rumah Sakit Nasional Diponeogoro Semarang. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kolonisasi S. aureus pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengaruh faktor usia terhadap kolonisasi S. aureus pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro 2. Untuk mengetahui pengaruh faktor jenis kelamin terhadap kolonisasi S. aureus pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro 3. Untuk mengetahui pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap kolonisasi S. aureus pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro 4. Untuk mengetahui pengaruh faktor jenis pekerjaan terhadap kolonisasi S. aureus pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro 5. Untuk mengetahui pengaruh faktor lama kerja terhadap kolonisasi S. aureus pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro 4

6. Untuk mengetahui pengaruh faktor alat pelindung diri yang digunakan terhadap kolonisasi S. aureus pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro 7. Untuk mengetahui pengaruh faktor kebiasaan mencuci tangan terhadap kolonisasi S. aureus pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro 8. Untuk mengetahui pengaruh faktor hand hygiene agent yang digunakan terhadap kolonisasi S. aureus pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian mengenai faktor risiko kolonisasi di Rumah Sakit Nasional Diponegoro, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Untuk Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis maupun metodologis dalam bidang mikrobiologi. 2. Untuk Institusi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada institusi rumah sakit Nasional Diponegoro mengenai kolonisasi S. aureus yang ada sehingga dapat melakukan pencegahan secepatnya. 3. Untuk Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian yang didapat diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan pelayanan kesehatan terhadap pasien sehingga mengurangi terjadinya risiko infeksi. 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1. Penelitian-penelitian mengenai faktor risiko kolonisasi 5

No. Orisinalitas Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Chun-Jul Chang, Ning- Chun Chen, Chong-Kei Lao, Yhu-Chering Huang. 2014. Nasal Staphylcoccus aureus and Methicillin Resistant S. aureus Carriage among Janitors Working in Hospitals in Northern Taiwan. 2. Ohoud S. Al-Humaidan, Talat A. El-Kersh, Raid A. Al-Akeel. 2013. Risk factors of nasal carriage of Staphylococcus aureus and Methicillinresistant Staphylococcus aureus among Health care staff in a teaching hospital in central Saudi Arabia Dilakukan dari bulan Juni sampai Agustus tahun 2014. Besar sampel yang digunakan berjumlah 186. Spesimen diperoleh dari hasil nasal swab nares anterior dan menggunakan kuisioner untuk mendapatkan data yang diperlukan. Pemeriksaan mikrobiologi yang dilakukan uji β- hemolysis dan uji koagulase serta untuk identifikasi MRSA dan MSSA dilakukan menggunaka metode disk diffusion berdasarkan CLSI. Dilakukan dari bulan Mei tahun 2012 sampai bulan January 2013. Besar sampel yang digunakan berjumlah 200. Spesimen diperoleh dari hasil nasal swab nares anterior dan menggunakan kuisioner untuk memperoleh data yang diperlukan. Pemeriksaan identifikasi dilakukan pengecatan gram, uji katalase dan koagulase, Tes Staphaureux PlusH, kromogenic medium, tes oxacillin dan cefoxitin metode diffusion disk. Serta dilakukan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction. Untuk pekerja rumah sakit, presentase karier nasal S. aureus sebesar 15, 3 % dan presentase karier MRSA sebesar 3, 6 %. Untuk pekerja non rumah sakit, presentase karier nasal S. aureus sebesar 13,3 % dan presentase karier MRSA sebesar 1,3 %. Hubungan signifikan dengan kolonisasi S. aureus didapatkan pada pekerja di rumah sakit yang mempunyai lama kerja lebih dari 6 tahun dan membersihkan laboratorium mikrobiologi. Untuk presentase karier S. aureus sebesar 40 % yang berjumlah 80. Presentase karier MRSA sebesar 18 % yang berjumlah 36 orang. Didapatkan perbedaan signifikan pada jenis kelamin laki-laki (p= 0,0012), pekerjaan perawat (p= 0,006) dan lama kerja di rumah sakit antara 4-6 tahun (p= 0,002) 6

3. AMRIN Study. 2010. Determinants of Carriage of Resistant among S. aureus Carriers in the Indonesian Population Inside and Outside Hospitals 4. Nurhani. 2010. Perbedaan Prevalensi dan Pola Resistensi pada Tiga Sekolah Dasar SDN Pandean Lamper 02, SD Kristen II YSKI, dan SD Manyaran 01 di Kota Semarang Dilakukan pada dua tempat yaitu di Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang dan Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya serta di tiga Pusat Pelayanan Primer ( dua di Surabaya dan satu di Semarang ) Besar sampel yang digunakan berjumlah 4000 sampel. Spesimen diperoleh dari hasil nasal swab nares anterior dan kuisioner untuk memperoleh data yang diperlukan. Pemeriksaan identifikasi S. aureus menggunakan tes aglutinasi latex dan vitek 2 sistem serta pemeriksaan DNA spesifik S. aureus. Dilakukan pada bulan Maret-Juli tahun 2010 di SDN Pandean Lamper 02, SD Kristen II YSKI, dan SD Manyaran 01 Kota Semarang. Pengumpulan data diperoleh dari kuisioner penelitian melalui wawancara dan sampel diambil dengan nasal swab untuk dilakukan kultur. Setelah itu, dilakukan tes resistensi. Presentase karier nasal S. aureus sebesar 9,1%. Ditemukan karier S. aureus sebesar 361 dimana 98 dari rumah sakit dan dari populasi komunitas. Resistensi antimikroba dari 361 S. aureus dimana 116 (32,1%) resisten terhadap satu atau lebih jenis antimikroba, 78(21,6%) resisten terhadap satu jenis antimikroba, dan 38 (10,5%) resisten terhadap dua atau lebih jenis antimikroba. Didapatkan prevalensi karier S. aureus di tiga Sekolah Dasar sebesar 31,3%. Dari sampel berjumlah 100 yang terkolonisasi S. aureus didapatkan MDRO sebesar 21%, MRSA sebesar 28 %. Tingkat resistensi terhadap tetrasiklin (20%), gentamisin (3%), eritromisin (12%), kloramfenikol (10%), dan trimetropimsulfamethoxazole (4%) 5. Verury Verona Handayani. 2010. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Kejadian Infeksi dan Pola Resistensi Dilakukan pada bulan Maret-Juli tahun 2010 Pengumpulan data faktor sosial ekonomi diambil dari rekam medis pasien 7 Penggunaan asuransi (p=1,000) dan tingkat pendapatan (p=0,395) tidak memberikan pengaruh bermakna terhadap kejadian infeksi

Pasien RSUP dr. Kariadi Semarang Periode 2008-2009 6. Zsa Zsa Maranani. 2010. Pengaruh Health Care terhadap Kejadian Infeksi dan Pola Resistensi Pasien RSUP dr. Kariadi Semarang Periode 2008-2009. 7. Tirza Elvina Hartlan. 2010. Pengaruh Faktor Demografi terhadap Kolonisasi pada Siswa SD Penelitian di Tiga SD di Kota Semarang. yang hasil kultur positif S. aureus dan hasil kultur tersebut dilakukan tes sensitivitas untuk melihat pola resistensi S. aureus terhadap antibiotik. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juli tahun 2010. Besar sampel yang digunakan sebesar 38 sampel menggunakan cross sectional study. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi ditelusuri material kliniknya melalui pemeriksaan laboratorium. Analisis menggunakan uji bivariat dan multivariat. Dilakukan pada bulan Maret-Juli tahun 2010. Penelitian dilakukan di SD Kristen II YSKI, SDN Pandean Lamper, dan SDN Manyaran. Besar sampel yang digunakan berjumlah 308 siswa dari kelas 3-5 di tiga SD Kota Semarang. Penelitian dilakukan dengan wawancara menggunakan alat bantu kuisioner dan dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan sampel diambil menggunakan nasal swab. Untuk dilakukan identifikasi kolonisasi dan 8 S. aureus Penggunaan asuransi (p=0,736) tidak memberikan pengaruh bermakna terhadap pola resistensi S. aureus Tingkat pendapatan (p=0,040) memberikan pengaruh yang bermakna terhadap pola resistensi S. aureus Dari hasil penelitian tidak diperoleh nilai p>0,05 untuk semua variabel sehingga tidak didapatkan adanya pengaruh bermakna antara variabel lama perawatan, kelas perawatan, pemberian antibiotika, pemberian imunosupresan dan pemberian tindakan invasif selama perawatan terhadap kejadian infeksi dan pola resistensi S. aureus Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia mempunyai pengaruh terhadap kolonisasi dan pola resistensi S. aureus sedangkan jenis kelamin dan etnis tidak mempunyai pengaruh terhadap kolonisasi dan pola resistensi S. aureus.

pola resistensi. Penelitian saya berjudul Faktor Risiko Kolonisasi Staphylococcus aureus pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang merupakan penelitian yang asli dan berbeda dengan penelitian yang sudah ada. Perbedaan dari penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada tempat, waktu, subyek penelitian serta jumlah sampel yang berbeda. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro bulan Maret sampai Juli tahun 2016 pada petugas kesehatan Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang dengan besar sampel sebesar 76 sampel untuk mengetahui faktor risiko yang berpengaruh dari kolonisasi S.aureus. 9