BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

KISI-KISI PENILAIAN TENGAH SEMESTER 2 TAHUN AJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

KURIKULUM Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN. Kelas / Semester : V / 2

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KURIKULUM 2013 Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan

Menanya Tanya jawab berbagai hal tentang penemuan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan upaya yang dilakukan. aspek yang lain yang digunakan untuk mencapai tujuan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teori teori yang meliputi teori tentang tujuan pendidikan, organisasi

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KURIKULUM 2013 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 8 : BUMI DAN ALAM SEMESTA. Nama Sekolah Kelas / Semester : III (Tiga) / 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses interaksi yang baik didasari oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai tema. Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

ANALISIS MUATAN IPA PADA BUKU TEKS PELAJARAN TEMATIK TERPADU SD KELAS V TEMA 1 SUBTEMA 1 WUJUD BENDA DAN CIRINYA

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHAREDALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU


I. PENDAHULUAN. peningkatan kualitas guru dan peningkatan pelayanan sekolah pada masyarakat

Kelas III. Tema 8 : Berperilaku Baik dalam Kehidupan Sehari-hari Madrasah Ibtidaiyah Sa adatuddawam Pondok Cabe Ilir- Pamulang kota Tangerang Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

Kelompok Materi: MATERI POKOK

Menanya Membuat pertanyaan secara lisan Melanjutkan cerita berdasarkan gambar secara tertulis tentang

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Pembelajaran Mengamati: Mengamati symbol-symbol. Pancasila. Membaca pemahaman teks. wujud benda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK KELAS 1 SD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SD. Dr. Hj. Nunuy Nurjanah, M.Pd.

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

II. KAJIAN PUSTAKA. dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran. Joyce (Trianto, 2010: 74)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar - mengajar. pendidikan beserta staf pengajarnya.

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dasar 1945 alinea ke-4 yang berbunyi...untuk membentuk suatu Pemerintah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (intregated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran terpadu yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik (Majid, 2014: 80). Sedangkan menurut Trianto (2011: 147) pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya, tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Menurut Gorys Keraf (dalam Majid, 2014: 86), kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti menempatkan atau meletakkan dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehingga kata tithenai berubah menjadi tema. Menurut arti katanya, tema berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema tertentu dengan menghubungkan berbagai bidang studi yang berkaitan. Dengan adanya pemaduan tersebut peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi lebih bermakna. 12

13 2. Karakteristik Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut (Majid, 2014: 89-90) : a) Berpusat pada siswa, Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar, b) Memberikan pengalaman langsung, Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yanglebih abstrak, c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa, d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, e) Bersifat fleksibel, Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada, f) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, g) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Berdasarkan uraian karakteristik pembelajaran tematik diatas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa karena dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam mempelajari konsep-konsep dari materi yang diajarkan. 3. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik Permendikbud No. 57 Tahun 2014 menyebutkan tujuan dari pembelajaran tematik (Kemendikud: 2014) adalah: a. Menghilangkan atau mengurangi terjadinya tumpang tindih materi. b. Memudahkan peserta didik untuk melihat hubungan- hubungan yang bermakna.

14 c. Memudahkan peserta didik untuk memahami materi atau konsep secara utuh sehingga pengasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. Sedangkan ruang lingkup pembelajaran tematik meliputi semua KD dari semua mata pelajaran, kecuali agama. Mata pelajaran yang dimaksud adalah Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika, IPA, IPS, Penjasorkes, dan Seni Budaya Prakarya. 4. Keuntungan Pembelajaran Tematik Beberapa keuntungan pembelajaran tematik yaitu: a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu. b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama. c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. e. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas. f. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata. g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus. B. Keterampilan Berbahasa (Berbicara) Pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Kurikulum 2013 menguraikan tujuan pembelajaran yang sejalan

15 dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, yakni agar siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbicara dibedakan empat macam yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut berkaitan antara satu dengan yang lain. 1. Pengertian Keterampilan Berbicara Keterampilan berbicara termasuk dalam keterampilan berbahasa lisan. Hakikat berbicara telah banyak diuraikan oleh para ahli bahasa. Iskandarwassid (2013: 241) menjelaskan bahwa keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Sedangkan berbicara dapat diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara sering dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial karena berbicara merupakan suatu bentuk prilaku manusia yang paling penting bagi kontrol sosial karena berbicara merupakan suatu bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan faktorfaktor fisik, psikologis, dan linguistik secara luas (Ibrahim, 2012: 31). Dari berbagai pengertian keterampilan berbicara di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kegiatan mengolah bunyi-bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, perasaan, pemikiran, dan informasi kepada orang lain melalui berbagai kegiatan berbahasa lisan. Berbicara juga dapat disimpulkan mengucapkan suara yang memiliki tujuan.

16 2. Tujuan Berbicara Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan umum, yaitu memberitahukan dan melaporkan, menjamu dan menghibur, membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (Tarigan, 2008: 16). Menurut Iskandarwassid (2013: 242), tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal berikut: 1) kemudahan berbicara; 2) kejelasan; 3) bertanggung jawab; 4) membentuk pendengaran yang kritis; 5) membentuk kebiasaan. a. Kemudahan berbicara, peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih sampai mereka mengembangkan keterampilan berbicara secara wajar, lancar, dan menyenangkan. Peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan yang tumbuh melalui latihan. b. Kejelasan, dalam hal ini peserta didik harus berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik. Dengan latihan yang terus-menerus dan bimbingan guru, maka kejelasan dalam berbicara kan dapat dicapai. c. Bertanggung jawab, latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk berbicara yang bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan secara sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan begaimana situasi pembicaraan. Latihan yang demikan akan menghindarkan peserta didik dari berbicara yang tidak bertanggung jawab atau bersilat lidah yang menglabui kebenaran.

17 d. Membentuk pendengaran yang kritis, latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis. Peserta didik perlu belajar untuk dapat mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan pembicara. e. Membentuk kebiasaan, kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari. Faktor ini demikian penting dalam membentuk kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang. Tujuan keterampilan berbicara seperti yang telah dikemukakan akan dapat dicapai jika program pengajaran dilandasi prinsip-prinsip yang relevan dan pola kegiatan pembelajaran yang membuat siswa secara aktif mengalami kegiatan berbicara. Prinsip-prinsip tersebut adalah pengintegrasian program latihan keterampilan berbicara sebagai bagian dari penggunaan bahasa secara menyeluruh. Tujuan berbicara di SD bertujuan untuk memupuk keberanian siswa, menceritakan pengetahuan dan wawasan siswa, melatih siswa berpikir kritis dan logis, melatih siswa menghargai pendapat orang lain. 3. Penilaian Keterampilan Berbicara Menurut Mulyati (2008: 8) Keefektifan berbicara ditunjang oleh dua faktor, yaitu faktor linguistik dan faktor ekstralinguistik, sehingga aspek yang dinilai meliputi penguasaan topik, kelancaran, kejelasan suara, serta pilihan kata (diksi). Aspek pilihan kata (diksi) ditekankan pada pilihan kata baku atau tidak baku. Aspek kelancaran penilaiannya meliputi bagaimana siswa berbicara apakah lancar atau masih tersendat-sendat. Untuk aspek penguasaan topik ini menilai kemampuan siswa berbicara dalam topik atau materi yang sedang dibahas pada proses pembelajaran. Apakah pembicaraan siswa sesuai, kurang sesuai atau tidak sesuai topik atau materi yang dibahas, sedangkan pada aspek kejelasan suara, siswa dinilai

18 dari kejelasan suara yang diucapkan, apakah suara siswa sudah jelas dan terdengar oleh seluruh teman di kelas atau hanya terdengar oleh teman sekelompok, atau bahkan hanya terdengar oleh teman di sebelahnya. Penelitian ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Sesuai dengan tingkat penguasaan kemampuan berbahasa yang telah dimiliki oleh siswa, bentuk tes berbicara dapat dilakukan secara terkendali atau secara bebas. Tes berbicara yang bersifat terkendali yaitu dengan isi dan jenis wacana yang ditentukan atau dibatasi, sedangkan tes berbicara yang bersifat bebas tergantung pada keinginan dan kreativitas siswa. Bentuk-bentuk asesment berbicara menurut Ibrahim (2012: 32) yang dapat digunakan antara lain: berbicara singkat berdasarkan gambar, wawancara, menceritakan kembali, pidato/berbicara bebas, percakapan terpimpin, dan diskusi. C. Model Inside Outside Circle (IOC) 1. Pengertian Model Inside Outside Circle (IOC) Model Pembelajaran Inside Outside Circle (Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar) merupakan model pembelajaran dimana Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur (Kurniasih, 2015: 92). Pembelajaran ini lebih leluasa dilaksanakan di luar kelas, atau tempat terbuka karena mobilitas siswa akan cukup tinggi, sehingga diperlukan perhatian ekstra. Namun demikian jika jumlah siswa tidak terlalu banyak bisa juga dilaksanakan di dalam kelas. Adapun informasi yang saling berbagi merupakan isi materi pembelajaran yang mengarah pada tujuan pembelajaran. Pada saat nanti berbagi informasi, maka semua siswa akan saling

19 memberi dan menerima informasi pembelajaran. Tujuan model pembelajaran ini adalah melatih siswa belajar mandiri dan belajar berbicara menyampaikan informasi kepada orang lain. Selain itu juga melatih kedisiplinan, ketertiban, menciptakan komunikasi yang baik dengan teman sebaya, serta meningkatkan keterampilan berbicara. 2. Langkah-langkah Model Inside Outside Circle Model Inside Outside Circle ini memiliki tujuan melatih siswa belajar mandiri dan belajar berbicara menyampaikan informasi kepada orang lain. Selain itu juga melatih kedisiplinan, ketertiban, menciptakan komunikasi yang baik dengan teman sebaya, serta meningkatkan keterampilan berbicara. Tujuan akan tercapai jika pelaksanaannya sesuai dengan langkah-langkah yang dimiliki oleh model pembelajaran Inside Outside Circle, menurut (Kurniasih, 2015: 94) langkahlangkah model Inside Outside Circle adalah sebagai berikut: a) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap ke luar. b) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam. c) Dua peserta didik yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan. d) Kemudian, peserta didik berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara peserta didik yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. e) Sekarang, giliran peserta didik berada di lingkaran besar yang membagi informasi, demikian seterusnya. f) Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Dengan adanya langkah-langkah model pembelajaran Inside Outside Circle, maka peneliti menerapkan model tersebut untuk digunakan dalam penelitian tindakan kelas pada kelas IV SDN Candirenggo 03 Singosari Malang. 3. Kelebihan Model Inside Outside Circle (IOC) Model pembelajaran Inside Outside Circle memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara antara lain:

20 a. Memberi kesempatan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. b. Menumbuhkan kerja sama dan berfikir kritis. c. Mengembangkan sikap sosial siswa. d. Melatih siswa belajar mandiri. e. Belajar berbicara menyampaikan informasi kepada orang lain. f. Melatih kedisiplinan dan ketertiban. 4. Kelemahan Model Inside Outside Circle (IOC) Selain terdapat kelebihan, tentu saja model pembelajaran Inside Outside Circle juga memiliki kelemahan antara lain: a. Membutuhkan ruang kelas yang besar. b. Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau. c. Rumit untuk dilakukan. D. Metode Show and Tell 1. Hakikat Metode Show and Tell Show and Tell adalah kegiatan yang mengutamakan kemampuan berkomunikasi sederhana. Tujuan kegiatan ini adalah melatih anak berbicara di depan kelas dan membiasakan anak peka terhadap hal-hal sederhana sehari-hari (Tilaar, 2013: 103). Sementara itu menurut Ningsih (2014: 31) mendefinisikan Show and Tell merupakan kegiatan menunjukkan sesuatu kepada audiens dan menjelaskan atau mendeskripsikan sesuatu itu. Selain itu dalam penjelasannya, metode Show and Tell mengacu pada tiga bidang utama, yaitu edukasi, musik dan teater. Diantara tiga bidang tersebut, metode Show and Tell edukatif yang paling diandalkan di negara barat. Metode Show and Tell dimanfaatkan untuk tiga ranah

21 sekaligus. Tiga ranah tersebut adalah Show and Tell educative for speaking (Show and Tell edukatif untuk berbicara), Show and Tell educative for record playing toys (Show and Tell untuk bermain dengan mainan), dan Show and Tell for children s book (Show and Tell untuk buku anak). Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian metode Show and Tell adalah suatu metode pembelajaran dengan kegiatan anak menunjukkan benda, menyatakan pendapat, mengungkapkan perasaan, keinginan, maupun pengalaman terkait dengan benda tersebut. 2. Langkah-langkah Metode Show and Tell Metode Show and Tell ini memiliki tujuan untuk melatih anak berbicara di depan kelas dan membiasakan anak peka terhadap hal-hal sederhana sehari-hari. Tujuan akan tercapai jika pelaksanaannya sesuai dengan langkah-langkah yang dimiliki oleh metode Show and Tell, menurut Ningsih (2014: 36-37) menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan Show and Tell adalah sebagai berikut: a) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa, b) Guru memberi contoh cara melakukan Show and Tell secara klasikal, c) Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan diri tanpa ditunjuk, jika tidak ada satu anakpun yang bersedia, maka dengan cara dipanggil oleh guru, d) Siswa melakukan Show and Tell, e) Siswa distimulasi dengan cara memberikan pertanyaan jika kesulitan untuk menyampaikan maknanya, f) Setelah selesai melakukan Show and Tell, masing-masing siswa diberi pertanyaan yang berbeda oleh guru, g) Sebagai bentuk penguatan, siswa diberi reward. Dengan adanya langkah-langkah metode pembelajaran Show and Tell, maka peneliti juga menggunakan metode tersebut bersaaman dengan model pembelajaran Inside Outside Circle untuk digunakan dalam penelitian tindakan kelas pada kelas IV SDN Candirenggo 03 Singosari Malang.

22 3. Kelebihan Metode Show and Tell Terdapat beberapa kelebihan dari metode Show and Tell. Beberapa kelebihan tersebut adalah sebagai berikut: a. Metode yang sangat sederhana, sehingga mudah untuk diterapkan pada anak. b. Menggunakan benda yang bersifat konkret, sehingga memudahkan anak untuk bercerita. c. Memberikan kesempatan pada semua anak untuk terlibat aktif karena menekankan pada pendekatan partisipatoris dalam proses pembelajaran. d. Efektif untuk mengembangkan kemampuan berbicara di depan umum (public speaking). Kemampuan berbicara di depan umum (public speaking) merupakan salah satu karakteristik percaya diri. e. Melatih anak melakukan pemecahan masalah (problem solving), yakni saat bercerita anak belajar untuk menyusun informasi terkait dengan benda yang ditunjukkan. 4. Kelemahan Metode Show and Tell Selain terdapat kelebihan dari penggunaan metode Show and Tell, maka terdapat pula kekurangan antara lain: a. Penggunaan metode harus selalu dengan pengawasan guru. Hal ini dikarenakan metode tersebut memerlukan bimbingan apabila siswa kesulitan dalam menceritakan benda yang digunakan. b. Penggunaan metode ini tidak dapat digunakan dalam kondisi mendadak, hal tersebut dikarenakan perlu adanya persiapan benda maupun pengalaman yang akan diceritakan.

23 c. Waktu yang disediakan untuk melakukan Show and Tell terbatas. Hal ini dikarenakan Show and Tell dilakukan secara bergiliran, sehingga agar semua anak bisa tampil maka waktu yang disediakan hendaknya cukup banyak. E. Sintaks Pembelajaran dengan Model Inside Outside Circle dan Metode Show and Tell Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran dengan Model Inside Outside Circle dan Metode Show and Tell Langkah-langkah Pembelajaran Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 15 orang. Siswa diajak keluar kelas dan membentuk lingkaran sesuai dengan intruksi guru. Kelompok 1 membentuk lingkaran dalam dan menghadap keluar, sedangkan kelompok 2 membentuk lingkaran luar dan menghadap ke dalam. Siswa kelompok 1 dan 2 saling berhadapan dan saling berbagi informasi dengan cara siswa kelompok lingkaran dalam bertugas menginformasikan tentang materi yang didapat dan kelompok lingkaran luar bertugas menginformasikan tentang materi yang didapat dengan menggunakan gambar. Siswa kembali ke kelas bersama kelompok kecilnya. Secara acak siswa mempresentasikan hasil informasi yang di dapat dengan menggunakan gambar di depan kelas. Model Inside Outside Circle Metode Show and Tell

24 F. Materi Kelas IV Tema 7 (Cita-citaku) Pada tema 7 terdiri dari 3 subtema, peneliti mengambil subtema 1 (Aku dan Cita-citaku). Setiap subtema terdiri dari 6 pembelajaran, dan peneliti menggunakan pembelajaran 1 yang terdiri dari 4 mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, SBdP, PPKn, IPA dengan kompetensi dasar dan indikator sebagai berikut: Kompetensi Dasar : Bahasa Indonesia 3.3 Menggali informasi dari teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 4.3 Mengolah dan menyajikan teks wawancara tentang jenis-jenis usaha pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. SBdP 3.1 Mengenal karya dua dan tiga dimensi berdasarkan pengamatan. 4.1 Menggambar alam berdasarkan pengamatan keindahan alam. PPKn 1.1 Memahami makna dan keterkaitan simbol-simbol sila Pancasila dalam memahami Pancasila secara utuh. 1.2 Mengamati dan menceritakan perilaku di sekitar rumah dan sekolah dari sudut pandang kelima simbol Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh. IPA

25 3.7 Mendeskripsikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4.7 Menyajikan laporan tentang sumber daya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat. Indikator : Bahasa Indonesia 1. Membuat 5 daftar pertanyaan wawancara berkaitan dengan cita-cita. 2. Membuat laporan wawancara berdasarkan kegiatan wawancara dengan teman sebangku. SBdP 1. Menggambar jenis pekerjaan yang berkaitan dengan cita-cita. 2. Mendeskripsikan gambar yang dibuatnya. PPKn 1. Mengidentifikasi bunyi sila Pancasila. 2. Menuliskan contoh kegiatan yang merupakan pengamalan sila Pancasila. 3. Menceritakan kembali hasil informasi yang di dapat dengan menggunakan gambar. IPA 1. Menyebutkan jenis sumber daya alam. 2. Menyebutkan 2 jenis contoh sumber daya alam hayati. 3. Menyebutkan 2 jenis contoh sumber daya alam nonhayati.

26 4. Menceritakan kembali hasil informasi yang di dapat dengan menggunakan gambar. Materi : Bahasa indonesia (Wawancara) Wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data atau memperoleh informasi dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada narasumber atau otoritas. 1. Sekarang, cari tahulah kegiatan-kegiatan yang disukai dan yang tidak disukai oleh teman sebangkumu! Buatlah pertanyaan dengan kata tanya sesuai dengan 5W 1H (Apa, Mengapa, Siapa, Kapan, Dimana, dan Bagaimana)! Contoh daftar pertanyaan: Daftar pertanyaan: Contoh: apa kegiatan yang kamu sukai dirumah? 1. 2. 3. 2. Tuliskan laporan hasil wawancara yang sudah kamu lakukan dengan teman sebangkumu! Narasumber : Pewawancara : Hasil Wawancara : (Sumber: Buku siswa tema 7 (Cita-citaku))

27 SBdP 1. Gambarlah jenis pekerjaan dan lingkungan tempat bekerja yang sesuai dengan cita-citamu! Jenis Pekerjaan Lingkungan Tempat Bekerja (Sumber: Buku siswa tema 7 (Cita-citaku)) IPA (SDA Hayati dan Nonhayati) Sumber daya alam adalah sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup. Sumber daya alam dibagi menjadi 2 jenis, SDA hayati dan non hayati. SDA hayati adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui, contohnya: tumbuhan dan hewan. SDA non hayatiadalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, contohnya: matahari, air, angin, tanah, tambang. 1. Menyebutkan jenis sumber daya alam.

28 2. Menyebutkan 2 jenis contoh sumber daya alam hayati. 3. Menyebutkan 2 jenis contoh sumber daya alam nonhayati. (Sumber: Buku siswa tema 7 (Cita-citaku) dan IPA BSE Kelas IV) PPKn (Pancasila) Bunyi sila Pancasila dan Mengenal Lambangnya. 1. Menuliskan bunyi sila-sila Pancasila! 2. Menuliskan contoh perilakunya di kehidupan sehari-hari! G. Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dilaksanakan saat ini. Merujuk dari hasil penelitian yang dilakukan oleh: Rizky Hanifudin yang dilakukan pada Tahun 2011 dengan judul Penerapan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas 5 SDN Ketawanggede 2 Kota Malang. Hasil

29 penelitian menunjukkan aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami kenaikan. Rata-rata hasil belajar pada pra tindakan yaitu 37,8 dengan ketuntasan belajar kelas 34,6%, pada siklus I meningkat menjadi 63 dengan ketuntasan belajar kelas sebesar 53,8%. Sedangkan di siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 83 dimana ketuntasan belajar kelas sudah mencapai 96%. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan penelti lakukan, yaitu penelitian tentang penerapan model Inside Outside Circle. Sedangkan perbedaannya adalah peningkatannya, peneliti ingin meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa. Peneliti juga menemukan penelitian yang dilakukan oleh Adi Ine Nasrudin pada Tahun 2015 dengan judul Penggunaan Metode Show and Tell Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan berbicara siswa, pada siklus I nilai rata-rata yang didapat adalah 71,97 dengan siswa yang tuntas sebanyak 18 orang dan persentase ketuntasan sebesar 51,42% pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan yaitu nilai rata-rata yang didapat siswa sebesar 82.54 dengan siswa yang tuntas sebanyak 30 orang dan persentase ketuntasan mencapai 81.08 %. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan penelti lakukan, yaitu penelitian tentang peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Show and Tell. Selain terdapat kesamaan ada juga perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa, pada penelitian ini peneliti memadukan antara model pembelajaran Inside Outside Circle dengan metode Show and Tell.

30 H. Kerangka Pikir Fact Condution 1. Tidak menggunakan model pembelajaran dan metode yang bervariatif. 2. Tidak menggunakan media untuk mendukung proses pembelajaran berlangsung. 3. Siswa cenderung pasif dalam kegiatan proses pembelajaran. Ada Perbedaan Output Realita Proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien, yaitu: 1. Pembelajaran menggunakan model dan metode yang variatif. 2. Menggunakan media untuk mendukung proses pembelajaran. 3. Siswa mengikuti proses pembelajaran dengan tertib. Problem 1. Keterampilan berbicara siswa tergolong rendah. 2. Pelaksanaan proses pembelajaran kurang variatif. Solution 1. Menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle. 2. Menggunakan metode Show and Tell. Jika menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle dan metode Show and Tell dalam pembelajaran tematik kelas IV SDN Candirenggo 03 Singosari Malang, maka keterampilan berbicara siswa akan meningkat. Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

31