Sebuah pengamatan terhadap dinamika populasi sapi Bali di Bali 1)

dokumen-dokumen yang mirip
Seuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN

BAB XIII. PERBANDIGAN REGIONAL KARANGASEM GINI RATIO : 0,337 IPM : 64,01 JEMBRANA BANGLI BULELENG TABANAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 41 TAHUN 2006 TENTANG

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

SURVEILANS DAN MONITORING SEROLOGI SE DI WILAYAH KERJA BBVET DENPASAR TAHUN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2015

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2017

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG

Perkembangan Pariwisata Bali

SURAT TUGAS Nomor: 42/UN48.15/KP/2012

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2015

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2016

PROGRAM INOVASI RS INDERA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2011

BAB I PENDAHULUAN. harus selalu menjaga kesehatan, yang merupakan modal utama agar dapat hidup produktif,

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2016

NATURAL INCRESAE SAPI BALI DI WILAYAH INSTALASI POPULASI DASAR PROPINSI BALI

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI PEBRUARI 2010

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2017

Kata Kunci : Kerbau Betina, Karakteristik Reproduksi, Tingkat Kesuburan. Keyword: Female Buffalo, Reproductive Characteristics, Fertility Rate

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2011

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2010

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2016

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2007

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2015

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOVEMBER 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 3 Tahun 1985 Seri B No. 2 Pada tanggal 21 Januari 1985 S A L I N A N

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2008

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2016

TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK

POTRET KESEJAHTERAAN RAKYAT DI PROVINSI BALI MENGGUNAKAN METODE CHERNOFF FACES

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2013

Pengembangan Sistem Manajemen Breeding Sapi Bali

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI AGUSTUS 2015

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2016

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

PANGAN SARI KELOMPOK RUMAH PANGAN LESTARI YANG MENJADI INSPIRASI GUBERNUR BALI

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2008

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Agros Vol. 16 No. 1, Januari 2014: ISSN

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BALI

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2016

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

HALAMAN PENGESAHAN...

PENGUKURAN KEJADIAN PENYAKIT ETIH SUDARNIKA LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN IPB

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

Kinerja Reproduksi Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) di Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo

DINAMIKA POPULASI DAN PRODUKTIVITAS KERBAU DI JAWA : STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

1. BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Transkripsi:

Hemera Zoa 71 (2), 1983 147 Sebuah pengamatan terhadap dinamika populasi sapi Bali di Bali 1) SOEHARSONO, D.H.A. UNRUH, I GDE SUDANA, M. GUNAWAN, DEWA N. DHARMA, A.A. GDE PUTRA, TATY SYAFRIA'tI, SLAMET.WITONO, I GDE KARTAYADNYA, KETUT SANTHIA ADHY PUTRA, G.M. ALIT EKAPUTRA dan M. MALOLE Balai Penyidikan Penyakit Hewan Wilayah VI, Denpasar RINGKASAN Suatu pengamatan terhadap sapi Bali di Bali telah dilakukan pada bulan Juni 1980 sampai dengan bulan Mei 1981. Tujuan utama dari pengamatan ini adalah untuk memperoleh data dasar mengenai produksi dan kehllangan (kematian dsb.) pada populasi. Hasa yang diperoleh menggambarluut umur, struktur, angka kematian, angka kelaldran, angka keguguran dan angka pemindahan pada sapi betina. Data ini dapat dipakai untuk menaksir kerugian yang disebabkan oleh kematian dan menyelidilti penurunan populasi. World Health Organization (WHO) menggambarkan pengamatan (surveillance) sebagai pengumpulan dan interpretasi data (yang dikumpulkan selama memonitor program) untuk mendeteksi perubahan status kesehatan pada suatu populasi (Davies, 1980). Aktivitas pengamatan ini telah dipergunakan di dalam bidang peternakan atau kedokteran veteriner di negara maju maupun negara sedang berkembang, untuk mengungkapkan prevalensi dan kerugian akibat penyakit. Dewasa ini selain infonnasi kualitatip masih diperlukan pule informasi kuantitatip. Dengan adanya infonnasi kualitatip dan kuantitatip, dapat diketahui jenis penyakit dan besarnya kerugian yang dialami. Sebagai tindak lanjut dari seminar epidemiologi veteriner dan pengrunatan penyakit yang diadakan di Bali tahun 1979, maka Balai Penyidikan Penyakit Hewan Wilayah VI Denpasar mempralcarsai suatu sistim pengamatan pada sapi Bali di Bali. Tujuan utama pengamatan ini adalah untuk memonitor populasi sapi Bali, dalam produksi dan kerugian baik oleh penyakit maupun sebab lain. Hasil pengamatan diliarapirqn dapat memberikan sumbangan pemildnr atau bahan pertimbangan dalam melakulan tindakan yang.menyangkut peningkatan produksi maupun pengamanan penyakit pada suatu populasi sapi Bali. Desa sentinel MATER! DAN METODA Sebanyak 8 desa dipilih untuk mewaloli 8 kabupaten yang ada. Pemilihan desa ini didasarkan atas ketinggian tempat dan kesuburan tanah. Sapi sentinel Sapi-sapi yang ada di 8 deal di at= dianggap mewakili populasi sapi di Bali dan diob- 1) Dart : Laporan Tahunan Hasil Penyidikan Penyakit Hewcu di Indonesia PeriOde Tahun 1976 1981. Ditkesivan, Mien. Peternakan. Jalcara, 1982.

148 Hemera Zoa 71 (2), 1983 servasi selama satu tahun. Tiap-tiap desa diawasi oleh seorang tenaga tehnik menengah (SNAKMA). Kunjungan pertama berlangsung selama 2 bulan, kemudian selang 3 bulan dengan masa kunjungan selama 1 2 minggu. Pada waktu tertentu tempattempat tersebut dikunjungi team dokter hewan selama 2 3 hari. Pengamatan selama satu tahun ditelcankan pada reprodulcsi sapi betina. Sapi sentinel HASIL Jumlah sapi sentinel dan rata-rata pemilikan ternak di ringkaskan dalam Tabel 1. Struktur um- Struktur umur sapi jantan dan betina digambarkan dalam Gambar 1 dan 2. Pada Gambar 1 terlihat bahwa perbandingan sapi betina dan jantan hampir seimbang dari umur kurang satu tahun sampai dengan 4 tahun. Mulai umur 5 tahun ke atas proporsi sapi jantan lebih kecil dibandingkan dengan sapi betina. Gambar 2 menunjukkan adanya perbedaan populasi sapi betina sebanyak 8 % antara umur kurang satu tahun dengan 1 2 tahun; 15 % antara umur 1 2 dengan 3 tahun; 17% antara umur 4 dan 5 tahun dan 39 % antara 6 dan 7 tahun, pada sapi betina. Kematian Kematian per tahun sapi jantan dan betina umur 3 atau lebih adalah 0.5 %. Angka yang sama ditunjukkan oleh kematian pada umur 1 2 tahun. Pada umur kurang dari satu tahun kematiannya 4,7 %. Penyebaran kematian di bawah umur satu tahun adalah 91% pada umur kurang dari 6 bulan, 65 % umur kurang dari 3 bulan dan 40 % kurang dari 1 bulan. Angka kelahiran Yang dimaksud dengan angka kelahiran adalah persentase anak sapi lahir hidup per induk sapi kelompok umur produktip dalam satu tahun. Dari 3.554 induk sapi berumur 3.5 tahun ke atas tercatat 1.999 anak sapi yang dilahirkan selama satu tahun. Ini berarti angka kelahiran sapi Bali adalah 56.2 %. Angka keguguran Angka keguguran diartilcan sebagai persentase jumlah kejadian abortus per jumlah betina yang melahirkan dalam 1 tahun. Tercatat 10 kejadian abortus selama setahun. Bila angka di atas dihubungkan dengan jumlah anak sapi yang dilahirkan, menunjukkan angka keguguran sebesar 0.5 %. Angka pemindahan Penghitungan angka pemindahan dilakukan dengan mencatat jumlah penjualan dan pembelian ternak selama setahun. Hasilnya dir' inglcaskan dalam Tabel 2. Semua hasil pengatnatan diringkaskan dalam Tabel 3.

Honors Zoa 71 (2), 1983 149 Tabel 1. Jumbh Sapi Sentinel dan Rata-mta Pemilikan Tern& Kabupaten Kabupaten Kode desa Jumlah petemak Betina Populasi Jantan Rata-rata pemilikan ternak Jembrana I 243 514 101 2.5 Tabanan II 370 477 410 2.4 Gianyar III 840 1.473 920 2.8 Badung IV 316 920 1.000 6.1 Buleleng V 478 869 381 2.6 Bangli. VI 208 293 471 3.7 Klungkung VII 297 406 268 23 Karangasem VIII 788 1.773 1.515 4.2 kunlah 3.540 6.725 5.066 33 Tabel 2. Angka Pemindahan Sapi Bali Betina di Bali Persentase pembelian Persentase Kelompok umur Populasi sapi penjualan sapi ke pasar Desa Antar-desa 3 15 tahun 3.171 0.6 13 5.2 1 3 tahun 2.571 5.2 5.4 6.5 1 tahun 983 3.2 1.9 7.5

150 Hemera Zoa 71 (2), 1983 Tabel 3. Hasil Program Pengamatan Umur Angka Distribusi Angka Angka Pembelian Penjual- (talmn) kematian kelahiran kelahiran keguguran an ke Sedesa Antar- pasar desa 3-15 0.5 % 22.5% 56% 0.5% 0.6% 13% 5.2% 1 3 0.5% 12.5% 52% 5.4% 6.5% 1 4.7% 6.5% 3.2% 1.9% 75% Tabel 4. Perkiraan Kerugian per Tahun Akibat Kematian Sapi Bali Pada Keadaan Non Epizootik di Bali Kelompok sapi Populasi Angka kematian (96) (ribu rupiah) Kerugian (juts rupiah) Betina dewasa clan petantan 54.000 0.5 236 63.7 %Wan 4tebiri 21.000 0.5 222 233 Jantan muds 29.000 0.5 160 23.2 Betina muds 39.000 0.5 120 23.4 Induk 139.000 0.5 201 139.7 Anak sapi 1 than 77.840 4.7 60 219.5 Jumlah 492.8

Hemera Zoa 71 (2), 1983 151 rg i z z. 27.7zEz/ :;// 7/7/ vil.7/22ity / f22.al702yezi. -7.8/ Al/ffg2//EZa/ZZEF= F2=7, 7,M9 7 ggeyki/ / I. v;77/777 1 7 //z/g/ww//e//z/1/ /./_;`Z 7 ', 7 /17zigfi t^i 2_2(7 A7,7p1 00 (N1 (001 X) IsEIndod

152 Hemera Zoa 71 (2), 1983 15 F L. 14 13 12 11 IC = presentase penurunan terhadap umur di bawahnya 1 2 E 6 40% <39% <39% < 17% <15% 8% 20 40 60 80 100 120 140 160 Jumbh Siunpel : (Diproyeksikan pads 1000 ekor) Gambar 2. Struktur populasi *pi betina menurut umur.

Hamra Zoa 71 (2), 1983 153 P EMBAHASAN Struktur umur sapi betina menggambarkan adanya penurunan populasi pada masa pre-reproduksi dan awal reproduksi. Penurunan ini nampaknya bukan disebabkan oleh kematian (yang besarnya hanya 0.5%), melainkan dimungkinkan oleh penyingkiran dini. Hal ini dapat dilihat dari lebih tingginya penjualan ke pasar dibandingkan dengan kematian pada umur ini. Sinyalemen penurunan populasi pada kelompok ini perlu mendapat perhatian, mengingat adanya rencana pemerintah untuk meningkatkan populasi temak dan produksi daging. Distribusi kematian menunjukkan, bahwa 65 terjadi pada umur ktirang dari 1 tahun, dengan angka kematian sebesar 4.7 %. Angka kematian ini lebih kecil dibandingkan dengan pengamatan Darmaja (1980), yaitu sebesar 7.33 %. Berdasarkan basil cacah jiwa temak di Bali tahun 1979 (Anonim, 1980), maka diperkirakan terjadi kelahiran anak sapi sebanyak 78.000 sapi per tahun dari 139.000 induk sapi yang ada. Dan jumlah kelahiran di atas diperkirakan kematian anak sapi adalah 3.600 sapi. Lebih lanjut dapat diperkirakan bahwa 65 % dari kematian di atas terjadai pada umur kurang dari 3 bulan. Penyebab kematian pada anak sapi belum dapat diungkapkan, karena pemeriksaan pasca mati terhadap kelompok ini sangat langka. Perkiraan kerugian per tahun yang disebabkan oleh kematian sapi Bali di Bali adalah sebesar Rp. 492.800.000, (label 4). Dari angka kelahiran yang ditemukan selama pengamatan, nampaknya prestasi atau basil reproduksi sapi Bali relatif rendah 156.2 %). Darmaja (1980) mendapatkan persentase kelahiran per kebuntingan sebesar 81;87% dan interval beranak 555 hari. Hal ini berarti angka kelahiran per tahun sebesar 53.8 %. Jadi pengamatan ini tidak jauh berbeda dengan pengamatan Darmaja (1980). Kejadian abortus nampaknya kecil pengarulmya pada gangguan reproduksi sapi Bali. Angka keguguran 0.5 % dapat dikatalcan rendah. Pemeriksaan serologik terhadap Brucellosis menunjukkan bahwa sampai saat ini Bali masih bebas. Perlu diteliti pengaruh pengelolaan dan kemungkinan faktor nutrisi terhadap rendahnya angka kelahiran.

1 54 Hemera Zoa 71 (2), 1983 A surveillance on Bali cattle in Bali was carried out from. June 1980 to May 1981. The main purpose of the surveillance is to get the base line date on production and losses in the population. A Surveillance on Bali Cattle in Bali A Population Monitoring SUMMARY The result described the age, structure, mortality rate, abortion rate and rate of movement in females. The data,could be used to estimate the loss due to mortality and to investigate the decline of the population. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1980 Laporan Cacah Jiwa Hewan tahun 1979. Dinas Peternakan Propinsi Bali. Darmaja, S.G.N. 1980. Setengah Abad Peternalcan Tradisionil Dalim Ekosistim Pertanian di Bali. Disertasi Universitas Pajajaran. Davies, G. 1980. Animal Disease Surveillance dal= Proceedings of the Second International Symposium on Veterinary. Epidemiology and Economics. W.H.O.