PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERMAIN

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri 26 Bandar. ketika pertanyaan dibalik dengan rumus yang sama, siswa tidak bisa

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

BAB I PENDAHULAUN. Dunia pendidikan sekarang ini dihadapkan pada tantangan-tantangan

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

PROBLEM SOLVING DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PGSD FIP UNY

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan

PENGUKURAN JENJANG KEMAMPUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Strategi Pemecahan Masalah (Problem Solving)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

PENERAPAN POLA LATIHAN BERJENJANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Beberapa prinsip pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kemampuan dan keterampilan. Salah satu kemampuan dan keterampilan

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pada saat pre-test tidak terdapat perbedaan dalam pengembangan kreativitas dan kognitif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB I PENDAHULUAN. menarik bagi guru dan siswa. Banyak permasalahan-permasalahan dalam

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika. Menurut Cooney yang dikutip oleh Thoumasis dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak didik dikaruniai potensi kreatif sejak lahir. Hal ini dapat dilihat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja secara umum dan yang sering kali didengar seseorang,

Stimulus Proses Respon

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maulana Malik Ibrohim, 2013

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

Belajar Dan Pembelajaran Metode Based Learning

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aa Juhanda, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadi suatu proses yang

Transkripsi:

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERMAIN Lina Oktariani Utami 1), Indah Sari Utami 2), Nora Sarumpaet 3) PGPAUD IKIP Siliwangi E-mail: 1) linaoktarinautami@gmail.com, 3) nora.sarumparet@gmail.com Abstrak Anak-anak menghadapi masalah dan hambatan dalam kehidupan sehari-harinya, misalnya masalah berebut mainan dengan teman sebaya, kesulitan memahami aturan bermain dan lain-lain. Walaupun masalah yang mereka hadapi tidak sama dengan masalah yang dihadapi orang dewasa, anak tetap harus memiliki kemampuan problem solving yang bisa membantu mereka mengatasi masalah tersebut dengan baik, sehingga kemampuan tersebut akan terus berkembang, salah satunya dalam kemampuan kognitif. Metode pembelajaran problem solving merupakan salah satu metode pembelajaran yang mencerminkan atau dilandasi oleh filsafat konstrukstivisme. Dalam pendidikan anak usia dini, metode problem solving bisa dilakukan dengan cara bermain seperti bermain maze, labirin, bermain peran, bermain balok dll. Kata kunci : problem solving, metode, masalah, bermain. A. PENDAHULUAN Seperti orang dewasa, anak-anak menghadapi masalah dan hambatan dalam kehidupan sehari-harinya, misalnya masalah berebut mainan dengan teman sebaya, kesulitan saat mempelajari hal atau permainan baru, dan lain-lain. Walaupun masalah yang mereka hadapi tidak sama dengan masalah yang dihadapi orang dewasa, anak tetap harus memiliki kemampuan problem solving yang bisa membantu mereka mengatasi masalah tersebut dengan baik, sehingga kemampuan tersebut akan terus berkembang sejalan dengan pertumbuhannya. Anak-anak yang sering bertanya tentang cara kerja sesuatu atau mengapa halhal tertentu terjadi sebagaimana adanya bahkan cenderung memiliki keterampilan menyelesaikan masalah dengan lebih baik. Mereka adalah orang-orang yang dengan cermat menganalisis masalah perseorangan maupun kelompok. Kemampuan anak dalam memecahkan masalah (Problem Solving) dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya baik dalam kemampuan berfikir maupun kreativitasnya. Namun, dalam perjalanannya masih banyak anak yang belum mampu dalam 175

memecahkan masalahnya sendiri. Mereka masih memerlukan bantuan orang dewasa atau guru dalam menerapkan problem solving dalam keseharian. Dan bagaimana penggunan problem solving untuk dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian problem solving, ciri-ciri metode problem solving, langkahlangkah metode problem solving dan metode problem solving dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini melalui kegiatan bermain. B. LANDASAN TEORI 1. Definisi Metode Problem Solving Metode pembelajaran problem solving berasal dari John Dewey, maksud metode ini adalah memberikan latihan kepada anak untuk berfikir. Metode ini dapat menghindarkan anak dari membuat kesimpulan yang tergesa-gesa, menimbangnimbang kemungkinan berbagai pemecahan, dan menangguhkan pengambilan keputusan sampai terdapat bukti-bukti yang cukup (Abdul Kadir Musyik, 1981). Metode pembelajaran problem solving merupakan salah satu metode pembelajaran yang mencerminkan atau dilandasi oleh filsafat konstrukstivisme. Konstuktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri (Matthews, 1994). Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan, pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian aktivitas seseorang (siswa). 2. Ciri-ciri Model Problem Solving Adapun ciri-ciri dari model pembelajaran problem solving adalah: a. Mengajukan pertanyaan atau masalah Pengajaran berdasarkan masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsipprinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara penting dan secara pribadi bermakna bagi anak. b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin Meskipun pengajaran berdasarkan masalahmungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah yang akan diselidiki telah dipilih yang benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. 176

c. Penyelidikan autentik Pengajaran berdasarkan masalah mengharuskan anak melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaiannya taterhadap masalah nyata. d. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya Pengajaran berdasarkan masalah menuntut anak untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. C. PEMBAHASAN Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih anak menghadapi berbagai masalah baik itu masalah perorangan maupun kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersamasama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Metode problem solving atau metode pemecahan masalah bukan sekedar metode mengajar tetapi merupakan metode berfikir. Sebab dengan metode problem solving anak mencoba berusaha belajar berfikir dengan menggunakan metode-metode lainnya dimulai dari metode mencari masalah, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan. Hal ini sebenarnya bukan suatu pekerjaan yang mudah, tetapi anak harus dilatih supaya dapat berfikir kreatif. Metode problem solving dapat diberikan secara individu maupun kelompok yang bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas berfikir anak. Pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah interaksi antara stimulus dan respon yang merupakan hubungan dua arah, belajar dan lingkungannya. Hubungan dua arah itu terjadi antara siswa dan guru, antara pelajar dan pengajar. Lingkungan memberikan pengaruh dan masukan kepada anak berupa bantuan dan masalah dan system saraf otak memberikan bantuan secara efektif sehingga masalah yang dihadapi diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari jalan pemecahannya. Pengetahuan dasar dan pegalaman anak yang telah dimiliki dan telah diperoleh dari lingkungannya akan menjadikan dirinya sebagaibahandanmateriuntuk memperoleh pengertian serta dijadikan pedoman untuk mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya kedalam situasi baru yang belum dikenal. 177

1. Langkah-langkah Metode Problem Solving Memecahkan masalah bukan pekerjaan yang mudah tetapi perlu langkahlangkah yang konkrit. (Abu Ahmadi, 1997) mengemukakan bahwa langkah-langkah pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah sebagai berikut. a) Menyadari adanya masalah b) Memahami hakikat masalah secara jelas c) Mengajukan hipotesis d) Mengumpulkan data e) Analisis dan sintesis data f) Mencoba mengambil kesimpulan g) Mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah. Langkah-langkah di atas merupakan hal-hal yang harus ditanamkan pada anak dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving agar anak mengerti apa pentingnya masalah dan memecahkannya. Metode problem solving dalam mengembangkan kemampuan kognitif pada anak usia dini. Menurut Anas Sudijono (2001: 49) ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Robert M. Gagne dalamw.s.winkel (1996: 102) juga menyatakan bahwa ruang gerak pengaturan kegiatan kognitif adalah aktivitas mentalnya sendiri. Lebih lanjut Gagne menjelaskan bahwa pengaturan kegiatan kognitif mencakup penggunaan konsep dan kaidah yang telah dimiliki, terutama bila sedang menghadapi suatu problem. A.de Block dalam W.S. Winkel (1996: 64) menyatakan bahwa: Ciri khas belajar kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentukbentuk representasi yang mewakili obyekobyek yang dihadapi, entah obyek itu orang, benda atau kejadian/peristiwa. Obyek-obyek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif adalah penampilan yang dapat diamati dari aktivitas mental (otak) untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri.pengaturan aktivitas mental dengan menggunakan kaidah dan konsep yang telah dimiliki yang kemudian direpresentasikan melalui tanggapan, gagasan, atau lambang. Benjamin S. Bloom dkk berpendapat bahwa ranah kognitif meliputi enam jenjang proses berpikir yaitu: a. Pengetahuan (knowledge), adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan 178

sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untukmenggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini merupakan proses berpikir yang paling rendah. b. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. c. Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metodemetode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret. Menurut Von Glaserfeld dalam Paulinan Panen (2005) dikemukakan bahwa agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan maka dibutuhkan: a. Kemampuan anak untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, ini sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu anak dengan pengalaman-pengalaman tersebut. b. Kemampuan anak untuk membandingkan dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Hal ini agar anak dapat menarik hal yang umum dari pengalaman-pengalaman khusus sehingga dapat membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya. c. Kemampuan anak untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari pengalaman yang lain, sehingga dapat dijadikan landasan bagi pembentukan pengetahuannya. Kemampuan problem solving anak melalui kegiatan bermain Neuroscience menunjukkan bahwa bermain merupakan salah satu cara sikecil mempelajari kemampuan problem solving. Para psikolog menyatakan bahwa ada 2 jenis masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu masalah konvergen dan divergen. Masalah konvergen merupakan masalah yang hanya memiliki 1 solusi atau jawaban, sedangkan masalah divergen adalah masalah yang memiliki banyak solusi atau jawaban. 179

Neuroscience menyatakan bahwa cara bermain anak berperan penting dalam mengembangkan kemampuannya untuk memecahkan masalah divergen. Penelitian tersebut membandingkan kemampuan problem solving anak yang lebih sering bermain dengan permainan konvergen seperti puzzle dengan anak yang bermain dengan permainan divergen seperti balok kayu. Hasilnya, anak yang bermain dengan permainan divergen lebih kreatif dalam mencari pemecahan masalah. Kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak dengan menggunakan metode problem solving diantaranya, bermain maze, bermain peran, bermain labirin, bermain balok dan menyusun menara dengan kubus. Sebagai contoh, saat anak bermain maze atau labirin, isini anak dilatih untuk dapat memecahkan masalah dalam mencari jalan keluar serta melatih anak tentang cara berfikir dan kreatifitas anak. D. SIMPULAN Metode problem solving dapat menghindarkan anak dari membuat kesimpulan yang tergesa-gesa, menimbangnimbang kemungkinan berbagai pemecahan, dan menangguhkan pengambilan keputusan sampai terdapat bukti-bukti yang cukup (Abdul Kadir Musyik, 1981). Kemampuan kognitif adalah penampilan yang dapat diamati dari aktivitas mental (otak) untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri. Pengaturan aktivitas mental denganmenggunakan kaidah dan konsep yang telahdimiliki yang kemudian direpresentasikan melalui tanggapan, gagasan, atau lambang. Anak yang dapat memecahkan masalah sendiri menunjukkan bahwa kemampuan kognitif dalam berfikir dan berkreatifitas dapat berkembang dengan baik. Untuk itu, sangatlah penting melatih anak untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan yaitu dengan bermain puzzle, maze, labirin atau bermain peran. E. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat PAUD. 2008. Perkembangan dan Belajar Anak Didik. 2005. Pekanbaru. Cendikia Insani. Nur aini, Farida. Edu Games For Children. Surakarta. Afra Publishing. Roestiyah. N. K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Bina Aksara. Cet III 180