POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

dokumen-dokumen yang mirip
POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus Linnaeus) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG KASANG KULIM KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR RIAU

SMP NEGERI 3 MENGGALA

Analisis Penggunaan Ruang dan Waktu Rusa Sambar Rusa unicolor di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Disiapkan Oleh:

III. METODE PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA. Alikodra, S. H Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Faktor Faktor Penentu Keberhasilan Pelepasliaran Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) di Taman Nasional Bukit Tigapuluh

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. alam, dewasa ini lebih banyak dituangkan dalam program kerja kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015

POLA AKTIVITAS ORANGUTAN (Pongo abelii) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KETAMBE ACEH TENGGARA

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.2

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumatera. Klasifikasi orangutan sumatera menurut Singleton dan Griffiths

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

PERILAKU ANAK ORANGUTAN (Pongo pygmaeus pygmaeus) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, TAMAN MARGASATWA RAGUNAN DAN TAMAN SAFARI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

KEBIJAKAN, PERUNDANGAN DAN KELEMBAGAAN PERBURUAN SATWA DI INDONESIA. Dosen Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang-

III. BAHAN DAN METODE. antara bulan Januari Maret 2014 dengan pengambilan data antara pukul

BAB III METODE PENELITIAN

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan

BRIEF Volume 11 No. 05 Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. rapat dan menutup areal yang cukup luas. Sesuai dengan UU No. 41 Tahun

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERILAKU ANAK ORANGUTAN (Pongo pygmaeus pygmaeus) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, TAMAN MARGASATWA RAGUNAN DAN TAMAN SAFARI INDONESIA

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA DAN KEBUN KELAPA SAWIT, CIKABAYAN KAMPUS IPB RIZKI KURNIA TOHIR E

TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

BAB III METODE PENELITIAN

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEKALIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.40/Menhut-II/2012 TENTANG

IV. METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung

PERILAKU MAKAN DAN JENIS PAKAN ORANGUTAN(Pongo pygmaeus) DI YAYASAN INTERNATIONAL ANIMAL RESCUE INDONESIA (YIARI) KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF KATAK POHON BERGARIS (Polypedates leucomystax)

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.39/Menhut-II/2012 TENTANG

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

Aktivitas Harian Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor

BAB I PENDAHULUAN. bagi keseimbangan ekosistem alam. Seiring dengan kegiatan manusia yang terus

IV. METODE PENELITIAN

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA

LAPORAN PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF BUNGLON (Bronchochela sp.) Oleh :

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Tingkah Laku Owa Jawa (Hylobates moloch) di Fasilitas Penangkaran Pusat Studi Satwa Primata, Institut Pertanian Bogor

KAJIAN SEJARAH PERBURUAN DI INDONESIA. Dosen Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Transkripsi:

POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E34120028 Dosen Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA PROGRAM STUDI KONSERVASI BIODIVERSITAS TROPIKA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016

BAB I PENDAHULUAN Taman Margasatwa Ragunan (TMR) merupakan sarana konservasi bagi kekayaan alam flora dan fauna yang berfungsi sebagai tempat penelitian, edukasim dan sarana rekreasi masyarakat. Berdasarkan surat Keterangan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.970/KPRS-II/1968, tentang lembaga konservasi tumbuhan dan satwaliar disebutkan bahwa kebun binatang memiliki fungsi sebagai lembaga konservasi ex-situ, yang melakukan usaha perawatan penangkaran berbagai jensi satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, pengembangan IPTEK serta sarana yang sehat. Orangutan sumatera (Pongo abelii) merupakan salah satu satwa yang dijadikan objek konservasi eksitu di TMR. Berdasarkan IUCN status orang utan sumatera dinyatakan kritis. Orangutan sumatera termasuk kedalam daftar satwa dilindungi oleh UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan ekosistemnya, PP NO. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dan PP No.8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwaliar untuk melindungi keberadaan orangutan dan habitatnya. Habitat orangutan di TMR berbentuk kandang sehingga akan mempengaruhi perilaku dan pola penggunaan ruang. Selanjutnya Santosa (1990) menyebutkan bahwa penggunaan ruang merupakan seluruh interaksi antara satwa dan habitatnya. Praktikum kali ini akan dikaji bagaimana pola penggunaan ruang oleh orangutan sumatera di TMR. Hasil dari praktikum ini akan dilihat apakah kondisi habitat orangutan saat ini apakah sesuai dan memenuhi kebutuhan perilaku harian orangutan di habitat aslinya atau tidak. Sehingga pengelola dapat meningkatkan pengelolaan perkandangan yang menyerupai habitat aslinya.

BAB II METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta pada Jumat, 6 Mei 2016. Alat dan Objek Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan tally sheet untuk mencatat penggunaan ruang oleh orangutan, kamera untuk mendokumentasikan perilaku orangutan. Objek penelitian ini adalah orangutan sumatera betina dewasa. Pengumpulan Data Pengambilan data digunakan dengan metode focal animal sampling dan secara ad libitum, dengan mengamati aktivitas orangutan secara vertical pada dua area yaitu atas dan bawah (tanah) dengan interval waktu 5 menit, mulai pukul 09.00-16.00 WIB. Analisis Data Untuk mengetahui hubungan habitat dengan perilaku orangutan digunakan Uji Khi-kuadrat. Hubungan-hubungan dimaksud di antaranya adalah: a. Jenis aktivitas dengan posisi dalam ruang (ketinggian pada pohon/vegetasi). b. Jenis aktivitas pada posisi tertentu dalam ruang dengan waktu. c. Jenis aktivitas dengan waktu. Hipotesa-hipotesa yang diuji sebagai H0, yaitu tidak adanya hubungan antara aktivitas tertentu yang dilakukan orangutan dengan ruang yang digunakan. Untuk menguji hipotesis nol (H0) dengan cara menghitung semua frekuensi harapan bagi setiap sel. Pengujian hipotesa menggunakan rumus: k X 2 = i=1 (Oi Ei)2 Ei

Dimana: Oi = Frekuensi hasil pengamatan ke-i Ei = Frekuensi yang diharapkan Pengujian dilakukan dengan X2 tabel pada tingkat signifikan 0,05. Jika X2 hitung >X2 tabel, maka tolak H0 dan jika X2 hitung < X2 tabel, maka terima H0. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas pola penggunaan ruang orangutan sumatera di TMR didapatkan 7 perilaku (Tabel 1) Tabel 1 Perilaku orangutan sumatera dan penggunaan ruangnya Penggunaan Ruang Perilaku Total Atas Bawah Ingestive 17 7 24 Bermain 17 3 20 Memelihara anak 8 0 8 Mengawasi 12 1 13 Membuang kotoran 1 1 2 Istirahat 2 0 2 lokomosi 1 2 3 Total 58 14 72 Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa perilaku dominan orangutan sumatera di TMR dilakukan diatas permukaan tanah. Kebiasaan orangutan beraktivitas pada daerah atas disebut juga arboreal. Menurut Kuncoro (2004) di alam orangutan dijumpai hidup pada habitat hutan hujan dataran rendah secara semi soliter dan arboreal. Orangutan menghabiskan sebagian waktunya berada pada kanopi hutan, yang berfungsi untuk melindungi diri dari predator dan pertimbangan ketersediaan pakan.

Hasil uji hubungan perilaku orangutan dengan ruang pada taraf nyata 0,05 menyatakan bahwa X2 hitung < X2 tabel = 10,747 < 12,59. Hasil ini menunjukkan untuk menerima H0 dan menolak H1. Secara deskriptif dapat dikatakan bahwa tidak adanya hubungan antara aktivitas tertentu yang dilakukan oleh orangutan dengan ruang yang digunakan. Perbedaan penggunaan ruang oleh orangutan bisa disebabkan karena adanya perbedaan habitat eksitu kandang orangutan (Suhadi et al. 2015). Hal ini memang terbukti pada kandang orangutan sumatera di TMR tidak memiliki pengayaan kandang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan orangutan, sehingga seluruh kegiatan harian prangutan dilakukan pada tempat itu juga. Hal ini yang menyebabkan tidak adanya pengaruh antara perilaku harian dengan pernggunaan ruang pada kandang. Kesimpulan Perilaku orangutan yang tercatat sebanyak 7 jenis perilaku, dengan dominan kegiatan dilakukan pada kandang bagian atas (arboreal) hal ini sesuai dengan perilaku orangutan di habitat alaminya, Tetapi jika dilakukan pengujian hubungan antara perilaku harian yang dilakukan terhadap penggunaan ruang vertical tidak memiliki hubunngan, hal ini dikarenakan kandang orangutan di TMR tidak memiliki luasan dan pengayaan kandang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perilaku alaminya di habitat alami. Daftar Pustaka Kuncoro P. 2004. Aktivitas Harian Oranutan Kalimantan Rehabilitasi di Hutan Lindung Pegunungan Meratus, Kalimantan Timur [skripsi]. Bali(ID): Universitas Udayana. Suhandi AP, Yoza D, Arlita T. 2015. Perilaku harian orangutan (Pongo pygmaeus linnaeus) dalam konservasi ex-situ di Kebun Binatang Kasang Kulim Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Riau. Jom faperta. 2(1). Februari 2015.

Lampiran 1 Pengolahan data hubungan antara aktivitas harian dengan pola penggunaan ruang orangutan sumatera di TMR Perilaku Penggunaan Ruang Atas Bawah Total Ingestive 17 7 24 Bermain 17 3 20 Memelihara anak 8 0 8 Mengawasi 12 1 13 Membuang kotoran 1 1 2 Istirahat 2 0 2 lokomosi 1 2 3 Total 58 14 72 Frekuensi harapan = total baris x total kolom total pengamatan e1a = (24 x 58) / 72 = 19,33 e1a = (24 x 14) / 72 = 4,67 e1b = (20 x 58) / 72 = 16,11 e1b = (20 x 14) / 72 = 3,89 e1c = (8 x 58) / 72 = 6,44 e1c = (8 x 14) / 72 = 1,56 e1d = (13 x 58) / 72 = 10,47 e1d = (13 x 14) / 72 = 2,53 e1e = (2 x 58) / 72 = 1,61 e1e = (2 x 14) / 72 = 0,39 e1f = (2 x 58) / 72 = 1,61 e1f = (2 x 14) / 72 = 0,39

e1g = (3 x 58) / 72 = 2,42 e1g = (3 x 14) / 72 = 0,58 Derjat bebas = (jumlah baris 1) (jumlah kolom 1) = (7-1) (2-1) = 6 k X 2 = i=1 (Oi Ei)2 Ei X 2 = (((17-19,33) 2 /19,33) + ((7-4,67) 2 /4,67) + ((17-16,11) 2 /16,11) + ((3 3,89) 2 /3,89) + ((8-6,44) 2 /6,44) + ((0-1,56) 2 /1,56) + ((12-10,47) 2 /10,47) + ((1-2,53) 2 /2,53) + ((1-1,61) 2 /1,61) + ((1-0,39) 2 /0,39) + ((2-1,61) 2 /1,61) + ((0-0,39) 2 /0,39) + ((1-2,42) 2 /2,42) + ((2-0,58) 2 /0,58)) = (0,28 + 1,16 + 0,049 + 0,2 + 0,378 + 1,56 + 0,22 + 0,925 + 0,23 + 0,954 + 0,094 + 0,39 + 0,83 + 3,477) = 10,747 Hasil uji hubungan perilaku/aktifitas orangutan dengan ruang pada taraf nyata 0,05 menyatakan bahwa χ2 hit < χ2 tab = 10,747 < 12,59. Hasil ini menunjukkan untuk menerima H0 dan menolak H1. Secara deskriptif dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku orangutan dengan ruang yang digunakan.