BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Sutrisno (dalam Anoraga, 2009) Kepuasan kerja pada dasarnya adalah security feeling (rasa aman) dan mempunya segi-segi, yaitu : 1.) segi sosial ekonomi (Gaji dan Jaminan sosial), 2.) segi sosial psikologi (Kesempatan untuk maju, Kesempatan mendapatkan penghargaan, Berhubungan dengan masalah pengawasan, Berhubungan dengan pergaulan antara karyawan dengan karyawan lain dan antara karyawan dengan atasannya). Kepuasan kerja adalah erat kaitannya dengan apa yang diharapkan karyawan dari pekerjaannya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan. Newstrom (1990) mengemukakan bahwa job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes view their work. Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung yang dialami (pegawai) dalam bekerja. Wexley dan Yuki (dalam As ad, 2002) mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an employee feels about his or her job. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. 8
9 Handoko (2011) menyatakan keadaan emosi yang menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapai di lingkungan kerjanya. Robins (2008) mengemukakan kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan pegawai. Merupakan sikap umum yang dimiliki oleh pegawai yang erat kaitannya dengan imbalan imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan. Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kepuasan kerja adalah suatu perasaan dan sikap positif karyawan terhadap pekerjaannya, kondisi, situasi kerja, interaksi dan peran karyawan dalam lingkungan kerja yang berkaitkan dengan kebutuhan yang akan dicapai dengan kenyataan yang ada. 2. Faktor faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Menurut Burt (Anoraga, 2009) faktor yang menentukan terbentuknya kepuasan kerja adalah : a. Faktor hubungan antar karyawan. Hubungan langsung antara manajer dengan karyawan, faktor psikis dan kondisi kerja, hubungan sosial di antara karyawan, sugesti dari teman sekerja, emosi dan situasi kerja. b. Faktor individual, berhubungan dengan sikap, umur, jenis kelamin.
10 c. Faktor luar. Berhubungan dengan keadaan keluarga karyawan, rekreasi, pendidikan. As ad, (2002) mengemukakan faktor-faktor kepuasan kerja : a. Faktor pemimpin dan karyawan, faktor fisik dan kondisi kerja, hubungan sosial di antara karyawan, sugesti dari teman sekerja, emosi dan situasi kerja. b. Faktor individu, yaitu yang berhubungan dengan sikap orang terhadap pekerjaannya. c. Faktor luar, yaitu dukungan yang berasal dari luar diri individu misalnya keluarga. Kepuasan kerja berhubungan erat dengan aspek seperti umur, tingkat pekerjaan dan ukuran organisasi perusahaan Jewell dan Siegall (1998): a. Umur, ada kecenderungan karyawan yang lebih tua lebih merasa puas dari karyawan yang berumur relatif lebih muda. Hal ini diasumsikan bahwa karyawan yang lebih tua telah berpengalaman sehingga ia mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan, sedangkan karyawan usia muda biasanya mempunyai harapan yang ideal tentang dunia kerjanya, sehingga apabila harapannya dengan realita kerja terdapat kesenjangan, atau ketidakseimbangan dapat meyebabkan mereka menjadi tidak puas. b. Tingkat pekerjaan, karyawan yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih tinggi cenderung lebih puas daripada karyawan yang tingkat
11 pekerjaannya lebih rendah. Hal tersebut dapat terlihat pada karyawan yang tingkat pekerjaannya lebih tinggi menunjukkan kemampuan kerja yang baik dan aktif mengemukakan ide-ide serta kreatif dalam bekerja. c. Ukuran organisasi perusahaan, ukuran organisasi perusahaan dapat mempengaruhi kepuasan karyawan. Hal ini karena besar kecil suatu perusahaan berhubungan pula dengan koordinasi, komunikasi dan partisipasi karyawan. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi dalam kepuasan kerja antara lain yaitu : pemimpin dan karyawan, jenis kelamin, lamanya bekerja dan tingkat pendidikan, lingkungan, rasa aman, kondisi kerja, umur, tingkat pekerjaan, lingkungan, waktu istirahat, dukungan yang berasal dari luar diri dan ukuran organisasi perusahaan. 3. Aspek-Aspek Kepuasan Kerja Menurut Jewell dan Siegall (1998) beberapa aspek dalam mengukur kepuasaan kerja: a. Aspek psikologis, berhubungan dengan kejiwaan karyawan meliputi minat, ketentraman kerja, sikap terhadap kerja, bakat dan ketrampilan. b. Aspek sosial, berhubungan dengan interaksi sosial, baik antar sesama karyawan dengan atasan maupun antar karyawan yang berbeda jenis kerjanya serta hubungan dengan anggota keluarga. c. Aspek fisik, berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu
12 kerja, pengaturan waktu istirahat, keadaan ruangan, suhu udara, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan dan umur. d. Aspek finansial berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besar gaji, jaminan sosial, tunjangan, fasilitas dan promosi. Gilmer (dalam As ad, 2002) berpendapat bahwa ada beberapa aspek kepuasan kerja, yaitu : a. Kesempatan untuk maju, adalah ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja. b. Keamanan kerja. Aspek ini sering disebut penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja. c. Gaji. Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya. d. Perusahaan dan manajemen. Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Aspek ini yang menentukan kepuasan kerja karyawan. e. Pengawasan (supervisi). Bagi karyawan, supervisor dianggap sebagai figur ayah sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn over. f. Aspek intrinsik dari pekerjaan. Aspek yang menyebabkan seseorang menyukai pekerjaan karena pekerjaan itu sendiri.
13 g. Kondisi kerja, Termasuk di sini adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran, kantin dan tempat parkir. h. Aspek sosial dalam pekerjaan, merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan, tetapi dipandang sebagai aspek yang menunjang puas atau tidak puas dalam kerja. i. Komunikasi. Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan atasan untuk mau mendengar, memahami, dan mengakui pendapat umum ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan aspek-aspek yang pengukuran dalam kepuasan kerja karyawan, yaitu: psikologis, fisik, sosial, pekerjaan itu sendiri, promosi, gaji dan jaminan sosial, teman sekerja dan aspek pengawasan atau supervisi. B. Persepsi terhadap Lingkungan Psikososial Kerja 1. Pengertian Persepsi Atkinson (dalam Sobur, 2003) persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Sedangkan, menurut De Vito (dalam Sobur, 2003), persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita.
14 Yusuf (1991) menyebut persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, dalam Prasetyo, 2011) Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa persepsi adalah suatu proses didahului oleh proses penginderaan, pandangan atau pengertian, proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita, dan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. 2. Aspek Aspek Persepsi Aspek aspek tentang persepsi menurut Mc Dowwell dan Newel (dalam Prasetyo, 2007) adalah sebagai berikut: a. Kognisi adalah cara berfikir, mengenali, memaknai dan memberi arti suatu rangsang yaitu pandangan individu berdasarkan informasi yang diterima oleh panca indera, pengalaman atau yang pernah dilihat dalam kehidupan sehari hari. b. Afeksi adalah cara individu dalam merasakan, mengekspresikan emosi terhadap rangsang berdasarkan nilai nilai dalam dirinya yang kemudian mempengaruhi persepsinya. Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
15 1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap. 2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. 3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek aspek tentang persepsi meliputi aspek kognisi (cara berfikir, mengenali, memaknai dan memberi arti suatu rangsang yaitu pandangan individu berdasarkan informasi yang diterima oleh panca indera, pengalaman atau yang pernah dilihat dalam kehidupan sehari hari. Aspek afeksi (cara individu dalam merasakan, mengekspresikan emosi terhadap rangsang berdasarkan nilai nilai dalam dirinya yang kemudian mempengaruhi persepsinya). 3. Pengertian Lingkungan Psikososial Kerja Tiap kejadian yang timbul di dalam tempat kerja secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap keseluruhan organisasi
16 kerjanya dan saat bekerja seseorang tidak pernah lepas untuk berinteraksi dengan komponen sosial yang ada di lingkungan kerja ditandai dengan kemampuan untuk mengubah perilaku karyawan sehingga tertarik untuk berkomunikasi dan dengan rekan kerja yang lain. Lingkungan psikososial merupakan suasana kerja, sejauh mana lingkungan psikososial tersebut dapat tercapai secara efektif atau tidak tergantung pada bagaimana karyawan mempersepsikan tentang keadaan lingkungan psikososial ditempat kerjanya. Handoko (2011) menyatakan lingkungan psikososial adalah kondisi yang berkenan dengan kepercayaan, nilai, sikap, pandangan antara kebudayaan yang berkembang dalam suatu perusahaan. Menurut Scott (dalam Sani, 2006) kondisi tempat kerja merupakan semua faktor fisik, sosial dan kepengurusan dan manajemen yang secara langsung mempengaruhi pekerja. Sedangkan lingkungan psikososial kerja dalam organisasi meliputi kepemimpinan dalam organisasi, aturan dan kebijakan dalam organisasi lingkungan antar rekan, atasan serta norma dari organisasi dan dari keempat tertentu dalam organisasi tersebut. Menurut Clausen (2009) lingkungan psikososial kerja terdiri dari sebuah konfigurasi tuntutan pekerjaan dan sumber daya pekerjaan, dan dikatakan pula bahwa persepsi karyawan terhadap tuntutan pekerjaan dan sumber daya pekerjaan akan berdampak pada kesejahteraan karyawan itu sendiri. Tuntutan pekerjaan digambarkan sebagai aspek-aspek dari pekerjaan yang memerlukan kelanjutan usaha fisik atau psikologis dan
17 yang dikaitkan dengan biaya fisiologis atau psikologis tertentu. Sumber daya pekerjaan digambarkan sebagai aspek-aspek pekerjaan yang fungsional dalam mencapai tujuan kerja, dan merangsang pertumbuhan pribadi, pembelajaran dan pengembangan (Schaufeli & Bakker, dalam Clausen, 2009). Mardiyono (1998) semua aspek lingkungan psikososial suatu organisasi mempengaruhi perilaku dari orang yang berada di dalamnya. Lingkungan psikososial akan menentukan kualitas kerja sama mengembangkan anggota organisasi serta secara efisien akan merubah tujuan menjadi berhasil. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan psikososial kerja adalah suasana yang menunjukan isi dan kekuatan dari pengaruh antara nilai, norma, sikap perilaku dan perasaan dari anggota suatu sistem sosial yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi orang yang ada di dalamnya. 4. Pengertian Persepsi Terhadap Lingkungan Psikososial Kerja Persepsi terhadap lingkungan psikososial kerja adalah persepsi terhadap lingkungan organisasi dalam unit analisis di tingkat individual. James dan Sells (Maryati, 2006) menyatakan persepsi terhadap lingkungan psikososial dapat didefinisikan sebagai representasi kognitif dari individu terhadap kejadian-kejadian situasional yang relatif dekat dengan dirinya, yang mengekspresikan pemaknaan psikologis dan signifikasi dari situasisituasi tersebut bagi individu yang bersangkutan.
18 Gibson (2005) menyatakan bahwa persepsi terhadap lingkungan psikososial merupakan serangkaian hal dari lingkungan yang dipersepsikan oleh orang-orang yang bekerja dalam suatu lingkungan organisasi serta mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi tingkah laku karyawannya. Pendapat tersebut didukung oleh Steers (Maryati, 2006) yang membatasi persepsi terhadap lingkungan kerja sebagai hal-hal karakteristik yang dipersepsikan individu dalam organisasi. Persepsi merupakan hasil dari tindakan yang dilakukan organisasi secara sadar maupun tidak sadar yang dapat mempengaruhi tingkah laku individu di dalam suatu organisasi. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa persepsi terhadap lingkungan psikososial kerja adalah serangkaian keadaan lingkungan psikososial yang dipersepsi dan dirasakan secara langsung atau tidak langsung oleh anggotanya dan diduga merupakan kekuatan yang mempengaruhi perilaku anggota tersebut. 5. Aspek Aspek Persepsi Terhadap Lingkungan Psikososial Kerja Situasi dan kondisi tempat kerja merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap komitmen kerja, suasana kerja yang menyenangkan, rekan kerja yang kooperatif, pimpinan yang selalu memperhatikan karyawannya, kebijaksanaan yang mempengaruhi kerja dan karier mereka serta kompensasi yang adil merupakan dambaan bagi para karyawan sehingga karyawan mengharapkan lingkungan kerja yang baik.
19 Menurut Kozlowsky dan Doherty (dalam Widodo, 2005) aspekaspek yang terdapat dalam persepsi terhadap lingkungan psikososial kerja antara lain yaitu : a. Struktur kerja. Kejelasan secara detail dan rinci pekerjaan yang harus dikerjakan serta kejelasan deskripsi jabatan masing-masing karyawan. b. Tanggung jawab kerja, yaitu kejelasan pemisahan tanggung jawab antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain sehingga tidak terjadi pelemparan atau tanggung jawab atas pekerjaan yang tidak sesuai. c. Tekanan kerja, yaitu besarnya beban kerja yang diberikan pada setiap karyawan haruslah disesuaikan dengan kemampuan fisik dan akademik yang seimbang antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain. d. Kebebasan mengambil keputusan, yaitu kesempatan karyawan dalam mengambil keputusan dengan kebebasan bertanggung jawab tanpa ada tekanan dari pimpinan. e. Dukungan pimpinan, yaitu pimpinan menganggap bawahannya sebagai partner yang turut dilibatkan untuk mencapai tujuan bersama, dan pimpinan berperan sebagai sosok yang mendukung dan memberikan perhatian terhadap karyawan dalam rangka kesuksesan kerja. f. Kebersamaan, yaitu interaksi antara karyawan satu dengan karyawan yang lain secara terbuka sehingga tercipta keterbukaan dalam masalah kerja dan menciptakan kerja yang berkualitas.
20 Gondokusuma (1980) membagi lingkungan baik secara fisik maupun psikososial. Indikator dari lingkungan psikososial adalah : a. Kebijaksanaan. Kebijaksanaan meliputi program kerja, prosedur dari pedoman yang memuat norma, standar atau sasaran dari kerja seharihari serta usaha dalam jangka yang lebih panjang. b. Syarat kerja. Syarat kerja yaitu semua kewajiban yang ditetapkan oleh atasan dan juga imbalan kepada pegawai. c. Kepemimpinan. Dalam hal ini kebijaksanaan kepemimpinan adalah cara pihak atasan mendekati, mendorong, membimbing serta mengawasi pegawai sehingga tercapai suatu keseimbangan yang diharapkan. d. Semangat. Semangat dapat dipengaruhi oleh kebijaksanaan kepemimpinan dan merupakan pengaruh utama pada sumbangan pegawai karena akan membuat pegawai mencapai hasil yang lebih tinggi tanpa menjemukan. e. Kerjasama. Kerjasama dalam kelompok adalah refleksi moral dan akan baik apabila moralnya tinggi. Ada baiknya jika pegawai dengan kemampuan kerja serta daya tahan kerja keras yang setaraf itu dimasukkan ke dalam suatu kelompok kerja. f. kesediaan membantu. Kesediaan membantu disebabkan oleh moral yang tinggi. Kesediaan membantu dapat ditingkatkan dengan latihan karena dapat menambah sikap saling menghargai.
21 g. Prestasi dan produktivitas. Prestasi dan produktifitas yang tinggi pada beberapa pegawai dapat mendorong pegawai lain untuk bekerja lebih giat. Jewel dan Siegell (1998) membagi lingkungan kerja menjadi dua yaitu lingkungan fisik dan lingkungan psikososial. Indikator dari lingkungan psikososial adalah : a. Kebutuhan pekerja, kebutuhan pekerja meliputi imbalan, prestasi, dan adanya pengakuan dari pihak perusahaan atau instansi perkantoran atas hasil kerja mereka. b. Norma kerja kelompok, meliputi prosedur dan pedoman yang membuat norma standar atau sasaran kerja sehari hari yang dilakukan dalam kelompok kerja. c. Peran dan sikap pekerja, pegawai sebagai seorang pekerja mempunyai sikap dan tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya dan hal tersebut akan mempengaruhi penampilan sikapnya. d. Hubungan antar rekan sekerja, menyangkut hubungan diantara pegawai itu sendiri serta kerjasama mereka. e. Hubungan antar pegawai dengan atasan, menyangkut bgaimana komunikasi diantara mereka serta bagaimana kebijaksanaan atasan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek pengukuran lingkungan psikososial kerja yaitu struktur kerja, tanggung jawab, tekanan kerja, kebebasan mengambil keputusan, dukungan
22 pimpinan, kebersamaan, kebijaksanaan, syarat kerja, prestasi dan produktivitas. 6. Faktor-Faktor Persepsi Terhadap Lingkungan Psikososial Kerja Kesehatan sebagian karyawan tergantung pada kondisi lingkungan fisik kerja, hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan fisik kerja tidak boleh diabaikan, karena aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan semangat kerja bagi karyawan. Untuk menjaga terpeliharanya keadaan fisik manusia dalam pekerjaannya, maka perlu diperhatikan kondisi fisik tempat kerja seperti keadaan hawa, suhu, cahaya, serta alat-alat yang sepadan dengan ukuran dan konstruksi tubuh anggota badan manusia. Anoraga (2009) menyatakan bahwa lingkungan kerja yang jelek akan mempengaruhi karyawan, produktivitas kerja menjadi turun karena ia merasa terganggu dalam pekerjaannya sehingga tidak dapat mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaannya. Demikian pula sebaliknya, apabila tuntutan terhadap lingkungan kerja terpenuhi dalam arti lingkungan kerjanya baik dan teratur sesuai dengan yang diinginkan karyawan maka reaksi karyawan terwujud dalam bentuk naiknya produktivitas kerja. Salah satu persoalan penting dalam suatu perusahaan adalah pemeliharaan keamanan dan keselamatan kerja karyawan, perusahaan perlu memperhatikan hal-hal ini untuk memberi kondisi kerja yang lebih aman dan lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas
23 kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi organisasi-organisasi tersebut mempunyai angka kematian dan kecelakaan yang tinggi (Handoko, 2011). Mc.Cormick dan Tiffin (dalam Masbow, 2011) menyatakan bahwa lingkungan kerja terdiri dari tiga bagian, yaitu: a. Lingkungan kerja yang bersifat fisik, misalnya penerangan, ventilasi, kebersihan, keamanan, dan kebisingan. b. Lingkungan kerja yang berhubungan dengan waktu, misalnya jam kerja dan jam istirahat. c. Lingkungan kerja yang berhubungan dengan situai sosial dimana individu melakukan pekerjaan. Scott (dalam Masbow, 2011) menyatakan lingkungan kerja terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Lingkungan berkenaan dengan faktor fisik, seperti alat kerja, penerangan, dan lain-lain b. Lingkungan kerja berkenaan dengan faktor non fisik, seperti teman, peraturan, penghasilan, dan lain-lain. Nitisemito (1992) menyebutkan beberapa faktor yang termasuk lingkungan kerja yaitu kebersihan, pertukaran udara dan ventilasi, penerangan, warna ruang, keamanan, dan kebisingan. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang termasuk lingkungan kerja meliputi, faktor yang bersifat fisik yaitu yang berkaitan dengan keadaan lingkungan fisik seperti ventilasi, penerangan, kebersihan, keamanan, kebisingan, dan faktor non fisik seperti jam kerja,
24 peraturan dan penghasilan yang berhubungan dengan waktu dan yang berhubungan dengan nilai dimana seseorang bekerja. C. Hubungan Antara Persepsi terhadap Lingkungan Psikososial Kerja dengan Kepuasan Kerja Kepuasan merupakan suatu aspek yang penting bagi perusahaan atau instansi karena apabila tenaga kerja dalam perusahaan atau instansi mempunyai kerja yang tinggi, maka perusahaan atau instansi akan memperoleh keuntungan dan hidup perusahaan akan terjamin. Untuk meningkatkan kepuasan kerja perlu adanya tenaga kerja yang memiliki keadaan emosi yang menyenangkan menurut cara karyawan memandang pekerjaan mereka, karena apabila tenaga kerja tidak memiliki keadaan emosi yang menyenangkan akan berakibat menurunnya kepuasan kerja dan dapat merugikan perusahaan atau instansi. Kepuasan dipengaruhi berbagai faktor, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor faktor lainnya, seperti lingkungan, faktor individual, rasa aman dalam bekerja, kondisi kerja (kenyamanan ruang kerja), dan waktu istirahat (Burt, 1992) Kepuasan yang tinggi dapat dicapai jika didukung para karyawan yang mempunyai lingkungan kerja yang nyaman dan motivasi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Lingkungan kerja dapat menimbulkan kemampuan bekerja serta bekerja sama, maka secara tidak langsung akan meningkatkan kepuasan. Sedangkan apabila lingkungan kerja karyawan
25 nyaman tetapi tidak didukung motivasi untuk bekerja maka kepuasan kerja tidak naik. D. Kerangka Berpikir Dari dinamika psikologis diatas dapat disimpulkan kerangka berpikir sebagai berikut: Lingkungan Kerja RSUD Banyumas Kondisi Psikologis Perawat Persepsi Terhadap Lingkungan Psikososial Kerja: Kebutuhan Pekerja Norma Kerja Kelompok Peran dan Sikap Pekerja Hubungan antar rekan sekerja Kepuasan Kerja: Aspek Psikologis Aspek sosial Aspek Fisik Aspek Financial Hubungan antar Pegawai dengan atasan Gambar. 1 Kerangka Berpikir
26 E. Hipotesis Hipotesis merupakan anggapan dasar yang kemudian membuat suatu teori yang masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ada Hubungan antara Persepsi Terhadap Lingkungan Psikososial Kerja dengan Kepuasan kerja Pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas