1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini karies gigi masih merupakan penyakit utama di bidang kesehatan gigi dan mulut. Karies adalah salah satu masalah kesehatan rongga mulut yang dapat menimbulkan rasa sakit dan mengganggu aktivitas serta mengurangi kualitas hidup penderitanya. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut adalah sebesar 23,4%, sedangkan prevalensi karies sebesar 46,5% kemudian yang mempunyai pengalaman karies sebesar 72,1%. 1 Karies didefinisikan sebagai suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu enamel, dentin, dan sementum; disebabkan oleh aktivitas mikroba yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan dan menyebabkan terjadinya demineralisasi, kavitasi, dan hancurnya jaringan keras gigi. Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah deposit lunak yang terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembang biak dalam suatu lapisan matrik intraseluler. Hasil penelitian menunjukkan kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai pada awal pembentukan plak, seperti Streptokokus mutan, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius. Bakteri utama penyebab karies adalah Streptokokus mutan yang memproduksi enzim glucosyltransferase (GTF), menyebabkan bakteri ini melekat erat pada permukaan gigi dan lebih bersifat asidogenik dibandingkan Streptokokus lainnya. 2-4 Prevalensi karies yang cukup tinggi memiliki dampak besar terhadap kesehatan tubuh, sehingga perlu upaya pencegahan karies. Salah satu cara pencegahan adalah dengan mengenali tipe bakteri dan mengetahui aktivitas bakteri penyebab karies sedini mungkin. Salah satu spesies bakteri rongga mulut yang dominan adalah Streptokokus mutan. Bakteri gram positif ini merupakan flora normal rongga mulut. Namun bila terjadi perubahan lingkungan dari flora normal ini,
2 populasinya dapat meningkat dan menyebabkan proses terjadinya karies gigi berlangsung cepat. Banyak penelitian yang membuktikan adanya korelasi antara jumlah bakteri Streptokokus mutan yang mampu mensintesis polisakarida ekstraseluler glukan dan membentuk koloni yang melekat erat pada permukaan gigi. Oleh karena itu bakteri Streptokokus mutan telah menjadi target utama dalam upaya mencegah terjadinya karies. 5-7 Sebanyak 80% penduduk dunia menggunakan obat herbal dalam pengobatan dan pencegahan suatu penyakit. Daun dan buah telah lama digunakan pada bidang kesehatan sebagai obat herbal dalam keperluan preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bertujuan untuk menghasilkan obat-obatan dalam upaya mendukung program pelayanan kesehatan gigi, khususnya mencegah dan mengatasi karies. Pemanfaatan bahan herbal yang digunakan jarang menimbulkan efek samping dibandingkan obat yang terbuat dari bahan sintetis. Namun, pengobatan menggunakan obat herbal juga harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dari segi manfaat dan keamanannya. 7,8 Salah satu cara pencegahan karies yaitu dengan penggunanan obat kumur. Namun tingginya konsentrasi alkohol pada obat kumur mempunyai efek samping yang menyebabkan iritasi pada mukosa mulut. Sehingga perlu alternatif lain sebagai bahan baku dengan efek samping minimal. Menurut Parmar, tanaman herbal merupakan sumber potensial yang dapat berfungsi sebagai agen antimikroba yang baru dalam terapi penyakit infeksi. 8,9 Mengkudu telah lama dimanfaatkan sebagai obat herbal dalam pengobatan artritis, diabetes, dan penyakit jantung. Produk olahan mengkudu berkembang pesat karena adanya fakta empiris dan bukti penelitian ilmiah mengenai manfaat mengkudu, yaitu mengobati kanker dan tumor. Beberapa produk olahan mengkudu berupa jus atau sari buah, serbuk buah tanpa biji, serbuk atau kopi biji dan dikemas dalam kapsul yang banyak dijual di pasar. Pengembangan lebih lanjut perlu ditunjang dengan berbagai penelitian mengenai komponen bioaktif, khasiat, keamanan, serta uji farmakologi dan uji klinis untuk membuktikan klaim manfaatnya. 11,12
3 Mengkudu dilaporkan memiliki sifat antibakteri, anti-virus, anti-jamur, antitumor, analgesik, anti-inflamasi, dan dapat meningkatkan imunitas tubuh. Studi fitokimia menunjukkan bahwa mengkudu memiliki beragam senyawa biologis aktif. Sekitar 160 senyawa fitokimia telah diisolasi dari tanaman mengkudu yang sebagian besar adalah asam organik, senyawa fenolik, dan alkaloid. 12,13 Senyawa fenolik yang memiliki efek farmakologis tinggi sebagai antibakteri yaitu flavonoid dan tanin. Menurut Ferrazano dkk., senyawa tanin dan flavonoid menunjukkan adanya indikasi sebagai inhibitor sintesis glukan sekaligus menghambat perlekatan bakteri pada permukaan gigi dan mampu mengacaukan kerja enzim GTF. 14-16 Penelitian terhadap buah mengkudu secara in vitro menunjukkan mengkudu memiliki beberapa aktivitas biologis dan farmakologis terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif, diantaranya Stafilokokus aureus, Streptokokus piogens, Esceriacia coli, Vibrio kolera dan Salmonella tifosa. Penelitian yang dilakukan Barani dkk., secara in vitro menunjukkan ekstrak mengkudu efektif menghambat pertumbuhan bakteri Streptokokus mutan dan Streptokokus mitis, dengan kadar hambat minimum pada Streptokokus mutan dan Streptokokus mitis setelah diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37 C adalah 125 μg dan 62,5 μg. 12 Begitu juga Nur dkk., menyimpulkan ekstrak buah mengkudu 100% memiliki efek bakterisidal lebih tinggi dibandingkan povidon iodin 1% terhadap Streptokokus mutan. 17 Demikian pula, dari hasil penelitian Dharmawati diketahui efek ekstrak mengkudu konsentrasi 50%, 75% dan 100% memberikan daya hambat kuat terhadap pertumbuhan Streptokokus mutan. 18 Belum ditemukannya kadar hambat minimum terhadap Streptokokus mutan sehingga perlu dilakukan penelitian lanjut. Kadar hambat minimum (KHM) adalah kadar terendah dari suatu obat yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji. 19 Buah mengkudu tua selain memiliki banyak manfaat juga memiliki rasa dan bau yang menyengat. Untuk itu diperlukan alternatif dalam pemilihan buah mengkudu. Penelitian oleh Rajarajan menyimpulkan penggunaan buah mengkudu muda sangat dianjurkan karena efektivitas buah mengkudu muda hampir sama dengan mengkudu tua. 20
4 Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak buah mengkudu muda terhadap bakteri Streptokokus mutan serta menentukan kadar hambat minimum ekstrak secara in vitro. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu : 1. Apakah ekstrak buah mengkudu muda dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptokokus mutan? 2. Berapa kadar hambat minimum (KHM) ekstrak buah mengkudu muda terhadap pertumbuhan bakteri Streptokokus mutan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu : 1. Mengetahui daya hambat ekstrak buah mengkudu muda terhadap pertumbuhan bakteri Streptokokus mutan. 2. Mengetahui kadar hambat minimum (KHM) ekstrak buah mengkudu muda terhadap pertumbuhan bakteri Streptokokus mutan. 1.4 Hipotesis Penelitian Ekstrak buah mengkudu muda mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Streptokokus mutan. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan gigi dan mulut mengenai kemampuan tanaman obat herbal khususnya ekstrak buah mengkudu muda dalam menghambat pertumbuhan Streptokokus mutans.
5 2. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai dasar penelitian lebih lanjut mengenai manfaat buah mengkudu muda. 3. Penelitian ini dapat memberikan pengalaman meneliti bagi penulis dalam bidang Ilmu Kedokteran Gigi.