Pengaruh Pemakaian Welding Shield dan Faktor Individu Terhadap Gangguan Refraksi Mata Pada Pekerja Pengelasan di PT.Pipa Baja

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Penglihatan pada Pekerja Pengelasan di Perusahaan Pembuatan dan Perbaikan Kapal

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN PEGAWAI BENGKEL LAS DI WILAYAH TERMINAL BUS WISATA NGABEAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.1 Latar Belakang. Kecelakaan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penduduk usia kerja di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 160

BAB 1 PENDAHULUAN. besar (Priatna,1997 dalam Carissa, 2012). Bengkel pengelasan merupakan salah satu

KELUHAN SUBJEKTIF PHOTOKERATITIS PADA MATA PEKERJA LAS SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN CIRENDEU DAN CIPUTAT TANGERANG SELATAN

RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh tenaga kerja di bengkel las (Widharto, 2007). Industri pengelasan merupakan industri informal yaitu industri yang

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi

Panduan pelindung mata dan wajah bermanfaat untuk membantu para pekerja dalam mengidentifikasi dan memilih jenis alat pelindung diri (APD) sesuai

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG MATA PADA PEKERJA LAS

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan.undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja

NASKAH PUBLIKASI. Fajar Fatkhur Rohman J Disusun oleh :

PUBLICATION MANUSCRIPT NASKAH PUBLIKASI

Sunglasses kesehatan mata

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah di bidang kesehatan dan keselamatan kerja adalah

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi

GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA DI BENGKEL LAS LISTRIK DESA SEMPOLAN, KECAMATAN SILO, KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN:

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA BIDAN PRAKTIK MANDIRI DI WILAYAH BANYUWANGI

Analisis Pengaruh Faktor Resiko Pekerja pada Area Penyelamatan terhadap Stress Kerja di Perusahaan Inspektor Bawah Air

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan. Dosen Pembimbing :

PAPARAN FISIS PENCAHAYAAN TERHADAP MATA DALAM KEGIATAN PENGELASAN (STUDI KASUS : PENGELASAN DI JALAN BOGOR)

HUBUNGAN KEJADIAN FOTOFOBIA DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG MATA PADA PEKERJA LAS DI KELURAHAN TANJUNG SELAMAT. Oleh : DEDI IMANUEL DEPARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN. PT. Adhi Karya Tbk Duri, Riau kerja dengan gejala photokeratitis pada pekerja las PT. Adhi Karya Persero Tbk Duri, Riau

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan pekerja dari segi keselamatan dan kesehatan kerja. Karena bila ada

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2 Desember 2017

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

BAB IV HASIL PENELITIAN. bidang penggilingan padi. Penggilingan Padi Karto terletak di Desa Bangun

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. Variable bebas

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game.

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan baik di perusahaan maupun di bengkel-bengkel kecil,

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Faal Paru Pada Perusahaan Galangan Kapal

METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan metode analitik korelatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu

Analisis Kenyamanan Termal dan Faktor Individu terhadap Infeksi Saluran Kemih pada Pekerja Perusahaan Peleburan Baja

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam

LASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis)

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

BAB III METODE PENELITIAN

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB III METODE PENELITIAN. waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

ANALISIS HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP TERJADINYA STRES KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI BENGKEL LAS DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Las di Indramayu

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB III METODE PENELITIAN

November sampai dengan tanggal 20 Desember tahun untuk membuat gambaran atau deskritif tentang suatu keadaan suatu objektif.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi. kesehatan optimal tersebut ditandai hidup sehat dan kemajuan dalam

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja dan Karakteristik Individu Terhadap Produktivitas Kerja Serta Perbaikan Hearing Conservation Program

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Data Responden. I. Mohon diisi dengan huruf cetak Umur: Lama bekerja:

MASA KERJA, SIKAP KERJA DAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT SURYA BESINDO SAKTI SERANG

III. METODE PENELITIAN. waktu dengan tujuan untuk mencari hubungan Faktor-Faktor Resiko

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak, bahkan orang dewasa pun menyukainya. Tempat tujuan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

Analisis Hubungan Beban Kerja dan Kelelahan Terhadap Jumlah Pengangkutan Box Container Operator Head Truck di PT. Petikemas

SOAL BABAK PENYISIHAN OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Transkripsi:

Pengaruh Pemakaian Welding Shield dan Faktor Individu Terhadap Gangguan Refraksi Mata Pada Pekerja Pengelasan di PT.Pipa Baja Firmansyah Eko Hadi P 1*, Am Maisarah Disrinama 2, Binti Mualifatul R 3 1,2,3 Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111. * E-mail: firmaneko80@gmail.com Abstrak Bahaya radiasi Ultraviolet-B di tempat kerja yang dihasilkan oleh proses pengelasan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja pada pekerja PT.X, yang mana dalam proses produksinya melakukan proses pengelasan mempunyai potensi untuk terjadinya gangguan refraksi mata pekerja las. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terjadi pengaruh dari pemakaian welding shield terhadap gangguan refraksi mata sebagai akibat pajanan radiasi Ultraviolet-B pada pekerja las di area repair perusahaan. Faktor yang berhubungan dengan refraksi mata yang diteliti adalah tingkat radiasi Ultraviolet-B, serta beberapa faktor yang berkaitan dengan individu yaitu usia, masa kerja dan pemakaian Alat Pelindung Diri.Sampel pada penelitian berjumlah 33 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi kuisioner untuk mengetahui faktor individu serta dilakukan pemeriksaan mata pekerja. Analisis data dilakukan menggunakan analisis regresi logistic ordinal dengan bantuan software SPSS versi 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa welding shield dan faktor individu semua berhungan dengan gangguan refraksi mata, sedangkan untuk uji pengaruh antara lain sinar ultraviolet-b (p=0,000), usia (p=0,000) dan masa kerja (p=0,001),. Dan rekomendasi yang diberikan pada PT. X berupa penggantian pada topeng las (Welding Shield) dengan shade of filterplate yang tepat menurut standart yang berlaku, serta melakukan pengecekan kesehatan pekerja (medical checkup) secara rutin. Keywords: Radiasi Ultraviolet-b, Refraksi mata, Welding shield. PENDAHULUAN Kegiatan industri pembuatan pipa spiral baja dalam ukuran diameter kecil sampai besar dalam 5 tahun terakhir berkembang dengan seiring banyaknya kegiatan pembangunan, diikuti dengan peningkatan permintaan penyediaan sarana dan prasana pembangunan. Banyak permintaan konsumen untuk pembuatan pipa spiral dalam berbagai ukuran dengan standar yang di inginkan, oleh karena itu perusahaan mengharuskan untuk mengutamakan produktivitas. Kajian tentang produktivitas umumnya selalu dikaitan pada masalah teknologi produksi, waktu, dan masalah ekonomi, padahal disamping hal-hal tersebut terdapat permasalahan yang tidak kalah pentingnya yaitu masalah resiko bahaya dari lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja dan keselamatan kerja. Pada suatu lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi tekanan lingkungan kerja yang berasal dari faktor kimia, fisik, biologis dan psikis. Pengelasan merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan di PT. X dalam proses produksinya. Setelah melakukan pengamatan pendahuluan pada area produksi pembuatan pipa spiral berada di unit 4, pekerja las melakukan perbaikan sambungan las, diketahui bahwa pekerja las mempunyai resiko terpajan bahaya dari lingkungan kerjanya yang dapat mengakibatkan kelelahan bagi pekerjanya, terutama risiko yang ditimbulkan dari proses pengelasan yang dilakukan. Salah satu bahaya yang beresiko menimbulkan gangguan kesehatan dan kelelahan pekerja las adalah radiasi dan cahaya dari proses pengelasan terpapar 2 kali 4 jam perhari. 153

Sumber sinar ultraviolet selain sinar matahari, juga dihasilkan pada kegiatan pengelasan, lampu lampu pijar, pengejaan laser, dan lain lain. Pengaruh sinar ultraviolet di lingkungan kerja terutama terhadap kulit dan mata. Pada kulit dapat mengakibatkan erytheme, yaitu bercak merah yang abnormal pada kulit. Sedangkan pada mata dapat merusak epitel kornea (Ilyas, 2004). Menurut Alatas (2001) penelitian tentang efek kesehatan radiasi non pengion pada manusia. Pada mata, energi radiasi pada panjang gelombang <280 nm (UV-C) dapat diserap seluruhnya oleh kornea, sedangkan energi radiasi UV-B (280-315 nm) sebagian besar diserap kornea dan dapat pula mencapai lensa, radiasi pada mata dapat menyebabkan kerusakan kornea, lensa atau retina tergantung pada panjang gelombang cahaya. Energi cahaya tampak yang dapat menembus struktur mata secara kuat diserap oleh retina dan dikonversi menjadi panas, dapat menimbulkan kerusakan retina yang permanen karena fungsi fokusing lensa, bayangan yang terbentuk pada retina menjadi lebih kecil. Dari hasil medical check up di PT.X, pekerja las yang terkena dampak negatif dari kegiatan yang selama ini dilakukan sesuai bidangnya, pemeriksaan medical check up oleh perusahaan dua tahun sekali semenjak tahun 2010-2016, data menunjukkan 99% pekerja las mengalami permasalahan refraksi. Sehingga penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari pekerjaan pengelasan untuk menghindari penyakit akibat kerja tidak saja merugikan pekerja yang tanpa sadar telah mengidap penyakit akibat pekerjaan/lingkungan kerja, melainkan juga mengakibatkan kerugian sosial dan ekonomi serta menurunnya produktivitas. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari, pekerja di berbagai sektor akan terpajan dengan risiko PAK, risiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam studi analitik cross sectional, peneliti mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan penyakit (efek), observasi atau pengukuran terhadap variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek) dilakukan sekali dan dalam waktu yang bersamaan. Tentunya tidak semua subyek penelitian harus diperiksa pada hari atau saat yang sama, akan tetapi baik variabel risiko maupun variabel efek dinilai hanya satu kali saja. Pada penelitian ini menganalisis pengaruh pemakaian alat pelindung mata terhadap gangguan refraksi mata pekerja pengelasan di PT.X. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja yang melakukan proses pengelasan di area repair di PT.X yang berjumlah 33 orang. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah nonprobability sampling dengan teknik Total Sampling yaitu keseluruhan dari populasi yang berjumlah 33 orang. Variabel penelitian terdiri dari variabel terikat (dependent) adalah gangguan refraaksi mata dan variabel bebas (independent) adalah pemakaian welding shield dan faktor individu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah pemakaian welding shield oleh responden dan refraksi mata responden sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah gambar dan peta lokasi penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dalam mengumpulkan data yaitu dengan metode pengukuran dan observasi. Observasi dalam penelitian ini menggunakan check list untuk mengamati pemakaian welding shield pada pekerja las diarea repair. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah check list serta kuesioner dan alat pengukur refraksi mata dengan phoropter. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi tentang karakteristik responden dan gambaran variabel bebas dan terikat yang diteliti berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisis data bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (pemakaian alat pelindung mata) terhadap variabel terikat (ketajaman penglihatan). Dalam analisis ini digunakan uji Chi square dan Regresi logistik ordinal. Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikan (nilai α = 0,05) jika nilai p < 0,05 maka secara statistik terdapat pengaruh yang signifikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian meliputi karakteristik responden, pengaruh pemakaian alat pelindung mata terhadapgangguan refraksi mata pekerja pengelasan area repair. Responden penelitian terdiri dari 33 pekerja las. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibedakan menurut kelompok paparan radiasi uv, usia, masa kerja dan pengguanaan welding shield. Karakteristik responden penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian Penggunaan Welding Shield f % 154

1 Selalu 11 33 2 Jarang 14 43 3 Tidak Pernah 8 24 Radiasi Ultraviolet 1 NAB 2 > NAB Usia 11 22 33 67 1. usia < 30 tahun 4 12 2. 30 usia < 40 tahun 12 36 3. usia 40 tahun 17 52 Masa Kerja f % 1 <5 thn 17 52 2 5 thn 16 48 Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku memakai welding shield terbanyak adalah jarang sebanyak 14 orang (43%), paparan radiasi ultraviolet yang diterima pekerja terbanyak adalah >NAB sebanyak 22 orang (67%), usia responden terbanyak 30 usia < 40 tahun sebanyak 12 orang (36%), masa kerja responden terbanyak adalah lebih dari lima tahun sebanyak 17 orang (52%), Untuk melihat pengaruh pemakaian welding shield dan faktor individu terhadap gangguan refraksi mata pekerja las maka dilakukan analisis regresi logistik ordinal dengan melihat nilai p-value, yang dilakukan dengan uji Chi Square. Hasil analisis regresi logistik ordinal dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Pengaruh Pemakaian Welding Shield dan Faktor Individu Terhadap Gangguan Refraksi Mata Pekerja Las Pemakaian welding shield Gangguan Refraksi Mata Total Sig Normal Miopi Hipermetropi (P-Value) N % N % N % N % Selalu 1 8,33 5 41,67 6 50 12 100 Jarang 5 33,33 0 0 10 66,67 15 100 0,616 Tidak Pernah 1 16,67 3 50 2 33,33 6 100 Berdasarkan Total 7 21,21 8 24,24 18 54,55 33 100 hasil uji Chi Square diketahui nilai probabilitas (p) sebesar 0,616, nilai p > 0,05 (p = 0,616 > 0,05), sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat tidk ada pengaruh yang signifikan antara pemakaian welding shield terhadap gangguan refraksi mata pekerja las diarea repair. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pemakaian alat pelindung mata terhadap ketajaman penglihatan karena nilai p < 0,05 (p = 0,616 <>0,05). Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian tidak ada pengaruh pemakaian welding shield terhadap gangguan refraksi mata perkja las di area repair diterima. Hal ini berbanding terbalik oleh hasil penelitian dari Wijayanti (2005) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan pekerja las di Jalan D.I Panjaitan Kota Semarang13. Berdasarkan penelitian dari Angelina dan Oginawati (2009) di dapatkan hasil bahwa intensitas radiasi UV-B pada proses pengelasan di jalan Bogor sangat tinggi dan jauh melampaui NAB baik untuk kondisi tanpa memakai ataupun memakai kacamata las. Penggunaan kacamata pekerja belum dapat meredam intensitas UV-B sesuai NAB yang ditetapkan. Pekerja las 155

yang kadang-kadang memakai alat pelindung mata mempunyai resiko yang sama dengan pekerja yang tidak memakai alat pelindung mata. Paparan sinar ultraviolet bahwa terdapat yang diterima pekerja tidak melebihi NAB dan 22(67%) responden dikatakan tidak aman atau sinar ultraviolet yang diterima melebihi NAB dan sebanyak 23 orang mempunyai gangguan refraksi mata. Berdasarkan hasil uji Chi Square diketahui nilai probabilitas (p) sebesar 0,000, nilai p < 0,05 (p = 0,000 < 0,05), sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara paparan sinar ultraviolet terhadap gangguan refraksi mata pekerja las diarea repair. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dilakukan oleh Francine Behar,dkk (2013), bahwa terdapat hubungan sinar ultraviolet dengan kerusakan pada mata. Hubungan antara sinar matahari dapat menimbulkan pembentukan katarak pada mata. Usia responden terbanyak adalah pada rentang usia lebih dari 40 tahun yaitu sebanyak 17 orang mempunyai gangguan refraksi mata. Berdasarkan hasil uji Chi Square diketahui nilai probabilitas (p) sebesar 0,000, nilai p < 0,05 (p = 0,000 < 0,05), sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara usia pekerja terhadap gangguan refraksi mata pada pekerja las diarea repair. Secara alamiah dengan bertambahnya umur yang semakin tua ketajaman penglihatan akan semakin berkurang. Masa kerja responden lebih dari lima tahun yaitu 17 orang (52%) dan sebanyak 15 orang mempunyai gangguan refraksi mata. Berdasarkan hasil uji Chi Square diketahui nilai probabilitas (p) sebesar 0,001, nilai p < 0,05 (p = 0,001 < 0,05), sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara masa kerja terhadap gangguan refraksi mata pada pekerja las diarea repair. Menurut Setyaningsih. Dkk (2007) bahwa masa kerja dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan pekerja las.dan penelitan ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Francine Behar,dkk (2013), bahwa terdapat masa kerja dengan refraksi mata, yang menjelaskan bahwa lensa manusia menyerap sinar UV Periode 5 tahun bekerja dengan paparan sinar ultraviolet tanpa adanya penlindung diri yang sesuai untuk mengurangi sinar ultraviolet langsung terpapar mata dihipotesiskan bahwa kerusakan UV dapat mempercepat presbiopia. Untuk meminimalkan gangguan refraksi mata pada pekerja pengelasan yang ada pada PT. X dapat dilakukan pengendalian atau perbaikan pada faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ganggaun tersebut. Setelah peneliti melakukkan pengambilan data maka dapat diketahui bahwa pada PT. X radiasi sinar ultraviolet dapat mempengaruhi timbulnya gangguan refraksi mata. Dengan demikian peneliti akan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk mengurangi perilaku berbahaya yang dilakukan oleh pekerja. Sesuai dengan PER.05/MEN/1996 tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Pengendalian resiko dapat dilakukan dengan melakukan pengendalian teknis, pendidikan dan pelatihan, pembangunan kesadaran motivasi, evaluasi melalui internal audit, penegakan hukum. Hirarki dan urutan dalam pengendalian resiko dapat dilakukan dengan eliminasi, subtitusi, engineering control, administratif, alat pelindung diri. Pada gejala kecemasan tidak dapat dilakukan pengendalian teknis meliputi pengendalian eliminasi dan pengendalian subtitusi. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah pengendalian administratife, rekayasa teknik dan pengendalian alat pelindung diri. Berikut ini adalah rekomendasi untuk gangguan refraksi mata pada pekerja pengelasan. Tabel 3 Hirarki Pengendalian Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja No Hirarki Pengendalian Variabel Rekomendasi 1 Eliminasi - - 2 Substitusi - - 3 Rekayasa Engineering Radiasi Sinar Ultraviolet (X2) Pengaturan tingkat arus listrik yang aman pada mesin las 4 Pengendalian Administratif Usia (X3) Masa Kerja (X4) a. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang b. Pengawasan yang intensif 5 APD (Alat Pelindung Diri) Radiasi Sinar Ultraviolet (X2) Peracangan helm las 1. Rekayasa Teknik 156

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan refraksi mata adalah adanya radiasi sinar ultraviolet-b yang ditimbulkan oleh elektrode pengelasan yang melebihi nilai ambang batas. Maka harus dilakukukan rekayasa engineering untuk mengurangi paparan sinar ultraviolet-b yang dihasilkan saat pengelasan. Las busur listrik atau pada umumnya disebut las listrik termasuk suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi surnber panas dan sinar ultraviolet-b pada las listrik ditimbulkan oleh busur api arus listrik, antara elektroda las dan benda kerja. Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian aliran arus listrik las. Elektroda mencair bersama-sama dengan benda kerja akibat dari busur api arus listrik. Dengan cara melakukan pengaturan pada mesin las dengan cara tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari sinar ultraviolet-b dari pengelasan terhadap mata. Sedangkan pada mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya. Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. 2. Pengendalian Administratif a. Pengaturan waktu kerja seimbang Seorang pekerja las dalam satu shift terdiri dari 4 pekerja pada setiap bagian repair karena mesin produksi yang dimiliki berjumlah 4 buah sehingga mempunyai 4 bagian repair juga sehingga total keseluruhan pekerja repair adalah 16 orang, yang memiliki jam kerja 48 jam/minggu, dan satu hari memiliki jam kerja 8jam/hari jam kerja secara optimal adalah 7 jam/hari dan istirahat 1jam/hari, untuk mengurangi jumlah paparan sinar ultraviolet terhadap pekerja las maka pengaturan jam kerja untuk melakukan pengelasan harus disesuaikan agar aman. Dalam kondisi normal satu pekerja reapair bisa melakukan dua kegiatan sekaligus yaitu pengelasan dan pembersihan kerak las (penggerindaan) oleh sebab itu dalam satu bagian reapair dilakukan oleh 2 orang pekerja secara bergantian, pekerja pertama melakukan pekerjaan las dari jam 08.00-12.00 WIB dan istitrahat 12.00-13.00 WIB dan dilanjutkan melakukan pembersihan kerak las (penggerindaan) jam 13.00-16.00 WIB begitu juga sebalikanya yang dilakukan oleh pekerja 2 sehingga paparan sinar ultraviolet dari pekerjaan pengelasan yang sebelumnya satu pekerja terkena paparan selama 7 jam/hari berkurang menjadi 4jam/hari. b. Pengawasan yang intensif Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya risiko sakit akibat kerjadengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan khusus mata secara rutin dilakukan oleh pihak perusahaan minimal dua kali dalam satu tahun. 3. Alat Pelindung Diri Untuk mengatasi gangguan mata akibat pajanan radiasi Ultraviolet-B dariproses pengelasan, maka perlu dilakukan tindakan perlindungan terhadap radiasisinar Ultraviolet-B itu sendiri. Dengan menggunakan Alat Pelindung Diri yaitu welding shield dengan desain yang sesuai kegunaan dan nyaman sehingga pekerja tidak merasakan keluhan. Desain dari welding shield untuk mengurangi radiasi sinar ultraviolet-b pada saat pengelasan pekeja di haruskan memakai shade of filterplate (kaca penyaring) yang tepat, yang sesuai dengan standart berlaku yaitu menurut JIS T 8141-1970 yang dituliskan oleh Wiryosumarto (1985), OSHA 2003 personal protective equipment dan ANSI Z49.1:2005 safety in welding, cutting and allied processes KESIMPULAN Dari penelitian yang dilakukkan pada faktor pengguaan welding shield atau apd tidak berpengaruh terhadap gangguan refraksi mata dengan sig. > 0,05, sedangkan variabel radiasi ultraviolet-b menunjukkan berpengaruh terhadap gangguan refraksi mata memiliki sig. < 0,05, sedangkan untuk variabel usia pekerja ada pengaruh terhadap gangguan refraksi mata memiliki sig. < 0,05. sedangkan untuk variabel masa pekerja ada pengaruh terhadap gangguan refraksi mata memiliki sig. < 0,05.Rekomendasi yang harus dilakukan melakukan penggantian pada topeng las (Welding Shield) dengan shade of filterplate yang tepat menurut standart yang berlaku, serta melakukan pengecekan kesehatan pekerja (medical checkup) secara rutin. DAFTAR PUSTAKA 6. Alatas, Z., & Lusiyanti, Y. (2001). Efek Kesehatan Radiasi Non Pengion Pada Manusia. Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir BATAN. 7. Behar, F., Baillet, G., Ayguavives, T. d., & Garcia, P. O. (2013). Ultraviolet damage to the eye revisited: eye-sun protection factor. Clinical Ophthalmology, vol. 1 No. 8,pp. 87-104. 157

8. Cahyono, E. (2005). Damapak Peningkatan Radiasi Ultraviolet B terhadap Manusia. Peneliti Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara. 9. Fajar, I., DTN, I., Pudjirahaju, A., Amin, I., Sunindya, B. R., Aswin, A. A., et al. (2009). Statistika untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 10. ILO. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja. Jakarta: SCORE. 11. Ilyas, S. (2004). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 12. NIOSH. (1988). Criteria for a Recommended Standard Welding, Brazing, and Thermal Cutting. London: Department of Health and Human Services. 13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. 14. Wahyuni, T. (2013). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Konjungtivis pada Pekerja Pengelasan di Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Skripsi, Semarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. 15. Wiryosumarno, H., & Okumura, T. (2000). Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: Pradnya Paramita. 158