BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian efektivitas pembelajaran

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERTANYA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 2 SDN SLUNGKEP 03 MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA PELAJARAN IPA KELAS III SD ARTIKEL PENELITIAN

15. Metode Discovery

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.

BAB II Kajian Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakekat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Penampakan Benda Langit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan nama lain

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IX MTSN MODEL PALOPO

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY (PENEMUAN)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II. Kajian Teoretis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Metode Penemuan (Discovery) Penemuan (Discovery) adalah suatu metode / strategi yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING. Etik

1. Pengertian Strategi : Strategi dalam kegiatan pembelajaran dapat diartikan dalam pengertian secara sempit dan pengertian secara luas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR IPA MATERI PROSES TERJADINYA TANAH DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY)

BAB III METODE PENELITIAN

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar matematika yang telah diterima siswa. konsep dengan soal untuk aspek penilaian yang lain. Indikator-indikator

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Jeffry Gagah Satria Frigatanto

PROSIDING ISSN:

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY. AMAN RAMBE Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DI SDN 10 SUNGAI SAPIH PADANG

DISCOVERY LEARNING DALAM MATA KULIAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PENEMUAN DIRI

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK DAN TAKTIK

Belajar adalah perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tentang. pengertian belajar itu sendiri sudah banyak dikemukaan oleh para ahli

PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN TANGRAM GEOGEBRA UNTUK MENEMUKAN LUAS PERSEGI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, agar tujuan tercapai maka perlu adanya metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nadia Dezira Hasan, 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

Tesar Lakani Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DENGAN METODE PAMERAN BERJALAN BAGI PESERTA DIDIK KELAS VIII

Bab II Landasan Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengisi ruang bangun. Kalau satuan volume yang digunakan. beraturan misalnya batu yang ditemukan di jalan 18.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih baik. Lie (2002: 5) berpendapat belajar adalah suatu kegiatan yang

Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematik dan Percaya Diri Siswa Kelas X Melalui Model Discovery Learning

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB V PEMBAHASAN. mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran 1. Ciri-ciri Model Pembelajaran yang Baik a. Memiliki prosedur yang sistematik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Pembelajaran IPA Menurut Gagne dalam Slameto, (2010:13) memberikan dua definisi belajar, yakni: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; dan (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Sumardi Suryabrata, (1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudia menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Menurut Sugihartono, dkk. (2007:74), belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah (2002:13), mendefinisikan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, psikomotor. Menurut Sri Anitah (2007:2.19) mengatakan bahwa, Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010:22) menyatakan, Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara menyeluruh dengan ditandai adanya kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund dalam Roestiyah (1998: 2) discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental 11

12 tersebut antara lain ialah : mengamati, mencerna, mengerti, menggolonggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebagainya. Suatu konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar teacher learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri. Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkat aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa, (c) Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing, (d) Mampu mengarahkan cara siswa belajar sehingga lebih memiliki kemauan yang kuat untuk belajar lebih giat, (e) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri proses penemuan sendiri. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan. Walaupun demikian baiknya teknik ini masih ada pula kelemahan yang perlu diperhatikan ialah: (a) Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik, (b) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil, (c) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan, (d) Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini

13 terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa, (e) Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif. Tujuan Pembelajaran IPA menurut Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut: a) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan. b) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan. c) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan. d) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain. e) Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsipprinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna. f) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru. Standar kompetensi : 3. Memahami daur hidup berbagai jenis makhluk hidup Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar, misalnya kecoa, nyamuk, kupu-kupu, kucing. 2.1.2. Model Pembelajaran Discovery Learning 1. Pengertian dan karakteristik model pembelajaran discoveri learning Discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Strategi discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan

14 proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan. Proses tersebut disebut cognitive processsedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219). 2. Sintak Discovery Learning Sebagai suatu model pembelajaran discovery learning memiliki beberapa langkah-langkah, di antaranya: a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agendaagenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) c. Data collection (Pengumpulan Data). Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati

15 objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. d. Data Processing (Pengolahan Data) Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu e. Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi 3. Kelebihan dan kelemahan model discovery learning Kelebihan modeldiscovery learning diantaranya : a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan keterampilan dan proses-proses kognitif. b. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. c. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

16 d. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan e. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. f. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik g. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru; h. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, berfikir antuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. i. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang. j. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar k. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. Di samping beberapa kelebihan, metode discovery learning juga memiliki beberapa kelemahan, di antarannya: a. Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. b. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. c. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. d. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama e. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. Sintak model Discovery Learning dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:

17 Tabel 2.1 Sintak Model Discovery Learning Langkah-langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Langkah 1 Guru menyampaikan semua 1. Pada awal pembelajaran, Orientasi siswa kepada masalah Langkah 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar Langkah 3 Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Langkah 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut. Guru membimbing siswa memecahkan masalah yang belum dapat dipecahkan oleh siswa serta mengorganisasikan tugas belajar 1. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai permasalahan. 2. Guru mendorong siswa melaksanakan diskusi untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merrencanakan dan menyiapkan karya seperti laporan, model yang membantu mereka untuk Siswa dapat memahami peta konsep tentang daur hidup hewan. 2. Siswa memahami peristiwa perubahan yang dialami makhluk hidup selama hidupnya. Siswa mengerjakan tugas kelompok yang diberikan guru dalam buku pelajaran dan lembar kerja siswa (LKS) 1. Siswa mengamati objek yang sesuai dengan masalah yang ada dalam buku pelajaran dan lembar kerja siswa (LKS). 2. Siswa melakukan diskusi kelompok. Siswa menunjukan hasil diskusi di depan kelas.

18 berbagi tugas dengan temannya. Langkah 5 menyediakan alat bantu siswa Guru memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Langkah 6 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses. Siswa menilai pekerjaanya sendiri dengan cara membandingkan dengan pekerjaan teman yang benar. 2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan Hasil Penelitian yang dilakukan penelitian Yusmanah (2012) penggunaan model discovery dapat meningkatkan keterampilan bertanya pelajaran matematika kelas VI SD 34 Pontianak Kota. Berdasarkan hasil pengamatan siswa yang bertanya dengan mengacungkan tangan sebanyak 12 orangn pada siklus pertama, menjadi sebanyak 30 orang pada siklus kedua. Siswa yang bertanya dengan tertulis sebanyak 12 orang pada siklus pertama, menjadi sebanyak 33 orang pada siklus kedua. Siswa yang bertanya dengan sesamanya sebanyak 12 orang pada siklus pertama, menjadi 34 orang pada siklus kedua. Siswa yang bertanya antar kelompok sebanyak 6 orang pada siklus pertama, menjadi sebanyak 32 orang pada siklus kedua. Siswa yang berani menjawab pertanyaan sebanyak 15 orang pada siklus pertama, menjadi sebanyak 32 orang pada siklus kedua. Hal ini berarti dengan menggunakan model discovery keterampilan siswa dalam bertanya dapat meningkat. Agus Supriyadi (2012) menunjukkan bahwa penerapan model discovery learning mampu meningkatkan hasil belajar materi bentuk daun dan fungsinya pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 03 Sungai Ambawang. Hasil

19 obsevasi diketahui bahwa pada siklus 1 sebagian besar kegiatan telah dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan-kegiatan pembelajarannya yaitu sebesar 65 % setelah siklus II seluruh pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah dapat dilaksanakan oleh guru pada pembelajaran bentuk daun dan fungsinya dengan model discovery learning dapat meningkat menjadi 100 %. Bedasarkan data penelitian yang berasal dari hasil obsevasi diketahui bahwa sebagian besar hasil belajar siswa dalam pembelajaran bentuk daun dan fungsinya dengan model discovery learning pada siswa kelas IV pada siklus I hanya mampu mencapai 65,55% dari aktivitas positif dan terjadi peningkatan setelah siklus II menjadi sebesar 75,55%. Rata-rata nilai evaluasi belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 78,72 dan terjadi peningkatan setelah adanya perbaikan pembelajaran pada siklus II menjadi 97,76. Sementara penelitian Prysta Widhiyani (2013) menemukan bahwa melalui model Discovery Learning dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Sumbersari 02 pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Segitiga dan Segiempat Tahun Pelajaran 2012-2013.Pembelajaran matematika menggunakan model discovery learning berjalan sesuai rencana yang telah dirancang dan membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih memahami materi yang diajarkan. Aktivitas belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Asnahwati (2013) menunjukan bahwa penggunaan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA kelas III SD Bruder Melati Pontianak.Terdapat peningkatan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi cuaca dengan menggunakan model pembelajaran discovery. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan nilai dari siklus -1 dengan rata-rata 6,0 dan pada pelaksanaan tindakan siklus -2 meningkat menjadi 8,17. Prysta Widhiyani (2013) menemukan bahwa melalui model Discovery Learning dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Sumbersari 02 pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Segitiga dan Segiempat Tahun Pelajaran 2012-2013.Pembelajaran matematika

20 menggunakan model discovery learning berjalan sesuai rencana yang telah dirancang dan membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih memahami materi yang diajarkan. Aktivitas belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Demikian halnya dengan penelitian Agus Supriyadi (2012) menunjukkan bahwa penerapan modeldiscovery learning mampu meningkatkan hasil belajar materi bentuk daun dan fungsinya pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 03 Sungai Ambawang. Hasil obsevasi diketahui bahwa pada siklus 1 sebagian besar kegiatan telah dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan-kegiatan pembelajarannya yaitu sebesar 65 % setelah siklus II seluruh pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah dapat dilaksanakan oleh guru pada pembelajaran bentuk daun dan fungsinya dengan model discovery learning dapat meningkat menjadi 100 %. Bedasarkan data penelitian yang berasal dari hasil obsevasi diketahui bahwa sebagian besar hasil belajar siswa dalam pembelajaran bentuk daun dan fungsinya dengan model discovery learning pada siswa kelas IV pada siklus I hanya mampu mencapai 65,55% dari aktivitas positif dan terjadi peningkatan setelah siklus II menjadi sebesar 75,55%. Rata-rata nilai evaluasi belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 78,72 dan terjadi peningkatan setelah adanya perbaikan pembelajaran pada siklus II menjadi 97,76.. 2.3. Kerangka Pikir Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar khususnya pada pembelajaran IPA dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi siswa. Keberhasilan pembelajaran IPA dapat diukur dari kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran Siswa dikatakan paham apabila indicator pembelajaran tercapai. Cara belajar siswa juga harus disesuaikan dengan materi pelajaran dan tujuan pengajarannya.cara belajar yang baik memungkinkan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengenal masalahmasalah yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam memahami

21 konsep pada pembelajaran IPA dan untuk mengetahui usaha dalam mengatasinya. Adapun kerangka pemikiran yang ditunjukkan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan maka kerangka berfikir di atas dilukiskan dalam sebuah gambar agar peneliti mempunyai gambaran yang jelas dalam melaksanakan penelitian. Model discovery learning adalah model pembelajaran yang terjadi dimana siswa tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.model ini lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang direkayasa oleh guru. Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Yusmanah (2012) meyakini bahwa dengan menggunakan model discovery keterampilan siswa dalam bertanya dapat meningkat. Kerangka pikir PTK ini dapat dicermati dari bagan berikut :

22 Hasil Belajar < KKM 70 Pembelajaran IPA melalui Model discovery materi daur hidup hewan Orientasi siswa kepada masalah Mengorganisasikan siswa untuk belajar Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok UNJUK KERJA Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Memfasilitasi siswa HASIL BELAJAR Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah TES FORMATIF SKOR TES Gambar 2.1 Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning Berbantuan Alat Peraga

23 2.4 Hipotesis Tindakan Pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning dalam rangka meningkatkan keterampilan bertanya dan kompetensi hasil belajar dilakukan dengan langkah-langkah: a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah), c. Data collection (Pengumpulan Data)., d. Data Processing (Pengolahan Data), e. Verification (Pembuktian), f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Melalui model discovery learning pada pembelajaran siswa mampu memahami materi dengan baik dan diduga meningkatkan keterampilan bertanya dan hasil belajar siswa materi daur hidup hewan kelas IV SD Muhammadiyah Kalikalong tahun pelajaran 2015/2016 pada kategori tinggi.