BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

MAKALAH GIZI ZAT BESI

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI HEM DAN NON HEM PADA DIET HARIAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

I PENDAHULUAN. juta penduduk Indonesia (Siagian, 2003). Asupan yang cukup serta ketersediaan

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Haemoglobin adalah senyawa protein dengan besi (Fe) yang dinamakan

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Umur. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Menurut Kadar Hemoglobin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

TINJAUAN PUSTAKA. Kelompok Umur Hemoglobin (g/dl) 5-11 tahun tahun

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

KUESIONER PENELITIAN

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen lain, yaitu mioglobin (Sofro, 2004). dari molekul hemoglobin (Sodikin dan Ester, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup dan kebiasan makan remaja mempengaruhui baik asupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

LAMPIRAN 1 KUESIONER

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kadar Hemoglobin Kadar hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam butiranbutiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kirakira 15gr setiap 100 ml darah dan jumlah ini disebut 100 persen (Evelyn, 2008) 1. Hemoglobin Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Mempunyai daya gabung terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan tubuh (Evelyn, 2008). Hemoglobin hidup selama 120 hari. penghancuran sel darah merah terjadi setelah umur 120 hari ketika sel dipindahkan ke ekstravaskuler oleh makrofag sistem retikuloendotelial (RE). Nilai normal Hb pada wanita 12-16g/dl, dan pria 14-18g/dl, anak 3 bulan 10-13 g/dl, dan diatas 1 tahun 11-14 g/dl. Hemoglobin adalah pigmen merah pembawa oksigen pada eritrosit dan dibentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sum-sum tulang, molekul hemoglobin terdiri atas dua pasang rantai polipeptida (globin) dan empat kelompok heme (Price & Wilson, 2006). Satu molekul hemoglobin memiliki struktur satu monomer globin yang mengikat satu molekul heme, sedangkan hemoglobin fungsional adalah molekul tetramer dengan masing-masing globin mengikat molekul heme (Sofro, 2012) Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan Conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protopherphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah

9 merah karena Fe ini. Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxyhemoglobin dan warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung karbondioksida (Sloane, 2005). Kategorik Anemia berdasarkan nilai kadar Hemoglobin menurut WHO dalam (Manuaba, 2007) a. Anemia ringan : kadar Hb 9-11gr/dl b. Anemia sedang : kadar Hb 7-8 gr/dl c. Anemia berat : kadar Hb <7 gr/dl 2. Pembentukan hemoglobin Sintesis hemoglobin dimulai dari dalam eritroblast dan terus berlangsung sampai tingkat normoblastdan retikulosit. Dari penyelidikan dengan isotop diketahui bahwa bagian hem dari hemoglobin terutama disintesis dari asam asetat dan glisin dan sebagian besar sintesis ini terjadi didalam mitokondria. Langkah awal sintesis adalah pembentukan pirol. Selanjutnya empat senyawa pirol bersatu membentuk senyawa protoporfirin, yang kemudian berikatan dengan besi membentuk molekul hem. Akhirnya empat molekul hem berikatan dengan satu molekul globin, suatu globulin yang disintesis dalam ribosom retikulum endoplasma membentuk hemoglobin (Guyton, 2008). Pada tempat yang sangat tinggi yang jumlah udara dalam jaringan sangat berkurang, aliran oksigen yang ditransfer kejaringan dan sel darah dihasilkan sangat cepat sehingga jumlahnya dalam darah sangat meningkat. Usia juga berpengaruh dalam proses pembentukan hemoglobin, usia anak-anak fungsi organnya belum sempurna, orang tua karena penurunan fungsi sum-sum tulang dalam memproduksi sel darah merah berkurang dan adanya masalah pada saluran cerna yang mempengaruhi pola makan sehingga konsumsi zat besi berkurang dan berdampak pada kadar hemoglobin, serta wanita hamil dimana dibutuhkan asupan besi yang lebih agar mencegah terjadinya anemia defisiensi besi. Konsumsi besi dalam pembentukan

10 hemoglobin, dimana zat besi dalam tubuh akan berikatan dengan molekul hem dan globin yang pada akhirnya membentuk hemoglobin. Sel darah merah yang berasal dari sel dikenal sebagai hemositoblast. Hemositoblast secara berkelanjutan dibentuk dari sel induk primordial sumsum tulang. Hemositoblast awalnya membentuk eritoblast basofil yang mulai mensintesis hemoglobin. Eritroblast kemudian menjadi eritroblast polikromatofilik karena mengandung campuran zat basofilik dan hemoglobin merah. Kemudian inti sel menyusut sedangkan hemoglobin dibentuk dalam jumlah lebih banyak dan sel menjadi normoblast. Setelah sitoplasma normoblast terisi hemoglobin inti menjadi sangat kecil dan dibuang, pada waktu bersamaan retikulum endoplasma direabsorpsi. Retikulum endoplasma tersisa didalam retikulosit terus menghasilkan hemoglobin dalam jumlah kecil selama satu sampai dua hari, tetapi pada akhir itu retikulum hilang sama sekali. Setelah retikulum direabsorpsi semuanya, kemudian sel ini menjadi eritrosit matang (Ganong, 2008) 3. Destruksi Hemoglobin Sel darah merah dikirim dari sumsum tulang ke dalam sistem sirkulasi rata-rata 120 hari sebelum di destruksi. Bila membran sel darah merah rapuh, sel darah merah dapat pecah selama dalam perjalanannya melalui membran yang sempit dari sirkulasi. Banyak sel darah merah dipecahkan dalam limpa tempat sel darah merah terjepit. Bila limpa dibuang, jumlah sel abnormal dan sel-sel tua yang beredar dalam darah sangat meningkat. Hemoglobin yang dilepaskan dari sel saat pecah difagositsegera oleh sel-sel retikuloendotel. Selama beberapa hari kemudian mereka melepaskan besi dari hemoglobin kembali ke darah untuk digunakan kembali. Bagian hem molekul hemoglobin diubah oleh sel

11 retikuloendotel melalui berbagai tingkatan menjadi pigmen empedu, bilirubin, yang dilepaskan kedalam darah dan kemudian disekresi oleh hati kedalam empedu (Guyton, 2008) Saat sel darah merah dihancurkan dalam sistem makrofag jaringan, bagian globin molekul hemoglobin akan dipisahkan, dan heme nya diubah menjadi biliverdin. Sebagian biliverdin diubah menjadi bilirubin dan dieksresikan kedalam empedu. Besi dan heme digunakan kembali untuk sintesis hemoglobin. Besi bersifat esensial untuk sintesis hemoglobin, jika darah hilang dari tubuh dan terjadi defisiensi besi maka akibatnya akan terjadi anemia defisiensi besi (Ganong, 2008) 4. Metabolisme Besi Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata sekitar 4 gram, dimana 65% diantaranya dalam bentuk hemoglobin, 4% dalam bentuk mioglobin, 1% dalam berbagai bentuk senyawa hem yang mengawasi oksidasi intra sel, 0,1% berikatan dengan protein transferin dalam plasma darah, dan 15-30% disimpan di dalam hati dalam bentuk feritin. Transport dan penyimpanan besi. Bila besi diabsorpsi dari usus halus maka akan segera berikatan dengan globulin, transferin, dan ditranspor dalam bentuk ikatan didalam plasma darah. Besi berikatan sangat lemah dengan molekul globuin, dan akibatnya dapat dilepaskan kesetiap sel jaringan dan pada setiap tempat dalam tubuh.kelebihan besi didalam darah maka akan ditimbun didalam sel hati. Besi akan berikatan dengan protein apoferin (460.000) untuk membentuk feritin. Bila jumlah besi didalam plasma turun sangat rendah, besi akan dikeluarkan dari feritin dengan sangat mudah, besi kemudian ditranspor kebagian tubuh yang memerlukan. Bila sel darah merah telah mencapai masa hidupnya dan dihancurkan, hemoglobin yang

12 dikeluarkan dari sel dicernakan oleh sel retikuloendotel kemudian dapat disimpan dalam pangkalan feritin atau dipakai kembali untuk pembentukan hemoglobin (Ganong, 2008). Kehilangan besi perhari pada wanita sekitar 1,3 mg perhari karena adanya menstruasi. Jumlah rata-rata besi yang berasal dari diet setiap hari harus sama dengan besi yang hilang dari tubuh. Absopsi besi dari saluran pencernaan, besi diabsorpsi hampir seluruhnya dalam usus halus bagian atas, terutama dalam duodenum. Metabolisme besi merupakan siklus kompleks antara penyimpanan, penggunaan, transport, penghancuran dan penggunaan kembali. Besi di absorpsi hampir diseluruh usus halus dengan bantuan alata angkut protein yaitu transferin dan feritin. Transferin mukosa mengangkut besi dari saluran cerna kedalam sel mukosa dan memindahkannya ke transferin reseptor yang ada didalam mukosa sedangkan transferin reseptor mengangkut besi melalui darah kesemua jaringan tubuh. Dua ion feri diikatkan pada transferin yang terdapat pada membran sel bergantung pada kebutuhan tiap sel. Kekurangan besi pertama dapat dilihat pada tingkat kejenuhan transferin. Besi dalam makanan berupa bentuk besi hem seperti yang terdapat dalam hemoglobin dan mioglobin pada hewan dan besi non hem pada makanan nabati. Besi hem di absorpsi kedalam sel mukosa sebagai kompleks porfirin utuh. Cincin porfirin didalam sel mukosa kemudian dipecah oleh enzim hemoksigenase dan besi dibebaskan. Besi non hem melewati alur yang sama dan meninggalkan sel mukosa. Transferin mukosa dikeluarkan kedalam empedu untuk diikat oleh transferin reseptor dan kembali ke rongga saluran cerna untuk mengangkut besi lain. Di dalam sel mukosa besi dapat mengikat apoferitin dan feritin membentuk pool besi. Penyebaran besi dari mukosa ke sel tubuh

13 berlangsung lebih lambat dari penerimaan bergantung pada simpanan besi dalam tubuh dan kandungan besi dalam makanan. Laju penyebaran diatur oleh jumlah dan tingkat kejenuhan transferin (Almatsier S., 2008) 5. Faktor yang mempengaruhi hemoglobin Faktor yang mempengaruhi hemoglobin menurut Guyton (2008) diantaranya : a. Usia Usia anak-anak, orang tua, serta ibu hamil akan lebih mudah mengalami penurunan kadar hemoglobin. Pada anak-anak dapat terjadi akibat pertumbuhan cepat tetapi tidak diimbangi dengan asupan zat besi yang seimbang.semakin bertambah usia maka produksi sel darah merah semakin menurun karena terjadinya penurunan fungsi fisiologis pada semua organ khususnya sum-sum tulang yang berfungsi memproduksi sel darah merah, selain itu usia juga mempengaruhi pola makan seseorang dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari (Sulistyoningsih, 2011) b. Jenis kelamin Jenis kelamin dapat mempengaruhi pemilihan menu makanan, dimana dalam pemilihan menu juga dapat mempengaruhi kadar Hb dalam darah. Umumnya kadar Hb perempuan lebih rawan dibandingkan laki-laki hal ini dapat disebabkan akibat perempuan mengalami menstruasi dimana zat besi akan banyak yang hilang. (Proverawati, 2011) c. Pola konsumsi makanan Makanan merupakan komponen zat gizi dalam makanan yang digunakan untuk menyusun terbentuknya hemoglobin diantaranya zat besi dan protein. Konsumsi makanan yang berasal dari hewan mempunyai kandungan protein, zat besi yang cukup tinggi.

14 Kecukupan besi dalam tubuh, Besi merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh untuk diekskresikan kedalam saluran pernafasan. Kecukupan besi adalah jumlah minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk setiap individu sehingga dapat terhindar dari anemia defisiensi besi. Metabolisme dalam tubuh, Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006). Pemilihan pola konsumsi makanan seperti, jenis makanan, dan frekuensi makanan yang dikonsumsi dapat berpengaruh terhadap nilai kadar Hb seseorang (Almatsier S., 2008) d. Aktivitas Aktivitas yang berat seperti seorang atlet dapat mempengaruhi kadar hemoglobin, hal ini diakibatkan saat olahraga kebutuhan metabolik sel-sel otot meningkat, oksigen yang cukup sedangkan oksigen sendiri dibawa oleh hemoglobin. Jika aktivitas yang dikerjakan berat maka pembentukan hemoglobin juga harus memadai dengan konsumsi makanan yang mengandung Fe dan protein yang cukup. e. Penyakit kronis Penyakit infeksi berpengaruh terhadap kadar Hb seseorang diantaranya kecacingan yang akan mengakibatkan gangguan gizi melalui muntah dan diare serta dapat menurunkan nafsu makan. Penyakit kronis seperti TBC, diare juga berpengaruh terhadap kehilangan zat besi dalam tubuh serta anemia (Arisman, 2005)

15 6. Fungsi hemoglobin menurut Sloane, (2005) a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida didalam jaringan tubuh b. Mengangkut oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar c. Mengatur Ph darah, buffer asam basa (Sloane, 2005) 7. Sumber makanan berpengaruh terhadap Hemoglobin a. Protein Protein merupakan zat gizi yang penting setelah air. Kebutuhan protein remaja khususnya perempuan lebih tinggi dibanding lakilaki karena perempuan memasuki masa pertumbuhan cepat. Menurut Angka Kecukupan Gizi protein remaja 48-62 g/hari untuk perempuan dan 55-66 g/hari untuk laki-laki. Kecukupan energi remaja 1,5-2,0 gr/kg BB/hari. sumber protein hewani lebih besar daripada nabati karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik. Sumber protein antara lain : daging sapi, kerbau, ayam, susu. (Proverawati, 2011) b. Fe (Besi) Kebutuhan Zat Besi pada wanita yang mengalami Haid yaitu 12 mg/hari. asupan zat besi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh akan mengakibatkan terjadinya anemia karena terganggunya pembentukan sel darah merah. Sumber makanan yang mengandung besi diantaranya : telur, daging, ikan, hati (Proverawati, 2011) Angka Kecukupan Besi (AKB) pada wanita sebesar 26 mg, pria sebesar 19 mg ( widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004). Fungsi dari zat besi antara lain : 1) Pembentukan Hemoglobin baru 2) Mengembalikan hemoglobin pada nilai normal setelah perdarahan 3) Menggantikan zat besi yang hilang melalui darah

16 c. Asam folat Folat dibutuhkan untuk pembentukan sel Darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang dan untuk pendewasaannya folat berperan sebagai pembawa karbon tunggal dalam pembentukan hem. Angka kecukupan folat pada remaja usia 13-15 tahun sebesar 400 mg ( widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004). Makanan sumber asam folat diantaranya :hati, daging tanpa lemak, serealia, biji-bijian, kacang-kacangan, dan jeruk (Almatsier S., 2008) d. Vitamin C Vitamin C mereduksi besi feri menjadi besi fero dalam usus ahlus sehingga mudah diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Absorpsi besi dalam bentuk nonhem meningkat empat kali bila ada vitamin C. Vitamin C berperan dalam memindahkan besi dari transferin didalam plasma ke feritin hati (Almatsier S., 2008). Angka kecukupan Vitamin C yang dianjurkan sebesar 75 mg. Sumber makanan yang mengandung vitamin C diantaranya: buah jeruk, nanas, rambutan, pepaya, tomat, sayuran jenis kol, daun singkong. 8. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin dengan alat Hemoglobinometer digital Hemoglobinometer digital merupakan metode kuntitatif yang terpercaya dalam mengukur konsentrasi hemoglobin dilapangan penelitian dengan menggunakan prinsip tidak balas darah dengan bahan kimia pada strip yang digunakan. Bahan kimia yang terdapat pada strip adalah ferrosianida. Reaksi tindak balas akan menghasilkan arus elektrik dan jumlah elektrik yang dihasilkan adalah bertindak balas langsung dengan konsentrasi hemoglobin. Hemoglobinometer digital merupakan alat yang mudah dibawa dan sesuai untuk penelitiandilapangan karena teknik untuk pengambilan sampel darah

17 yang mudah dan pengukuran kadar Hemoglobintidak memerlukan penambahan reagen. Alat ini juga memiliki akurasi dan presisi yang tinggi berbanding metode laboratorium standart. Alat ini juga stabil dan tahan rusak walaupun digunakan dalam jangka waktu yang lama. Kelebihan dari hemoglobinometer digital adalah tingkat keakuratannya lebih valid daripada hemoglobinometer sahli, lebih cepat, dan lebih simpel pemeriksaannya. Cara kerja hemoglobinometer family Dr digital : a. Pastikan code card sudah terpasang pada alat digital b. Tekan tombol on untuk menghidupkan alat c. Pasang strip pada ujung alat d. Bersihkan ujung jari pada bagian yang akan diambil darahnya dengan menggunaka alkohol swab e. Setelah darah keluar pada ujung jari sudah cukup, dekatkan sampel darah pada ujung jari tersebut kesatu mulut strip supaya diserap langsung oleh ujung mulut strip f. Tunggu hasilnya da baca kadar Hb nya B. Pola Konsumsi Bahan Makanan Hewani 1. Pengertian pola konsumsi bahan makanan hewani Pola konsumsi bahan makanan hewani adalah gambaran mengenai jumlah, jenis makanan yang bersumber dari hewan yang dimakan individu serta sikap dan kepercayaan individu dalam memilih makanan. Pola konsumsi makan seimbang yaitu konsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dimana pemilihan bahan makanan dan jumlah yang dimakan serta waktu makan tepat sehingga tercapai status gizi yang baik (Sulistyoningsih, 2011) 2. Faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makan Pola konsumsi makan seseorang sangat berkaitan dengan kebiasaan makan seseorang.

18 Faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makan menurut Sulistyoningsih, (2011) diantaranya: a. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi yang berpengaruh dalam konsumsi makan adalah pendapatan keluarga dan harga. Jika ekonomi seseorang menengah kebawah maka akan menyebabkan penurunan daya beli makan baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga pemilihan jenis makanan lebih didasarkan pada perut kenyang daripada aspek gizi. Jika tingginya pendapatan tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi mengakibatkan perubahan gaya hidup, selain itu menyebabkan seseorang menjadi konsumtif dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari, sehingga pemilihan suatu bahan makanan yang didasarkan pada selera dibanding dari segi gizi, misalnya konsumsi makanan siap saji, hamburger, pizza, sphageti yang sekarang meningkat dikalangan remaja (Sulistyoningsih, 2011) b. Faktor Sosio Budaya Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi faktor budaya / kepercayaan. Pantangan yang didasari oleh kepercayaan pada umumnya mengandung nasihat yang dianggap baik maupun tidak yang lambat laun akan menjadi kebiasaan. Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku termasuk dalam kebutuhan makan meliputi menetukan apa yang dimakan, bagaiman pengolahan, persiapan dan penyajiannya, serta dalam kondisi bagaimana makanan tersebut dikonsumsi. Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang boleh atau tidak boleh mengkonsumsi makan tertentu.

19 c. Agama Pantangan yang didasari agama. Adanya pantangan terhadap makanan/minuman tertentu dikarenakan makanan/minuman tersebut dapat membahayakan jasmani dan rohani pada orang yang mengkonsumsi. Pada agama islam konsep halal/haram sangat berpengaruh pada pemilihan makanan. d. Pendidikan Pendidikan erat kaitannya dengan pengetahuan yang akan mempengaruhi pemilihan makanan dalam pemenuhan kebutuhan gizi. Seseorang berpendidikan rendah biasanya memilih jenis makanan yang mengenyangkan sehingga lebih banyak karbohidrat dibandingkan kebutuhan gizi lain. Seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi cenderung memilih konsumsi makanan yang mengandung sumber gizi. e. Lingkungan Lingkungan berpengaruh dalam pembentukan perilaku makan. Kebiasaan makan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap pola makan seseorang karena dari keluarga akan terbentuk suatu kebiasaan makan. Lingkungan sekolah, keberadaan tempat jajan juga berpengaruh dalam pola makan seseorang khususnya bagi siswa sekolah. Keberadaan iklan / promosi sangat besar pengaruhnya dalam membentuk pola makan. Beberapa orang tertarik mengkonsumsi makanan karena promosi makanan dari teman atau dari iklan di media yang terkadang makanan yang dikonsumsi tidak bergizi. 3. Frekuensi pola konsumsi makan Pola makan yang baik dan benar yaitu yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Contoh pola makan sehari 3x makan pagi, selingan, makan siang, selingan, makan malam (Amalia, 2011). Takaran konsumsi makanan perhari pada siswa sekolah untuk mencukupi gizi dan di ukur menggunakan alat ukur rumah tangga,

20 misal telur ½ butir, daging sapi 2 ptg, Konsumsi bahan makanan hewani sebaiknya setiap hari (Sulistyoningsih, 2011) 4. Pola konsumsi bahan makanan hewani Konsumsi bahan makanan hewani sangat dibutuhkan tubuh karena mengandung sumber zat besi dan protein yang tinggi dibandingkan dengan nabati karena bahan makanan hewani mengandung asam amino esensial yang baik dan berpengaruh dalam pembentukan sel darah merah didalam tubuh. Makanan yang mengandung zat besi cukup tinggi bersumber dari hewan diantaranya daging, telur, hati dan ikan. 5. Gizi Pada Remaja Prinsip gizi bagi remaja, pada masa remaja makanan berkontribusi 30% dari total asupan kalori setiap hari. Remaja harus didorong untuk bertanggung jawab atas pemilihan makanan yang sehat. Makanan mengandung unsur zat gizi yang sangat diperlukan untuk tubuh dan berkembang. Dengan mengkonsumsi makanan yang cukup dan teratur remaja akan tumbuh sehat sehingga akan mencapai prestasi yang gemilang, kebugaran, dan sumber daya manusia yang berkualitas (Proverawati, 2011) Faktor yang berpengaruh pada gizi remaja a. Status individu Biasanya wanita yang sudah menikah karena dalam menuyusun makanan lebih memperhatikan orang lain seperti pasangan atau anaknya b. Status ekonomi Orang yang mempunyai ekonomi lebih tinggi maka gizinya akan lebih baik daripada yang mempunyai ekonomi rendah salah satu penyebabnya karena kurang pengetahuan terhadap konsumsi makanan yang dimakan

21 c. Anatomi tubuh individu Remaja yang aktif pada organisasi dan berhubungan dengan publik cenderung mengkonsunsi makanan diet tanpa lemak atau hanya konsumsi buah-buahan saja 6. Perilaku makan khas pada remaja Kebanyakan remaja lebih suka makan makanan yang kurang bergizi, praktis seperti gorengan, permen, es. Selain itu tidak jarang remaja yang tidak sarapan pagi karena tergesa-gesa atau karena tidak ada makanan yang dibuatkan keluarga, seringkali para remaja makan di sekolah bersama teman-temannya yang waktunya tidak menentu. Dari pola makan yang tidak teratur dan tidak dibiasakan makan pagi maka seringkali remaja dalam beraktivitas dan kemampuan dalam menangkap pelajaran menjadi menurun yang dapat menghambat prestasi belajar siswa, selain itu dapat terjadi pula keluar keringat dingin, kesadaran menurun sampai pingsan dan terganggunya saluran cerna misalnya penyakit maag. Banyak remaja putri menganggap dirinya kelebihan berat badan atau mudah menjadi gemuk sehingga sering diet dengan cara yang kurang benar seperti membatasi atau mengurangi frekuensi makan dan jumlah makan, memuntahkan makan yang sering dimakan, sehingga akan menyebabkan anoreksia atau kehilangan nafsu makan bagi remaja. 7. Jenis makanan a. Zat Tenaga Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Karbohidrat yang dihasilkan adalah karbohidrat sederhana glukosa.

22 Karbohidrat ada 2 macam yaitu, karbohidrat sederhana dan karbohidrat komplek. WHO (1990) menganjurkan agar 50-60% konsumsi energi total berasal dari karbohidrat komplek dan paling banyak hanya 10% berasal dari gula sederhana. Kebutuhan karbohidrat sebaiknya 20-30 gram serat sehari. Sumber makanan karbohidrat adalah padi-padian, umbi, kacang dan gula. Hasil olahan dari bahan diatas adalah bihun, roti, tepung, beras, jagung, sagu. Sumber hewani sedikit mengandung karbohidrat seperti daging, ayam, ikan, dan susu. Metabolisme karbohidrat. Peranan utama karbohidrat didalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat. Agar tubuh selalu memperoleh glukosa untuk keperluan energi, hendaknya seseorang tiap hari memakan sumber karbohidrat pada selang waktu tertentu, karena persediaan glikogen hanya bertahan untuk keperluan beberapa jam. Karbohidrat yang cukup akan mencegah penggunaan protein untuk energi (Almatsier, 2009) b. Zat pembangun ( Protein ) Protein merupakan komponen terbesar yang terdapat dalam tubuh setelah air. Protein terbentuk dari unsur organik karbon, hidrogen dan oksigen tetapi di tambah dengan unsur nitrogen. Angka kecukupan protein sebanyak 0,75 gram/kg berat badan. Sumber protein terdapat pada sumber makanan hewani seperti telur, susu, daging, ikan dan kerang. Sumber makanan nabati seperti kacang kedelai, tempe dan tahu (Almatsier, 2009) Fungsi protein : 1) Sebagai zat pembangun, protein memrupakan bahan pembentuk jaringan baru tubuh dan pemeliharaan jaringan tubuh.

23 2) Sebagai zat pengatur, protein mengatur berbagai proses dalam tubuh berupa pembentukan enzim hormon yang mengatur proses pencernaan serta mengatur pengangkutan zat gizi. 3) Sebagai zat tenaga, apabila energi yang diperoleh dari konsumsi karbohidrat dan lemak tidak mencukupi maka protein dibakar untuk menghasilkan energi. c. Zat pengatur ( Vitamin ) Merupakan kelompok zat pengatur pemeliharaan kehidupan karena vitamin adalah zat organik. Fungsi vitamin adalah vitamin berperan dalam reaksi metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. d. Zat Besi (Fe) Kebutuhan zat besi pada remaja akan meningkat karena terjadinya pertumbuhan yang cepat. Pada wanita kebutuhan zat besi cukup tinggi terutama selama menstruasi karena zat besi banyak yang hilang. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya anemia. Status besi dalam tubuh akan mempengaruhi penyerapan besi, yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi diperoleh dari sumber bahan makanan hewani seperti daging dan ikan. Angka kebutuhan gizi pada remaja dan dewasa muda wanita 19-26 mg setiap hari sedangkan pada pria 13-23 mg perhari (Sulistyoningsih, 2011) Menurut Depkes, (2005) ada beberapa fungsi jenis makanan 1) Jenis makanan yang memberikan rasa kenyang Jenis makanan yang memberikan rasa kenyang ini merupakan susunan hidangan yang kandungan gizinya cukup tetapi cepat menimbulkan rasa lapar. Hidangan yang memberikan rasa kenyang dapat merugikan kesehatan.

24 2) Jenis makanan yang mengandung zat gizi Jenis makanan yang mengandung zat gizi didalamnya mengandung kelompok 4 sehat 5 sempurna diantaranya makanan pokok seperti nasi, lauk pauk, sayur, buah dan minuma susu. 3) Jenis makanan yang memenuhi selera makan Selera makan seseorang atau masyarakat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jika penyajian makanan tidak menarik dan aroma makanan kurang disukai makan selera makan seseorang akan terhambat dan keinginan mengkonsumsi makanan tersebut juga akan menurun. Jika ada individu yang tidak menyukai sayuran tertentu dengan sajian yang sudah disiapkan maka kita dapat memodifikasi agar sayuran tersebut terlihat lezat bisa dengan bentuk yang disukai ataupun mencampur dengan sayuran lainnya supaya lebih terlihat lebih menarik (Proverawati, 2011) 8. Metode frekuensi makan Pada metode ini responden diminta untuk mengingat kembali semua yang dimakan. a. Langkah-langkah pelaksanaan, Supariasa (2002) Menanyakan kembali dan mencatat semua bahan makanan hewani yang dikonsumsi responden, berupa jenis, banyaknya yang dikonsumsi, dan frekuensi makan.(supriasa, 2002) b. Kelebihan frekuensi makan 1) Mudah dalam pelaksanaan dan tidak membebani responden. 2) Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara. 3) Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden. 4) Dapat memberikan gambaran yang nyata terkait apa yang dikonsumsi individu.

25 c. Kekurangan frekuensi makan 1) Tidak cocok untuk responden yang buta huruf 2) Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi. 3) Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. 4) Responden harus diberikan motivasi dan penjelasan tentang tujuan penelitian C. Kerangka Teori Jenis kelamin Pola konsumsi bahan makanan hewani Usia Saluran Cerna, Hati, dan mitokondria Kadar Hemoglobin Aktivitas Penyakit Gambar 2.2 kerangka teori Sumber : Sulistyoningsih, 2011 D. Kerangka Konsep Variabel independen Pola konsumsi bahan makanan hewani variabel dependen Kadar Hemoglobin remaja putri Gambar 2.3 kerangka konsep penelitian

26 E. Variabel Penelitian Variabel terikat penelitian ini kadar hemoglobin. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pola Konsumsi bahan makanan hewani merupakan gambaran jenis, jumlah bahan makanan yang bersumber dari hewan yang dimakan individu dalam waktu tertentu. F. Hipotesis Ho : Tidak ada hubungan antara pola konsumsi bahan makanan hewani dengan kadar hemoglobin remaja putri Ha : Ada hubungan antara pola konsumsi bahan makanan hewani dengan kadar hemoglobin remaja putri