BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
membunuh menghambat pertumbuhan

Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara maju dan berkembang. WHO mengemukakan bahwa penyakit ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Antibiotik merupakan komponen alami ataupun sintetik yang dapat membunuh

FARMAKOLOGI ANTIBIOTIK/ ANTIBAKTERI. Dosen Pengampu Tuty Mulyani, M.Sc., Apt

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh seorang Kepala yang disebut Direktur Utama. Peningkatan Kesehatan lainnya serta Melaksanakan Upaya Rujukan.

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI BANGSAL ANAK RSUP Dr. KARIADI SEMARANG PERIODE AGUSTUS-DESEMBER 2011 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Terms to know! Antiinfeksi dan Antiseptik. Prinsip umum terapi antiinfeksi. Kurva kadar obat dalam darah. Bakterisida atau bakteriostatik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hampir selalu menempati urutan teratas, terutama di negara-negara berkembang

POLA PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS DALAM WILAYAH KOTA PARIAMAN SKRIPSI OLEH DAENG ERLANGGA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA

KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI

I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah 1. untuk mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh mikroba 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya untuk mewujudkan keadaan sehat dari sakit adalah dengan melakukan

ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Antibiotik.. Definisi Antibiotik

GAMBARAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK ORAL OLEH DOKTER GIGI DI PRAKTEK KOTA MEDAN TAHUN 2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANTIBAKTERIA DAN ANTIFUNGI. Irfan M. Setiawan, M.Sc., Apt

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Produksi Antibiotik (Manufacture Of Antibiotics) Marlia Singgih Wibowo Sekolah Farmasi ITB Klasifikasi antibiotik berdasarkan mekanisme aksi nya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pelayanan kesehatan di puskesmas. Keterbatasan jumlah dokter yang ada di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Tujuan. Menjelaskan mekanisme kerja antimikroba Membedakan antimikroba spektrum luas dan spektrum sempit Mengetahui mekanisme resistensi antimikroba

Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak beraturan yang terdapat garis tengah dengan ukuran 1μm. Staphylococcus sp. tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/ tanpa darah dan dengan/ tanpa lendir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seringkali, buang air besar yang berbentuk cair bukanlah diare. Hanya bayi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN Agus Priyanto, Moeslich Hasanmihardja, Didik Setiawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

GENERASI CERDAS BIJAK MENGGUNAKAN ANTIBIOTIK Oleh :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

MEKANISME TIMBULNYA RESISTENSI ANTIBIOTIK PADA INFEKSI BAKTERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pelayanan Informasi Obat a. Definisi PIO (pelayanan informasi obat) adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang memerlukan (Abdulkadir, 2012). Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal (Permenkes, 2014). b. Tujuan PIO Tujuan PIO menurut Abdulkadir (2012) adalah sebagai berikut: 1) Menunjang ketersediaan informasi dalam rangka penggunaan obat yang rasional dan berorientasi kepada pasien. 2) Menyediakan dan memberikan infomasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan lainnya. 3) Menyediakan informasi untuk kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat. c. Sasaran PIO Sasaran informasi obat menurut Abdulkadir (2012) adalah sebagai berikut: 1) Tenaga kesehatan : dokter, dokter gigi, apoteker, Perawat, bidan, asisten apoteker, dll. 2) Pihak lain: manajemen, tim/kepanitiaan klinik. 5

3) Pasien dan atau keluarga pasien. d. Manfaat PIO Manfaat PlO menurut Abdulkadir (2012) adalah sebagai berikut: 1) Bagi staf farmasis : citra farmasis meningkat, kepuasan kerja meningkat, mendukung kegiatan farmasi. 2) Bagi pasien : kesalahan penggunaan obat menurun, efek obat yang tidak diinginkan menurun. 3) Bagi dokteri, paramedis dll : meningkatkan penggunaan obat yang rasional, menj amin keamanan dan efektifitas pengobatan. membantu pemecahan masalah. e. Kegiatan PIO Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain (Permenkes, 2014). Menurut pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas, informasi obat yang diperlukan pasien adalah (Permenkes, 2014) : 1) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan. 2) Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi. 3) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep 6

mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi (Permenkes, 2014): 1) menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan. 2) membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat (penyuluhan). 3) memberikan informasi dan edukasi kepada pasien. 4) memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang sedang praktik profesi. 5) melakukan penelitian penggunaan Obat. 6) membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah. 7) melakukan program jaminan mutu. 2. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya). Kemampuan pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu melalui penginderaan terhadap suatu obyek tertentu dan sangat penting terhadap terbentuknya tindakan seseorang (Taufik, 2007). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui indera yang dimilikinya, seperti mata, hidung, telinga, dan alat indera lainnya. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Pulungan, 2010). b. Tingkat Pengetahuan Taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan harus mengacu pada tiga jenis ranah yaitu kognitif, efektif dan psikomotorik. Selanjutnya dikatakan bahwa pengetahuan yang 7

dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2010), yaitu: 1) Tahu (know) Tahu adalah mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (comprehension) Memahami adalah kemampuan menjelaskan sacara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi dengan benar. 3) Aplikasi (application) Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengetahuan responden menjadi salah satu faktor yang menentukan prilaku seseorang. Prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebagian besar pengetahuan manusia deperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain, media massa maupun lingkungan. Sebelum orang berprilaku ia 8

harus terlebih dahulu tahu apa manfaat prilaku tersebut bagi dirinya maupun keluarganya (Notoatmodjo, 2003). c. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. 2) Umur Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. 3) Keyakinan Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. 4) Fasilitas Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengethuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku-buku. 5) Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. 6) Sosial budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. d. Pengukuran Pengetahuan 9

Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang yang bersangkutan mengungkapkan hal hal yang diketahuinya dalam bentuk jawaban maupun tulisan. Bentuk pengukurannya dapat dilakukan dengan wawancara/angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian/ responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain diatas (Notoatmodjo,2003). Menurut Arikunto (2006) skala yang digunakan untuk mempermudah dalam mengkategorikan jenjang/ peringkat pengetahuan dituliskan dalam bentuk presentasi, yaitu: 1) Baik : >75% 2) Cukup : 60% - 75% 3) Kurang : <60% 3. Kepatuhan Minum Obat a. Definisi Kepatuhan adalah taat mengikuti suatu rangkaian tindakan yang di anjurkan atau yang diusukan oleh tenaga kesehatan pada seseorang (Albery, 2011). Dalam pengertian lain disebutkan oleh Smet (1994) dalam Supadmi (2012) bahwa kepatuhan merupakan tingkat kepatuhan pasien sesuai dengan ketentuan yang disarankan oeh tenaga kesehatan professional. Kepatuhan minum obat diartikan sebagai perilaku pasien yang mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh tenaga medis dalam mengkonsumsi obat, meliputi keteraturan, waktu dan cara minum obat. Penilaian terhadap kepatuhan diperoleh dari total skor keteraturan, waktu dan cara minum obat (Oktaviani, 2011). b. Faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan Angka kejadian kepatuhan berobat sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kronisitas penyakit, frekuensi pemberian 10

obat, harga obat, bentuk obat, daya ingat pasien, informasi, serta interaksi antara dokter dan pasien.beberapa peneliti melaporkan adanya hubungan erat antara kepatuhan pasien berobat dengan beberapa faktor lainnya seperti hubungan antara dokter dan pasien, derajat berat penyakit, rasa obat, efek samping obat, lupa, asuransi kesehatan, dan jenis antibiotik yang dipakai (Wibowo dan Soepardi, 2008). c. Cara mengukur kepatuhan Terdapat dua metode yang biasa digunakan untuk mengukur kepatuhan, yaitu (Putri, 2012). 1) Metode langsung Dilakukan dengan observasi pengobatan secara langsung, mengukur konsentrasi obat dan metabolismenya dalam darah. Namun, biaya yang digunakan sangat mahal. 2) Metode tidak langsung Dilakukan dengan menanyakan pasien tentang cara pasien menggunakan obat, menilai respon klinik, melakukan penghitungan obat (pill count), dan mengumpulkan kuesioner kepada pasien. Menurut Jasti, et al., (2005) dalam Pratiwi (2011), cara menghitung jumlah sisa tablet secara langsung dan menghitung tingkat kepatuhan pasien dengan menggunakan rumus : Kepatuhan = Keterangan: a) Patuh : 70-100% b) Tidak patuh : < 70 % 4. Antibiotik a. Definisi Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh suatu mikroba, atau yang diproduksi seluruh atau sebagian nya secara 11

sintesis kimia, yang dalam konsentrasi kecil dapat menghambat pertumbuhan mikroba lain (Wibowo, 2012). Antibiotik adalah agen yang digunakan untuk mencegah dan mengobati suatu infeksi karena bakteri. Akan tetapi, istilah antibiotik sebenarnya mengacu pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi, yang menghambat pertumbuhan atau membunuh organisme yang lain (Febiana, 2012). b. Penggolongan Antibiotik Penggolongan antibiotik menurut Febiana (2012) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Berdasarkan struktur kimia antibiotik Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut: a) Golongan Aminoglikosida, antara lain amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin,tobramisin. b) Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan karbapenem (ertapenem,imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin,sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik,dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Penisilin adalah suatu agenantibakterial alami yang dihasilkan dari jamur jenis Penicilliumchrysognum. c) Golongan Glikopeptida, antara lain vankomisin, teikoplanin, ramoplanindan dekaplanin. d) Golongan Poliketida, antara lain golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin). e) Golongan Polimiksin, antara lain polimiksin dan kolistin. 12

f) Golongan Kinolon (fluorokinolon), antara lain asam nalidiksat,siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin. g) Golongan Streptogramin, antara lain pristinamycin, virginiamycin,mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin. h) Golongan Oksazolidinon, anatara lain linezolid. i) Golongan Sulfonamida, antara lain kotrimoksazol dan trimetoprim. j) Antibiotik lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat. 2) Berdasarkan toksisitas selektif Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan ada yang bersifat bakterisid. Agen bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan agen bakterisida membunuh bakteri. Perbedaan ini biasanya tidak penting secara klinis selama mekanisme pertahanan pejamu terlibat dalam eliminasi akhir patogen bakteri. Pengecualiannya adalah terapi infeksi pada pasien immunocompromised dimana menggunakan agen-agen bakterisida. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antibiotik tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM. 3) Berdasarkan mekanisme kerja antibiotik Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai beirkut: a) Inhibitor sintesis dinding sel bakteri Memiliki efek bakterisidal dengan cara memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim dalam sintesis dinding 13

sel. Contohnya antara lain golongan β-laktam seperti penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan inhibitor sintesis dinding sel lainnya seperti vancomysin, basitrasin, fosfomysin, dan daptomysin. b) Inhibitor sintesis protein bakteri Memiliki efek bakterisidal atau bakteriostatik dengan cara menganggu sintesis protein tanpa mengganggu sel-sel normal dan menghambat tahap-tahap sintesis protein. Obatobat yang aktivitasnya menginhibitor sintesis protein bakteri seperti aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, streptogamin, klindamisin, oksazolidinon, kloramfenikol. c) Menghambat sintesa folat Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti sulfonamida dan trimetoprim. Bakteri tidak dapat mengabsorbsi asam folat, tetapi harus membuat asam folat dari PABA (asam paraaminobenzoat), pteridin, dan glutamat. Sedangkan pada manusia, asam folat merupakan vitamin dan kita tidak dapat menyintesis asam folat. Hal ini menjadi suatu target yang baik dan selektif untuk senyawa-senyawa antimikroba. d) Mengubah permeabilitas membran sel Memiliki efek bakteriostatik dan bakteriostatik dengan menghilangkan permeabilitas membran dan oleh karena hilangnya substansi seluler menyebabkan sel menjadi lisis. Obat- obat yang memiliki aktivitas ini antara lain polimiksin, amfoterisin B, gramisidin, nistatin, kolistin. e) Mengganggu sintesis DNA Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti metronidasol, kinolon, novobiosin. Obat-obat ini menghambat asam deoksiribonukleat (DNA) girase sehingga mengahambat sintesis DNA. DNA girase adalah enzim yang terdapat pada bakteri yang menyebabkan 14

terbukanya dan terbentuknya superheliks pada DNA sehingga menghambat replikasi DNA. f) Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin. 4) Berdasarkan aktivitas antibiotik Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut: a) Antibiotika spektrum luas (broad spectrum) Contohnya seperti tetrasiklin dan sefalosporin efektif terhadap organisme baik gram positif maupun gram negatif. Antibiotik berspektrum luas sering kali dipakai untuk mengobati penyakit infeksi yang menyerang belum diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas. b) Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum) Golongan ini terutama efektif untuk melawan satu jenis organisme. Contohnya penisilin dan eritromisin dipakai untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif. Karena antibiotik berspektrum sempit bersifat selektif, maka obat-obat ini lebih aktif dalam melawan organisme tunggal tersebut daripada antibiotik berspektrum luas. 5) Berdasarkan pola bunuh antibiotik Terdapat 2 pola bunuh antibiotik terhadap kuman yaitu: a) Time dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan dayabunuh maksimal jika kadarnya dipertahankan cukup lama di atas Kadar Hambat Minimal kuman. Contohnya pada antibiotik penisilin,sefalosporin, linezoid, dan eritromisin. b) Concentration dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika kadarnya relatif tinggi ataudalam dosis besar, tapi tidak perlu mempertahankan kadar tinggi ini dalamwaktu lama. 15

Contohnya pada antibiotik aminoglikosida, fluorokuinolon, dan ketolid. c. Resistensi Antibiotika Kejadian resistensi terhadap penicilin dan tetrasiklin oleh bakteri patogen diare dan Neisseria gonorrhoeae telah hampir mencapai 100% di seluruh area di Indonesia. Resistensi terhadap antibiotik bisa di dapat atau bawaan. Pada resistensi bawaan, semua spesies bakteri bisa resisten terhadap suatu obat sebelum bakteri kontak dengan obat tersebut. Yang serius secara klinis adalah resistensi yang di dapat, dimana bakteri yang pernah sensitif terhadap suatu obat menjadi resisten. Resistensi silang juga dapat terjadi antara obat-obat antibiotik yang mempunyai kerja yang serupa seperti penisilin dan sefalosporin. Mekanisme yang bertanggung jawab untuk resistensi terhadap suatu antibiotika adalah menginaktivasi enzim yang merusak obat, mengurangi akumulasi obat, perubahan tempat ikatan, perkembangan jalur alternatif metabolik. Populasi bakteri yang resisten terhadap antibiotik yang berkembang dengan beberapa cara : 1) Seleksi Dalam suatu populasi akan terdapat beberapa bakteri dengan resistensididapat. Kemudian obat mengeliminasi organisme yang sensitif, sedangkanbakteri yang resisten mengalami proliferasi 2) Resistensi yang ditransfer Gen yang mengkode mekanisme resistensi ditransfer dari satu organisme ke organisme lain. Akumulasi dari penggunaan antibiotik pada suatu komunitas yang terlalu seringdapat memicu terjadinya resistensi bakteri yang di dapat terhadap suatu antibiotik. 16

Berikut ini merupakan faktor faktor yang memudahkan berkembangnya resistensi di klinik: a) Penggunaan antibiotik yang sering. b) Penggunaan antibiotik yang irasional. c) Penggunaan antibitoik baru yang berlebihan. d) Penggunaan antibiotik untuk jangka waktu yang lama memberi kesempatan bertumbuhnyakuman yang lebih resisten (fisrt step mutant). e) Penggunaan antibiotik untuk ternak. Kadar antibiotik yang rendah sebagai suplemen pada ternak memudahkantumbuhnya kuman kuman resisten. f) Beberapa faktor lain yang berperan terhadap berkembangnya resistensi ialahkemudahan transportasi modern, perilaku seksual, sanitasi buruk, dan kondisirumah yang tidak memenuhi syarat. B. Kerangka Teori Informasi Obat (Dari Puskesmas) Pengetahuan Tentang Antibiotik Mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang Kepatuhan Minum Obat Gambar 1. Kerangka Teori. Modifikasi dari Albbery (2011), Notoatmojo (2007),dan Taufik (2007). 17

C. Kerangka Konsep Variabel bebas Informasi Obat (dari Puskesmas) Variabel terikat Pengetahuan Tentang Antibiotik Kepatuhan Penggunaan Antibiotik Gambar 2. Kerangka Konsep D. Hipotesis Secara umum hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian. Biasanya hipotesis terdiri atas pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan antara dua variabel, yakni variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas merupakan variabel penyebabnya atau variabel pengaruh, sedang variabel terikat merupakan variabel akibat atau terpengaruh (Hidayat, 2011). Ha : ada hubungan antara Informasi obat terhadap pengetahuan dan kepatuhan penggunaan obat antibiotik di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas Tahun 2014. 18