3. METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA

Metode Pengumpulan Data Komponen Lingkungan Metode Analisis Dampak Lingkungan Metode dan Teknik Indentifikasi, Prediksi, Evaluasi dan Interpretasi

3. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

III. METODE PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Mei sampai Juli

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODA

3. METODE PENELITIAN

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. zona intertidal pantai Wediombo, Gunungkidul Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

Gambar 7. Lokasi penelitian

3. METODE PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42" ' 47" Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 BAHAN DAN METODE

3. METODOLOGI PENELITAN

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

BAB III METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Titik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan Contoh Air

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. Alat-alat Penelitian

III. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) 1 ml MnSO 4 1 ml KOH KI dikocok didiamkan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

BAB III BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - November 2007 bertempat

3. METODE PENELITIAN

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

III. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air. Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

KAJIAN DISTRIBUSI FITOPLANKTON DAN PARAMETER KIMIA KUALITAS PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KELAYAKAN SEBAGAI LOKASI BUDIDAYA KERANG MUTIARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

Transkripsi:

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Daerah penelitian secara administrasi berada di kota Makassar pada posisi 5 o 6 15-5 o 6 36 LS dan 119 o 25 21-119 o 25 37 BT. Secara khusus lokasi penelitian adalah wilayah Estuaria Tallo yang masih mendapat pengaruh pasang surut air laut yaitu pada muara Sungai Tallo di Kecamatan Ujung Tanah, sebelah Utara Kota Makassar hingga ke jembatan Tello Kecamatan Tamalanrea sepanjang + 15 km (Gambar 6). Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 hingga bulan November 2011. Pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan musim Barat (November 2010) dan musim Timur (September 2011) sesuai dengan data curah hujan yang diperoleh dari BMKG Paotere Makassar. 3.2. Desain Penelitian Penelitian dilaksanakan melalui studi kasus dengan metode survei yang dirancang untuk mendiskripsikan kondisi fisika, kimia, biologi, sosial dan ekonomi

35 sebagai kondisi eksisting lingkungan. Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung meliputi pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi perairan, wawancara masyarakat dan perorangan berstruktur dengan berpedoman pada kuesioner. Data sekunder berupa kebijakan publik dan kondisi meteorologi, dan kondisi kependudukan diperoleh dari studi pustaka, laporan dan data pengukuran lembaga penelitian. 3.2.1. Kajian Kondisi Eksisting Lingkungan Perairan Estuaria Tallo. Kajian ini dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan perairan estuaria saat sekarang. Kondisi yang ditinjau adalah meliputi kondisi kualitas perairan, kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kondisi ekologi. Hasil analisis ini digunakan sebagai dasar dalam penyusunan model analisis kualitas perairan estuaria. 3.2.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder (Tabel 7). Tabel 7. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian Kondisi Lingkungan Kualitas Lingkungan Variabel Jenis Data Sumber Data Parameter fisika : Arus, Gelombang, TSS, Suhu, dan Sedimen (ukuran, jenis, bahan organik dan ph-redoks) Parameter kimia : DO, BOD 5, BOT, ph, Salinitas, fosfat, nitrat, Cd, Pb, Zn Parameter biologi : Makrozoobenthos Primer Pengukuran Lapangan dan laboratorium Sosial Ekonomi Masyarakat Umur Tingkat pendidikan Pekerjaan Pendapatan Persepsi Partisipasi Sekunder BPS Jumlah dan jenis industri Regulasi dan UU Jumlah penduduk Sekunder Pemerintah Kota Makassar

36 Ekologi Topografi Hidrologi Kondisi iklim dan cuaca Kondisi umum lingkungan Sekunder BPN Dinas PSDA Prov. Sul Sel BMG BLHD 3.2.1.2. Penentuan Stasiun Penentuan stasiun pengambilan sampel air berdasarkan gradien salinitas (hypothetic line). Lokasi penelitian dibagi atas 2 zona yaitu : Zona A : jembatan Tello (km15) sampai jembatan Tallo ( km 0 ) Zona B : daerah muara Sungai Tallo (daerah model) Masing-masing zona dibagi beberapa stasiun yaitu : Zona A : Stasiun 1 (119 28 23 BT, 05 08 42 LS) Stasiun 2 (119 28 09 BT, 05 07 41 LS) Stasiun 3 (119 28 36 BT, 05 07 11 LS) Stasiun 4 (119 27 28 BT, 05 07 05 LS) Stasiun 5 (119 26 44 BT, 05 06 52 LS) Zona B ; Stasiun 6 (119 26 59 BT,05 06 09 LS) Stasiun 7 (119 26 52 BT, 05 05 38 LS) Stasiun 8 (119 26 43 BT, 05 05 01 LS) Stasiun 9 (119 26 25 BT, 05 04 51 LS) Stasiun 10 (119 26 28 BT, 05 05 50 LS) Stasiun 11 (119 25 59 BT, 05 06 09 LS) Stasiun12 (119 25 44 BT, 05 06 00 LS) Stasiun 13 (119 25 13 BT, 05 06 33 LS) 3.2.1.3. Metode Analisis Data Pengambilan contoh air dilakukan pada periode pasang dan surut dengan menggunakan botol Nansen, kemudian contoh air dimasukkan ke dalam botol sampel dan disimpan dalam coolbox selanjutnya dibawa ke laboratorium. Pengambilan spesimen makrozoobentos dilakukan pada beberapa titik di muara sungai dengan menggunakan grab sampler. Setelah disaring, spesimen makrozoobentos dimasukkan

37 ke dalam wadah selanjutnya diidentifikasi dan dihitung jumlahnya di laboratorium dengan menggunakan kaca pembesar. Metode analisis parameter fisika kimia dan biologi yang digunakan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Parameter Kualitas Air yang Diteliti, Metode Analisa dan Pengukurannya Parameter Satuan Metode Analisa/Alat Lokasi Fisika 1. Arus 2. Suhu 3. Sedimen 4.TSS Kimia 1.Oksigen terlarut 2.Salinitas 4. ph m/dtk o C - - mg O 2 /l o / - oo Flowatch Termometer Sedimen Grab Spektrofotometer DO meter Handrefraktometer ph meter In situ In situ Insitu/ In situ In situ In situ 2. BOD 3.TOC 5 4.BOT 5. Fosfat 6. Nitrat 7. Logam (Cd, Pb, Zn) Biologi 1.Makrozoobentos mg/l mg/l ind/m 2 Titrimetri winkler inkubasi 5 Spektrofotometer Titrimetri As.askorbit Brucine SSA Pencacahan Analisa parameter fisika dan kimia air mengacu pada metode APHA (1998). Karakteristik kondisi eksisting dianalisis dengan membandingkan hasil pemeriksaan sampel dengan baku mutu air laut KEP-MEN LH No 51/MenKLH/2004. Pengukuran parameter biologi meliputi pengukuran komposisi jenis dan kelimpahan, indeks keanekaragaman jenis (H ), indeks keseragaman jenis (E),indeks dominansi jenis (C). - Komposisi Jenis Dan Kelimpahan Kelimpahan makrozoobentos dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Odum (1971) sebagai berikut : (13)

38 Keterangan : Y = Jumlah individu (ind/m 2 ) a = Jumlah makrozoobentos yang tersaring (ind) b = Luas bukaan grab sampler (cm 2 ) 10000 = Nilai konversi dari cm 2 ke m 2 - Indeks Keanekaragaman Jenis (H ) Untuk mengetahui indeks keanekaragaman jenis makrozoobentos dipergunakan rumus Shannon-Wiener (Krebs,1978) sebagai berikut : H = - Pi ln Pi ; Pi = ni/n (14) dimana: H = Indeks keanekaragaman jenis ni = Jumlah Individu Jenis N = Jumlah total individu Hasil perhitungan Indeks keanekaragaman jenis dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu : 1) H 1 = keanekaragaman rendah, penyebaran individu tiap jenis rendah dan kestabilan komunitas rendah, indikator adanya pencemaran berat 2) 1< H <3 = keanekaragaman sedang,penyebaran individu tiap jenis rendah dan kestabilan komunitas sedang, indikator adanya pencemaran sedang 3) H 3 = keanekaragaman tinggi,penyebaran individu tiap jenis tinggi dan kestabilan komunitas tinggi, indikator adanya tidak terjadi pencemaran - Indeks Keseragaman Jenis (E) Untuk mengetahui indeks keseragaman jenis makrozoobentos dipergunakan rumus Shannon-Wiener (Krebs,1978) sebagai berikut : E = H /H Maks (15)

39 dimana : E = Indeks keseragaman jenis H = Indeks Keanekaragaman Jenis H Maks = Keanekaragaman maksimum Hasil perhitungan indeks keseragaman jenis dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu : 1) 0,0 < E < 0,5 Komunitas dalam kondisi tertekan 2) 0,5 E < 0,75 Komunitas dalam kondisi labil 3) 0,75 E < 1,0 Komunitas dalam kondisi stabil - Indeks Dominansi Jenis (C) Untuk mengetahui indeks dominansi jenis makrozoobentos dipergunakan rumus Simpson (Ludwig dan Reynold 1988) sebagai berikut : C = (ni/n) 2 (16) dimana : C = Indeks Dominansi Jenis ni = Jumlah Individu Jenis N = Jumlah total individu 3.2.2. Penentuan Status Pencemaran Estuaria Tallo Penentuan tingkat pencemaran perairan dilakukan dengan menggunakan metode Indeks pencemaran (IP) berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 tentang status mutu air dan indeks pencemaran air. Pengelolaan kualitas air atas dasar IP ini dapat memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat keberadaan senyawa pencemar. Adapun persamaan yang digunakan : (17)

40 dimana : IP j = Indeks polusi bagi peruntukan air L ij = Baku peruntukan air Ci = Konsentrasi parameter kualitas air Pada motode ini menggunakan berbagai parameter kualitas air, maka penggunaannya dibutuhkan nilai rata-rata dari keseluruhan C i /L ij acuan polusi. Merangkum indeks polusi beberapa parameter digunakan rumus Numerow (1991): (18) dimana : (C i /L ij ) R : nilai rata-rata C i /L (Ci/L ij ) M : nilai maksimum C i /L ij ij Untuk menentukan tingkat pencemaran digunakan indeks sebagai berikut : 0 < P ij < 1,0 memenuhi baku mutu 1,0 < Pij < 5,0 tercemar ringan 5,0 < Pij < 10 tercemar sedang Pij > 10 tercemar berat 3.2.3. Desain Model Kualitas Air Estuaria Penyusunan model dilakukan dengan diawali konsep matematik dan numerik dari model beserta algoritmanya. Model dibangun berdasarkan atas persamaan hidrodinamika, dan persamaan kualitas air (persamaan 1-12, halaman 23-26) 3.2.3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam mendesain model kualitas air disajikan pada Tabel 9.

41 Tabel 9. Data dan sumber data pembangun model kualitas air No Jenis data Sumber data 1 Batimetri Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL, Makassar 2 Arah dan kecepatan angin Ifremer 3 Pasang Surut DHI Dishidros 4 Hasil pengukuran kualitas air (fisika dan kimia) Lapangan 3.2.3.2. Desain Model Untuk membangun model kualitas perairan dilakukan dengan mengintegrasikan proses fisika, kimia dan biologi yang terjadi di dalam perairan Estuaria Tallo. Model hidrodinamika dibuat sebagai dasar untuk menggambarkan proses percampuran antara air dan sedimen, proses kimia yang terjadi pada zona transisi antara air tawar dan laut serta berbagai proses biologi yang terjadi. Data yang digunakan yaitu data koordinat lokasi penelitian, arus, angin, batimetri dan pasang surut. Persamaan yang digunakan berdasarkan persamaan hidrodinamika yang dibangun dari beberapa persamaan yaitu persamaan momentum, persamaan kontinuitas, persamaan kesetimbangan massa (persamaan 1 12). Batasan model dibuat open boundary dengan finite element dan jumlah element 6021, luas daerah model 14,993 km 2 dan jarak dari mulut muara ke batas terluar adalah 2,8 km. Model disimulasikan dalam 2 musim yaitu musim Barat (November 2010) dan musim kemarau (September 2011) pada waktu pasang dan surut dengan masa simulasi 15 hari. Beberapa asumsi untuk penyederhanaan model di muara Sungai Tallo yaitu nilai decay sama, jumlah konsentrasi yang berasal dari point source konstan sampai pada titik batas berikutnya dan initial condition sama. Thomann (1987) mengemukakan beberapa asumsi yang dapat digunakan dalam membangun model di estuaria yaitu : estuaria dalam kondisi steady state dimana luas, aliran dan reaksi-reaksi adalah konstan terhadap jarak. Pendekatan model dalam bentuk algoritma dan bahasa program dikerjakan dengan menggunakan software program MIKE 21.

42 3.2.4. Kajian Strategi Pengelolaan Lingkungan Estuaria Berdasarkan Pengembangan Model Kualitas Perairan Model pengelolaan lingkungan disusun berdasarkan kondisi eksisting, hasil simulasi model kualitas perairan estuaria, dan lingkungan estuaria. arahan kebijakan pengelolaan 3.2.4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang diperlukan dalam menyusun strategi pengelolaan lingkungan terdiri atas data primer dan data sekunder. Sumber data berasal dari hasil model kualitas air, observasi ke lokasi penelitian serta pengisian kuisioner, diskusi dan wawancara langsung dengan responden dan pakar terpilih dari instansi terkait. Data sekunder diperoleh dengan cara menelusuri berbagai sumber seperti hasil penelitian dan dokumen ilmiah dari instansi terkait. 3.2.4.2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada tahap ini adalah menentukan pakar yang dipilih secara sengaja (purposive sampling). Pada metode ini, responden yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada kebutuhan penelitian dan memiliki kepakaran sesuai dengan bidang kajian. Beberapa pertimbangan dalam penentuan pakar yang dijadikan responden, menggunakan kriteria sebagai berikut : (1) mempunyai pengalaman yang kompeten sesuai dengan bidang yang dikaji; (2) memiliki reputasi, kedudukan/jabatan dalam kompetensinya dengan bidang yang dikaji dan (3) memiliki kredibilitas yang tinggi, bersedia dan atau berada pada lokasi yang dikaji (Lampiran 14). 3.2.4.3. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan pada tahapan ini yaitu analisis prioritas kebijakan. Prioritas kebijakan pengelolaan estuaria dianalisis dengan analisis multikriteria secara partisipatif. Alat analisis yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Penggunaan AHP dimaksudkan untuk penelusuran

43 permasalahan secara bertahap dan membantu pengambilan keputusan dalam memilih strategi terbaik dalam pengelolaan lingkungan Estuaria Tallo. Analisis data dilakukan dengan membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masingmasing tujuan yang setingkat di atasnya. Perbandingan berdasarkan judgement dari stakeholder dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya. Untuk mengkuantifikasi data kualitatif digunakan nilai skala komparasi 1 9 berdasarkan skala Saaty yang tertera pada Tabel 3. Software AHP yang digunakan dalam penelitian ini adalah criterium decision plus version 3.0. Bagan alir analisis AHP disajikan pada gambar 7. Output dari analisis prioritas kebijakan adalah faktor pendukung dalam pengelolaan lingkungan estuaria, keterlibatan stakeholder, tujuan pengelolaan lingkungan dan alternatif kebijakan pengelolaan lingkungan yang mungkin dilaksanakan.

44 Mulai Identifikasi kriteria pada setiap level Penyusunan struktur AHP Struktur AHP Matriks pendapat individu Pembuatan dan pengisian kuesioner Hitung CR CR memenuhi syarat Tidak Jawaban pakar tidak valid Ya Matriks penggabungan pendapat Hitung CR CR memenuhi syarat Ya Tidak Jawaban pakar tidak valid Hitung bobot kriteria Bobot kriteria Selesai Gambar 7. Bagan alir analisis AHP