BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan penelitian kualitatif fenomenologis.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan jenis pendekatan fenomenologi

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif atau kualitataif dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar

BAB 3 METODE PENELITIAN. kualitatif., artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian ilmiah yang dimaksudkan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. pemahaman yang mendalam mengenai kondisi psychological well being pada istri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELIITIAN. sebagai metode yang dalam penelitiannya memperoleh data deskriptif. yang sedang terjadi di dalam masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. pandangan dasar pendekatan kualitatif menuprut Staruss dan Corbin. organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang dilakukan adalah field research (penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. psikologis remaja yang mengalami hamil di luar nikah. Menurut Creswell

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan taylor (dalam Moleong, 2009) Peneliti memilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sesuatu yang berada di luar individu, manusia tidak secara sederhana

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan identity formation pada gay.

BAB III METODE PENELITIAN. diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas (bounded context), meski batasbatas

3.2 Partisipan Penelitian/sumber data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODEDAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Laporan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. perolehan sampel acak, melainkan berupaya memahami sudut pandang dan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies).

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Hal ini didasarkan atas tujuan penelitian yang ingin mengetahui dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang berlandaskan pada filsafah positivisme, digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dengan mempertimbangkan: pemahaman peneliti terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan fenomena sosial yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. kebutuhan-kebutuhan partisipan (Santoso & Royanto, 2009). Menurut Denzin & Lincoln

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Mengidentifikasi kasus untuk suatu studi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pandanan Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. yaitu bulan Oktober sampai bulan Desember 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN. mengenai komunikasi interpersonal menantu dan ibu mertua pada pasangan

3. METODE. Universitas Indonesia

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk menggambarkan locus of control pada pasangan suami isteri yang hamil

BAB III METODE PENELITIAN. pemahaman masing-masing manajemen pembiayaan bank syariah terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Menurut. Poerwandari ( 2011, h. 42) penelitian kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif. Istilah penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bagaimana peran ganda single parent dalam memberikan pola asuh. Agar

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif adalah sebagaimana Cress well mendefinisikannya sebagai suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. (Bandung :

BAB III METODE PENELITIAN. nantinya, sesuai dengan dengan metode penelitian kualitatif. yang menekankan pada kedalaman proses (Poerwandari,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

BAB III METODE PENELITIAN. atau sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki. dengan wawancara mendalam (In depth interview).

BAB III METODE PENELITIAN. dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. pribadi dan sosial para partisipan (Smith, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuan penelitian yang akan dilakukan, yaitu untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum 2013

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena dianggap tepat untuk meneliti secara mendalam rangkaian peristiwa kehidupan seseorang dan juga berusaha mengungkapkan persepsi dan perasaannya. Pendekatan kualitatif menekankan dinamika dan proses lebih memfokuskan diri pada variasi pengalamanpengalaman individu atau kelompok-kelompok yang berbeda. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan gambaran umum tentang masalah-masalah yang dirasakan kelompok (Poerwandari, 2007). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologis. Pendekatan kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, sedangkan jenis penelitian fenomenologis merupakan studi yang mendeskripsikan makna dari pengalaman yang dimiliki sejumlah individu tentang sebuah konsep atau fenomena. Penelitian fenomenologis berusaha untuk menggali struktur kesadaran dalam pengalaman manusia menjadi fokus penelitiannya, tujuan dari penelitian fenomenologis adalah untuk menggambarkan, memahami, dan menginterpretasi makna dari pengalaman-pengalaman hidup manusia. Fokus dari pertanyaan penelitian ini adalah apa yang sepertinya dialami dari situasi tertentu (Bloor & Wood, 2006). 36

Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan data yang maksimal untuk mengungkap fenomena yang ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis dipandang lebih sesuai untuk mengetahui secara mendalam dan berusaha menjelaskan tentang Forgiveness remaja terhadap perilaku selingkuh ayah. Alasan peneliti memilih pendekatan ini karena melalui metode ini peneliti dapat memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian secara mendalam. B. Unit Analisis 1. Remaja Remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang penuh dengan ketidakmenentuan sikap karena pengaruh dari perkembangan intrinsik; biologis, kognitif, sosioemosional, ataupun ekstrinsik; lingkungan, teman, yang selalu dinamis. Pengertian ini diperkuat oleh teori Hurlock (2000) yang menyatakan bahwa masa remaja adalah masa transisi sebagai peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa, dalam setiap masa peralihan status individu tidaklah jelas, serta terdapat keraguan akan peran yang akan dilakukan. 2. Forgiveness Forgiveness sebagai suatu bentuk kesiapan melepas hak yang dimiliki seseorang untuk meremehkan, menyalahkan, dan membalas dendam terhadap pelaku yang telah bertindak tidak benar terhadapnya, dan di waktu yang bersamaan mengembangkan kasih sayang dan kemurahan hati. Pendapat ini diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh McCullough (1999) yang menyatakan bahwa forgiveness mencerminkan perubahan sosial dalam 37

motivasi hubungan pribadi diantaranya, menghindari pelaku dan hubungan psikologis dengan pelanggar, mengurangi motivasi untuk balas dendam, atau berharap kerugian datang kepada pelanggar, meningkatkan motivasi ke arah kebajikan. 3. Perilaku Selingkuh Perselingkuhan adalah suatu hubungan emosional maupun seksual pada orang yang sudah menikah dengan orang lain di luar pernikahannya, sejalan dengan teori Subotnik dan Harris (2005) mengemukakan terdapat tiga komponen dari perselingkuhan emosional, yaitu keintiman emosional, kerahasiaan, dan sexual chemistry. Perselingkuhan yang dilakukan ayah atau suami akan menimbulkan masalah dalam keluarga, sehingga menimbulkan suatu tekanan dan gangguan bagi remaja. Tekanan dan gangguan tersebut akan mempengaruhi perkembangan emosional anak khususnya remaja, seperti meningkatkan sensitivitas dimana remaja akan lebih mudah untuk marah dan menangis, pengaruh lainnya adalah pergaulan remaja di lingkungan yang terlalu bebas, dan juga pada perkembangan intelektualnya seperti menurunnya prestasi akademis di sekolah. C. Subjek Penelitian 1. Karakteristik Responden Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 12-21 tahun yang memiliki ayah berselingkuh. 38

2. Jumlah Subjek Subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari 2 remaja yang memiliki ayah berselingkuh. 3. Informan Penelitian Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi tentang responden kepada peneliti, adapun yang menjadi informan adalah orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan responden dan mengenal responden dengan baik yaitu ibu ataupun saudara responden. 4. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purpossive or theoretical sampling yaitu pengambilan responden dengan menggunakan kriteria tertentu yang telah ditetapkan maupun sesuai dengan konstruk teoritis yang digunakan oleh peneliti. D. Metode Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Poerwandari (2007) menyatakan bahwa secara umum terdapat 3 macam teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi dalam memperoleh informasi. Penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode wawancara dan observasi : a. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan responden dengan mengunakan alat. Wawancara atau 39

interview merupakan dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancara (interviewer). Wawancara menjadi pengumpulan sumber data yang utama. Sebagian besar data diperoleh melalui wawancara. Penguasaan teknik wawancara sangat mutlak diperlukan. Ada beberapa jenis wawancara yaitu: 1) Wawancara terstuktur Wawancara testruktur lebih sering digunakan dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif. Beberapa ciri dari wawancara terstuktur meliputi daftar pertanyaan dan kategori jawaban telah disiapkan. Kecepatan wawancara terkendali, tidak ada fleksibilitas, mengikuti pedoman, dan tujuan wawancara biasanya untuk mendapatkan penjelasan tentang suatu fenomena. 2) Wawancara semi-terstruktur Wawancara semi-terstruktur lebih tepat dilakukan pada penelitian kualitatif daripada penelitian lainnya. Ciri-ciri dari wawancara semi-terstruktur adalah pertanyaan terbuka namun ada batasan tema dan alur pembicaraan. Kecepatan wawancara dapat diprediksi, fleksibel tetapi terkontrol, ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan dan penggunaan kata serta tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena. 3) Wawancara tidak terstruktur Wawancara tidak terstruktur memiliki ciri-ciri, yaitu pertanyaan sangat terbuka, kecepatan wawancara sangat sulit diprediksi, sangat fleksibel, pedoman wawancara sangat longgar, urutan pertanyaan, penggunaan kata, 40

alur pembicaraan, dan tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena. Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara semi-terstruktur. Dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan wawancara terstruktur. Tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk memudahkan dan memfokuskan pertanyaan yang akan diutarakan. b. Observasi Metode observasi ialah salah satu alat bantu untuk memperoleh data tentang hal-hal yang tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara. Berdasarkan keterlibatan pengamat dalam kegiatan orang-orang yang diamati, observasi dapat dibedakan menjadi: 1) Observasi partisipan Peneliti melakukan dua peran sekaligus yaitu sebagai pengamat dan menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya. 2) Observasi non partisipan Peneliti hanya berperan sebagai peserta yang mencatat dan merekam peristiwa yang terjadi tanpa terlibat dalam interaksi yang sedang berlangsung di kancah penelitian Dalam penelitian ini menggunakan bentuk observasi non partisipan dimana peneliti tidak ikut aktif dalam kegiatan subjek, karena peneliti hanya sebagai pengamat. 41

E. Alat Bantu Pengumpulan Data Menurut Poerwandari (2007) penulis sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data, hingga analisis, menginterpretasikan dan menyimpulkan hasil penelitian. Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat bantu ( instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat bantu, yaitu : 1. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Pedoman Observasi Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan daftar riwayat kelakuan yang berisi catatan mengenai tingkah laku individu. Catatan ini berfungsi sebagai pengamatan dalam proses wawancara sehingga dapat terhindar dari salah diagnosis. 3. Alat Perekam Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam dapat dipergunakan setelah mendapat izin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung. 42

4. Alat Tulis Alat tulis yang digunakan peneliti dalam penelitian kualitatif ini adalah buku catatan dan pulpen, alat-alat tulis ini penting untuk membuat hal-hal yang perlu digali lebih mendalam atau perlu dinyatakan kembali bila ada hal-hal yang terlewatkan. 5. Lembaran Catatan Observasi Alat bantu yang digunakan untuk mencatat data observasi pada penelitian ini adalah catatan observasi yang berisi deskripsi tentang hal-hal yang perlu diamati dan diingat bahwa setiap kondisi merupakan hal yang penting. Peneliti harus menyadari bahwa ingatan tidak dapat diandalkan secara mutlak, karena bila observasi tidak dicatat ada kemungkinan peneliti akan lupa dan kehilangan informasi yang penting tersebut. 6. Informed Consent Sebuah kontrak atau surat kesepakatan yang diberikan diawal yang merupakan perjanjian persetujuan peneliti dan responden untuk merahasiakan data-data pribadi responden dan lain-lain. Peneliti sudah harus melakukan persetujuan kepada responden untuk menjadi bahan penelitian yang disetujui melalui surat pernyataan responden sebagai subjek dalam penelitian (informed consent). 43

E. Prosedur Penelitian 1. Tahap-tahap Persiapan Tahap persiapan penelitian yang dilakukan berdasarkan Poerwandari (2007) adalah sebagai berikut: a. Tahap Persiapan Penelitian. Dalam membuat pedoman wawancara yang akan dibuat sesuai dengan tujuan penelitian dan berdasarkan teori yang relevan dengan permasalahan pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya dapat berkembang dalam wawancara dengan topik penelitian. b. Tahap Pelaksanaan Penelitian. Penelitian terjun langsung ke lapangan untuk melakukan observasi dan wawancara secara terpisah, setelah itu peneliti memindahkan hasil rekaman berdasarkan wawancara dan hasil observasi ke dalam bentuk verbatim tertulis, kemudian peneliti melakukan analisis data dan interpretasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian teknik analisis data. c. Tahap Terakhir. Peneliti membuat diskusi dan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian. F. Teknik Pengorganisasian dan Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan 44

memuat kesimpulan. Tahapan menganalisa data kualitatif menurut Poerwandari (2007) adalah : a. Mengorganisasikan data Pengolahan dan analisis data sesungguhnya dimulai dengan mengorganisasikan data dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin. b. Coding dan analisis Langkah penting pertama adalah membutuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Coding dimaksudkan untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari, dengan demikian peneliti akan dapat menemukan makna dari data yang dikumpulkan. c. Pengujian terhadap dugaan Dugaan adalah kesimpulan sementara dan dengan mempelajari data, peneliti mengembangkan dugaan-dugaan yang merupakan kesimpulankesimpulan sementara. Dugaan yang berkembang tersebut harus dipertajam dan diuji ketepatannya. d. Hal-hal penting sebagai strategi analisis Proses analisis dapat menjelaskan konsep-konsep yang muncul dari jawaban atau kata-kata responden sendiri (indigenous concept). Kata-kata kunci dapat diambil dari istilah yang dipakai oleh responden sendiri, yang dianggap peneliti benar-benar tepat dan dapat mewakili fenomena yang diajukan. 45

e. Tahap interpretasi Interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasikan melalui perspektif tersebut. G. Teknik Pemantapan Kredibilitas Penelitian Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah, dan konsep-konsep yang dikembangkan sering didiskusikan untuk mengukur kadar ilmiah suatu penelitian seperti: validitas, reliabilitas, replikasi, dan objektivitas. Konsep-konsep tersebut selanjutnya disebut dengan istilah keabsahan dan keajegan penelitian. Konsep-konsep tersebut juga sering digunakan untuk mengevaluasi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Hal yang penting yang dapat meningkatkan keabsahan dan keajegan penelitian adalah dengan melakukan triangulasi. Patton (dalam Poerwandari, 2007) melihat konsep triangulasi dalam kerangka yang lebih luas. Ia menyatakan bahwa triangulasi dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk yaitu: a. Triangulasi data yakni, digunakan variasi sumber-sumber data yang berbeda. b. Triangulasi investigator yakni, menggunakan beberapa evaluator atau ilmuwan sosial yang berbeda untuk memberikan penilaian terhadap proses penelitian khususnya pengumpulan dan analisis data untuk mendapatkan pendapat pembanding mengenai hasil penelitian. c. Triangulasi teori yakni, digunakan beberapa perspektif yang berbeda untuk menginterpretasi data yang sama. 46

d. Triangulasi metodologis yakni, dipakainya beberapa metode yang berbeda untuk meneliti satu hal yang sama. Pengujian kredibilitas data penelitian ini dilakukan dengan cara triangulasi metodologis, triangulasi data, triangulasi teori dan triangulasi investigator. Triangulasi metodologis dilakukan dengan cara meneliti hal yang sama dengan hal yang berbeda yaitu dengan wawancara dan observasi. Triangulasi data dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dengan triangulasi data tersebut dapat diketahui apakah narasumber memberikan data yang kredibel. Triangulasi investigator dilakukan dengan menggunakan beberapa evaluator untuk memberikan penilaian terhadap proses penelitian. Penggunaan triangulasi tersebut diharapkan hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Teknik vertifikasi dengan langkah pertama dilakukan untuk vertifikasi data adalah dengan membagikan salinan deskripsi secara tekstural-struktural dari pengalaman responden. Responden diminta untuk secara hati-hati memeriksa deskripsi tersebut, mereka dapat memberikan tambahan masukan dan pembetulan, terakhir peneliti merevisi kembali pernyataan sintesisnya, proses ini disebut intersubjektive validity, yaitu menguji kembali (testing out) pemahaman peneliti dengan pemahaman responden melalui interaksi sosial yang timbal balik (back and forth). 47