BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini beberapa metode uji hayati dilakukan untuk menguji toksisitas lingkungan di suatu perairan. Uji hayati (bio assay) adalah suatu metode untuk menguji toksisitas suatu bahan kimia dengan menggunakan makhluk hidup (sel, jaringan, hewan, tumbuhan atau bakteri). Pelaksanaan di lapangan biasanya uji hayati ini digunakan untuk mengevaluasi tingkat toksisitas air di sungai yang mengalami pencemaran, menguji bahan kimia terutama dalam farmasi atau pestisida sebelum dipakai di kalangan masyarakat, juga digunakan dalam menguji kualitas air hasil pengolahan limbah. (Surtikanti, 2009: 103). Struktur komunitas hewan bentos sering digunakan untuk mengevaluasi kualitas air dan tekanan terhadap ekosistem perairan (Derville & Harrel, 1980 dalam Surtikanti, 2009: 112). Selain bentos, makroinvertebrata juga dapat digunakan sebagai bioindikator dalam mengevaluasi perairan. Organisme uji yang digunakan dalam uji toksisitas dapat berasal dari hewan golongan invertebrata air tawar (freshwater), seperti Daphnia sp.(fadillah, 2011) dan Moina sp. (Mustikasari, 2008; dan Nurlelasari, 2011). Organisme tersebut digunakan karena memiliki sensitifitas yang tinggi pada setiap perubahan faktor lingkungan. (Rottman et al., 2006: 3). 1
2 Moina sp. memiliki peran ekologis yaitu dalam jaring-jaring makanan suatu perairan. Moina sp. sebagai Crustacea kecil air tawar merupakan makanan utama juvenile ikan (Rottmann et al., 2006: 1). Penurunan dan hilangnya populasi Moina sp. secara drastis dapat mempengaruhi sistem rantai makanan. Gangguan terhadap rantai makanan atau jaring-jaring makanan suatu perairan akan mengakibatkan kerusakan seluruh ekosistem perairan tersebut (Parent dan Cheetam, 1980; Firman, 2006 dalam Mustikasari, 2008: 3). Salah satu metode kultur Moina sp. yang sering digunakan adalah metode pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan anorganik (Ivelva, 1973 dalam Casmuji, 2002). Menurut Kadarini (1997), jenis pupuk dibedakan menjadi dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari perubahan atau penguraian sisa-sisa (serasah) tanaman dan hewan misalnya pupuk kandang, pupuk hijau dan sebagainya, sedangkan pupuk anorganik atau pupuk buatan, yaitu pupuk yang merupakan hasil industri pabrik-pabrik pembuat pupuk misalnya pupuk urea, TSP dan sebagainya. Menurut Boyd (1982), pupuk organik lebih efektif dibandingkan pupuk anorganik. Pupuk organik dapat berfungsi sebagai sumber makanan fitoplankton, pupuk tersebut bisa diuraikan oleh bakteri menjadi bahan-bahan organik untuk merangsang pertumbuhan fitoplankton (Boyd, 1982 dalam Sulasingkin, 2003: 13 ).
3 Berbagai macam bahan yang merupakan sisa atau hasil buangan dari industri, pertanian maupun peternakan yang tidak terpakai tetapi masih banyak mengandung zat-zat organik yang dapat digunakan sebagai media kultur Moina sp. Kultur Moina sp. biasanya dilakukan dengan menggunakan kotoran ayam sebagai media kultur. Kotoran ayam merupakan media bahan organik sebagai media tumbuhnya fitoplankton dan bakteri yang secara langsung dapat dimanfaatkan oleh Moina sp. Pada kultur Moina sp. yang menggunakan media kotoran ayam, sering dijumpai kondisi racun akibat kelebihan konsentrasi kotoran ayam terutama saat penambahan pupuk susulan. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan diantaranya oleh Heryati et al. (1997), Sulasingkin (2003) menggunakan kotoran ayam dan Firdaus (2004) menggunakan kotoran ayam dan tepung terigu sebagai media kultur Moina sp. Namun sejauh ini belum banyak penelitian yang menggunakan bahan dari limbah pertanian yang bersifat nabati. Salah satu jenis limbah pertanian yang bersifat nabati dan masih mempunyai kandungan organik relatif tinggi yaitu bungkil kelapa sawit. Bungkil kelapa sawit mengandung unsur hara 0,7% Nitrogen, 1,78% Fosfor, dan 2,88 % Kalium yang dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton. Selain itu, Moina sp. juga memakan partikelpartikel organik yang mengandung protein cukup. Salah satu kandungan organik relatif tinggi pada bungkil kelapa sawit adalah protein sebesar 18,27%. Oleh karena itu dilakukan penelitian kultur Moina sp. dengan menggunakan tepung bungkil kelapa sawit sebagai alternatif bahan nutrisi
4 dalam kultur Moina sp. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh tepung bungkil kelapa sawit sebagai bahan nutrisi pada kultur Moina sp.? Dari rumusan masalah dapat diajukan beberapa pertanyaan penelitian yaitu : 1. Berapa konsentrasi tepung bungkil kelapa sawit yang memberikan laju pertumbuhan optimum Moina sp.? 2. Pada hari ke berapa pertumbuhan populasi optimum pada media kultur dengan pemberian tepung bungkil kelapa sawit? 3. Bagaimana pengaruh perbedaan konsentrasi tepung bungkil kelapa sawit terhadap laju pertumbuhan Moina sp.? C. Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak terlalu meluas maka penelitian ini dibuat batasan masalah sebagai berikut : a. Organisme uji yang digunakan adalah Moina sp. yang didapatkan dari kolam benih ikan di Desa Cisaranten Kulon Bandung dan dikultur di Laboratorium Ekologi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. b. Moina sp. yang digunakan berumur lima hari dengan ukuran + 800-880 µm.
5 c. Parameter penelitian yaitu laju pertumbuhan Moina sp. pada sampel uji selama penelitian berlangsung di laboratorium. d. Sampel uji yang digunakan untuk kultur Moina sp. adalah medium freshwater dan medium pakan tepung bungkil kelapa sawit. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh tepung bungkil kelapa sawit sebagai bahan nutrisi pada pertumbuhan Moina sp. dan mengetahui konsentrasi pakan tepung bungkil kelapa sawit yang optimum bagi pertumbuhan populasi Moina sp. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai : 1. Bahan informasi untuk studi kultur selanjutnya yang berkaitan dengan budidaya Moina sp. 2. Bahan informasi dalam pemanfaatan tepung bungkil kelapa sawit sebagai bahan baku alternatif dalam pakan Moina sp. F. Asumsi Asumsi dalam penelitian ini, yaitu : 1. Limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pakan maupun pupuk organik untuk menumbuhkan fitoplankton dan zooplankton di dalam air yang digunakan dalam proses budidaya (Hersapto et al., 1997).
6 2. Pemberian tepung bungkil ke dalam media kultur juga dapat berperan sebagai pupuk bagi perairan sehingga dapat berperan untuk menumbuhkan plankton dan bakteri yang merupakan makanan bagi Moina sp. (Boyd, 1982 dalam Casmuji, 2002). 3. Selain fitoplankton dan bakteri, Moina sp. juga memakan partikelpartikel organik yang mengandung protein cukup (Sirregar: 1995).