PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA ANAK BABI LOU AYY ALZAMAKHSYARI D

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN PEMELIHARAAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

disusun oleh: Willyan Djaja

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

MATERI. Lokasi dan Waktu

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

HASIL DAN PEMBAHASAN

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

MATERI DAN METODE. Materi

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Merancang dan merealisasikan suatu alat yang memanfaatkan Ear Tag RFID

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

disusun oleh: Willyan Djaja

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

[Pemanenan Ternak Unggas]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAB III HANDLING TERNAK RIMINANSIA

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat

TINJAUAN PUSTAKA Kemangi (Ocimum basilicum Linn.) sebagai Tanaman Herbal. Tanaman Kemangi ( Ocimum basilicumlinn.) merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian

INFO ISSN : Edisi XVII, Nomor 2, Juni 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

Penyiapan Mesin Tetas


Kompos Cacing Tanah (CASTING)

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kambing merupakan ternak kecil pemakan rumput yang dapat dibedakan. menjadi tiga yaitu : potong, perah dan penghasil bulu.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB II LANDASAN TEORI

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

Transkripsi:

MK : Produksi Ternak Babi dan Kuda Dosen : Dr. Ir. Salundilk, M Si Asisten : Desmawita K Barus, S Pt, M Si Jadwal : Kamis, 07.00-10.00 WIB PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA ANAK BABI LOU AYY ALZAMAKHSYARI D14154001 DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rahasia sukses beternak yaitu dengan membangun segitiga peternakan sama sisi yang sempurna. Sisi alas segitiga tersebut merupakan faktor pertama pilar peternakan yaitu: Bibit, Bibit harus dipilih dari bibit yang baik, bibit yang jelas mutunya, bibit yang tinggi produktivitasnya. Setelah memperoleh bibit yang baik maka bibit tersebut harus dipelihara dengan baik. Sehingga, sisi kaki kanan segitiga tersebut adalah faktor kedua pilar peternakan yaitu: Manajemen, Peternakan harus dikelola dengan baik, disediakan kandang yang baik, lantai yang kering, tempat pakan dan air minum yang memadai, terhindar dari hujan, binatang liar, suara bising, dan terhindar dari tiupan angin langsung. Sisi kiri segitiga tersebut adalah pilar ketiga peternakan yaitu: Pakan. Ternak harus diberi pakan sesuai kebutuhan, mengandung gizi sesuai rekomendasi, pakan tidak tengik, tidak berjamur, bebas dari benda asing seperti plastik, besi, kaca atau sejenisnya yang tidak berguna bagi ternak (Ketaren 2010). Ternak babi adalah salah satu sumber daging dan merupakan sumber pemenuhan gizi yang sangat efisien sehingga arti ekonomi sebagai ternak potong cukup tinggi. Secara ekonomis ternak babi sangat menguntungkan bila dilihat dari sistem reproduksinya karena babi merupakan hewan prolific (mampu beranak banyak) dan dalam setahun dapat beranak dua kali. Hal ini dapat dicapai dengan reproduksi, manajemen pakan, ketepatan perkawinan, calving interfal, presentase konsepsi, dan perbaikan mutu genetik (Ginting dan Aritonang 1988). Manajemen memiliki banyak ragamnya pada setiap ternak. Ternak babi memiliki manajemen khusus dalam penanganan induk beranak dan anak yang baru lahir. Dalam meningkatkan produktivitas ternak babi, perlu diketahui mengenai tatacara pemeliharaan sesuai dengan tahapan umurnya. Terlebih untuk babi yang baru lahir, karena sejak lahir hingga berumur 10 hari, anak babi sangat sensitif dalam menghadapi lingkungan yang berat sehingga angka kematiannya cukup tinggi, terutama jika pemeliharaannya kurang baik. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini agar mampu menjelaskan tatacara penanganan pada ternak babi khususnya anak babi yang baru lahir yaitu, penanganan pemotongan ekor, identifikasi, kastrasi, dan pemberian zat besi (Fe). 2 METODE 2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Responsi produksi ternak babi dan kuda dilakukan pada hari Kamis, 15 Oktober 2015. Pelaksanaan responsi dilakukan di RK A1D, gedung Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

2.2 Metode Kerja Metode kerja dilakukan dengan mereview hasil materi yang telah diberikan pada saat praktikum. Metode pencarian referensi dan pustaka melalui buku, jurnal, dan internet. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pemotongan Ekor Anak Babi (Pigtaildocking) Menggigit ekor adalah suatu masalah yang sering terjadi dihampir semua peternakan babi, maka secara rutin dilakukan pemotongan ekor anak babi yang baru lahir. Panjang ekor yang dipotong dapat dilakukan dari ujung hingga pangkal ekor. Tetapi biasanya cukup dengan memotong dua pertiga hingga tiga perempat dari pangkal ekor. Pendarahan akan semakin sedikit terjadi apabila alat yang digunakan tumpul. Pada umumnya, perhatian khusus harus diberikan terhadap kesehatan dan kebersihan selama melakukan pemotongan ekor di usaha peternakan. Pemotongan ekor juga mempengaruhi efektifitas dalam pertumbuhan ternak babi. Apabila tidak dilakukan pemotongan maka ekor ternak yang digigit oleh ternak lainnya akan terjadi luka, hal tersebut akan mengakibatkan mikroorganisme menyerang pada bagian ternak yang luka sehingga menimbulkan bibit penyakit. Pemotongan ekor dapat dilakukan dengan pisau atau alat modern seperti pigtail electric docking. Proses pemotongan ekor dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 1 Proses pemotongan ekor (pigtaildocking) 3.2 Identifikasi Anak Babi Identifikasi pada ternak merupakan suatu bentuk recording yang harus dilakukan pada setiap ternak. Identifikasi ternak sangat membantu dalam setiap penanganan terhadap ternak tersebut. Identifikasi yang dilakukan pada anak babi bertujuan untuk mempermudah peternak dalam mengetahui pertumbuhan, mempermudah peternak dalam mengadakan seleksi, mempermudah peternak dalam melakukan pencatatan-pencatatan administratif. Menurut Saputro (2015), terdapat beberapa tipe identifikasi pada ternak yaitu, tanda telinga (ear tagging), sistem kerat (ear notching), tato telinga (ear tattoos), cap panas (hot brands), dan cap beku (freeze brands). Beberapa identifikasi yang digunakan pada anak babi.

3.2.1 Tanda telinga (ear tagging) Tanda telinga dapat berbentuk seperti anting-anting. Tanda telinga tersebut dapat terbuat dari logam dan plastik. Tanda telinga merupakan bentuk identifikasi yang paling umum digunakan. Anting-anting dilekatkan di telinga dengan tang khusus. Di negara-negara maju, peternak dapat memperoleh anting-anting yang sudah dilengkapi dengan nomor atau kode, namun peternak juga dapat merancangnya sendiri menggunakan tinta khusus. Kelemahan cara ini adalah nomor atau kode agak susah dibaca kecuali ternaknya sangat jinak sehingga mudah didekati. 3.2.2 Sistem kerat (ear notching) Pemberian tanda dengan sistem kerat ini dilakukan dengan melubangi daun telinga pada bagian tepinya. Hal ini dilakukan pada saat anak babi berumur 5 hari atau bersamaan dengan pemotongan gigi. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan alat yg di desain khusus untuk sistem kerat. Kelemahan pada sistem kerat adalah telinga anak babi jadi terlihat tidak rapi. Beberapa contoh penomoran dengan ear notching dapat dilihat pada gambar berikut. 178 1569 2745 3.2.3 Cap panas/bakar (hot brands) Cap panas termasuk metode pemberian tanda (marking) permanen dan mudah dibaca. Namun demikian banyak peternak kurang menyukainya karena cara ini dapat mengubah penampakan ternak, antara lain merusak kulit. Selain itu, cara ini memerlukan peralatan khusus untuk memegang ternak saat pemberian cap panas. Selanjutnya, di beberapa negara cara ini tidak direkomendasikan karena dianggap menyakiti ternak. 3.3 Kastrasi Anak Babi Kastrasi adalah suatu pengambilan bagian kelamin utama dari pejantan yang dilakukan pada waktu anak babi berumur dua minggu. Pada umur ini, anak babi dengan mudah ditangani. Cekaman dan gangguan pertumbuhan sangat minim, kesempatan luka terkena infeksi sangat kurang karena tempat atau kandang menyusu lebih bersih daripada kandang ternak babi sapihan. Kastrasi anak babi dilakukan terutama untuk mencegah individu tersebut mengawini babi betina lainnya. Tujuan dari pengebirian adalah untuk memperbaiki karkas, akan tetapi kenyataan secara keseluruhan memperlihatkan bahwa pertumbuhan babi jantan hampir sama bila tidak lebih cepat daripada babi kebiri pada umur pasar yang sama, dan dengan efisiensi penggunaan makanan dan kualitas karkas yang lebih

baik. Apabila seekor babi akan dikastrasi, kita tidak hanya harus mempertimbangkan umurnya, tetapi juga kesehatan dan kemampuan dari ternak terhadap kondisi cekaman (stress). Melakukan kastrasi adalah suatu operasi yang sederhana tetapi hal ini dapat menimbulkan bahaya apabila peternak tidak mempertimbangkan kondisi ternak dan lingkungannya. 3.4 Pemberian Zat Besi (Fe) Anemia pada anak babi menyusu merupakan masalah yang telah lama diketahui secara baik oleh para peternak maju. Hal ini terjadi disebabkan oleh kekurangan zat besi dimana plasenta dan ambing tidak efisien memindahkan mineral tersebut. Penambahan zat besi dapat diberikan baik melalui mulut (oral/cekok) maupun injeksi. Air susu induk memiliki kandungan zat besi yang rendah dan anak babi yang lahir menyimpan zat besi dalam jumlah yang terbatas dimana biasanya hanya mencukupi kebutuhan untuk satu minggu setelah lahir. Ketika lahir, dalam tubuh anak babi mengandung kira-kira 40 50 mg zat besi, disimpan terutama dalam hati, dimana anak babi mulai menggunakannya segera setelah lahir. Secara rata-rata anak babi membutuhkan 7 mg zat besi setiap hari pada minggu pertama setelah lahir, sedangkan air susu induknya hanya dapat memberikan 1-2 mg per hari kepada tiap ekor anaknya. Dengan demikian, anak babi akan kehabisan simpanan zat besi dan anemia akan timbul setelah satu minggu. Apabila tidak teramati, perkembangan anemia dan resiko kematian akibat mencret, radang paruparu dan penyakit menular lainnya akan meningkat. Anemia bukanlah masalah yang serius apabila ternak babi dipelihara di luar kandang atau dilepas. Anak-anak babi selalu kontak dengan tanah, yang secara alami kaya akan sumber zat besi yang diperlukan. Akan tetapi, anak babi yang dipelihara selamanya dalam kandang dapat mengalami kekurangan zat besi kecuali diberi tambahan sebelum cadangan atau simpanan zat besi habis dipergunakan. Penyuntikan zat besi (dan ikatan lain) biasanya dianjurkan diberikan ketika babi berumur tiga hari, tetapi hasil yang memuaskan dapat diperoleh jika anak babi diinjeksi sewaktu-waktu pada minggu pertama setelah lahir. Penyuntikan cairan zat besi dapat mempertahankan hemoglobin pada taraf yang tinggi, tetapi dapat menyebabkan luka pada tempat penyuntikan. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada laporan praktikum pemotongan ekor, kastrasi, dan pemberian zat besi (Fe) bahwa tatalaksana pemeliharaan yang dilakukan pada peternakan babi terutama pada anak babi yang beru lahir bertujuan untuk memaksimalkan produksi ternak babi pada periode pemeliharaan berikutnya. Salah satu tujuan yang dapat disimpulkan dalam manajemen pemeliharaan adalah efisiensi dalam aspek pegawai, pemeliharaan, dan ekonomi. Identifikasi pada anak babi bertujuan untuk mempermudah peternak dalam pencatatan (recording) dan memudahkan dalam pemeliharaan.

DAFTAR PUSTAKA Ginting N dan Aritonang D. 1988. Teknik beternak babi di Indonesia. Jakarta (ID): Rekan AndaSetiawan. Ketaren P P. 2010. Kebutuhan gizi ternak unggas di Indonesia. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak. Saputro T. 2015. Metode metode identifikasi pada ternak. [internet] [diunduh 2015 Oktober 19]. Tersedia pada: http://www.ilmuternak.com/2015/02/metode-metode-identifikasi-padaternak.html Zuhriyah A, 2009. Manajemen kelahiran anak babi yang baru lahir. [internet] [diunduh 2015 Oktober 11]. Tersedia pada: https://www.academia.edu/6164008/manajemen_kelahiran_anak_b ABI_YANG_BARU