BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mohammad Iqbal, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kepentingan hidup. Secara umum tujuan pendidikan dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Yustina Jaziroh, 2014

Ketika konsepsi siswa ada yang berbeda dari yang biasa diterima, dalam Tan (2005) hal itu disebut alternative frameworks, misconceptions, student

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PDEODE BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP LISTRIK DINAMIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 ID ENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PAD A MATERI TEKANAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nur Annisa, 2013

Daimul Hasanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

BAB I PENDAHULUAN. Indah Rizki Anugrah, Mengungkap Miskonsepsi Topik Stoikiometri Pada Siswa Kelas X Melalui Tes Diagnostik Two-Tier

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan kajian-kajian teoritis dan hasil penelitian serta pembahasan

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA POKOK BAHASAN RANGKAIAN ARUS SEARAH DI KELAS XII MAN 1 JEMBER. Risalatun Nur Rohmah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memahami sejumlah (a modest amount) konsep dan dapat menerapkan atau

2016 PENGEMBANGAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PERPINDAHAN KALOR DAN PENGGUNAANNYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA YANG BERORIENTASI PENGUBAHAN KONSEPSI SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. (Syarifudin, 2007: 21). Dalam arti luas, pendidikan berlangsung bagi siapapun,

, 2015 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar

I. PENDAHULUAN. Sains terbagi atas beberapa cabang ilmu, diantaranya adalah fisika. Fisika

DESKRIPSI MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA IKIP PGRI PADA MATERI VEKTOR

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO TIER MULTIPLE CHOICE PADA MATERI ASAM-BASA

2015 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP REPRODUKSI VIRUS MELALUI ANALISIS GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum, prinsip dan teori. Materi kimia yang sangat luas menyebabkan kimia

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

IDENTIFIKASI PEMAMAHAN KONSEP FISIKA TERHADAP POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA PADA SISWA SMA. Mohammad Khairul Yaqin

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar yaitu guru, kurikulum, lingkungan belajar, dan siswa. Siswa

DESKRIPSI KONSEPSI SISWA SMA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA. Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3

MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013

2014 ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 02 No. 03 Tahun 2013,

Konsepsi Mahasiswa Tentang Cepat Rambat Gelombang Pada Permukaan Air

PROFIL KESULITAN BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN KELISTRIKAN SISWA SMA DI KOTA SEMARANG

MISKONSEPSI SISWA KELAS RANGKAP SDN 47 SEKADAU PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD BENDA

BAB I PENDAHULUAN. Disadari atau tidak, perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (Natural

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Gambar 3.1 Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA STKIP PGRI PONTIANAK PADA MATERI LISTRIK STATIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA MATERI POKOK WUJUD ZAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BAWANG TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Komala Eka Sari, 2013

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN MELALUI TES DIAGNOSTIK EMPAT TAHAP PADA SISWA SMA KELAS XII

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PROFIL KESALAHAN SISWA SMA DALAM PENGERJAAN SOAL PADA MATERI MOMENTUM DAN IMPULS

PROFIL MISKONSEPSI MATERI IPBA DI SMA DENGAN MENGGUNAKAN CRI (CERTAINLY OF RESPONS INDEX)

pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 yang dikutip oleh Suparno (2009) sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini mata pelajaran sains (IPA) merupakan mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR.

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya karena materi fisika memiliki banyak rumus-rumus matematika

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA SMA SEKECAMATAN KAPUAS TENTANG GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

Citra Yunita dan Khairul Amdani Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pemahaman konsep peserta didik dari sebelum. memudahkan peserta didik dalam menerima konsep-konsep baru yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 4 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang. masing-masing komponen masukkan itu berbeda-beda pada setiap lembaga

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

PROFIL MISKONSEPSI SISWA KELAS X SMKN 4 MATARAM PADA MATERI POKOK SUHU, KALOR, DAN PERPINDAHAN KALOR

I. PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas merupakan pendidikan yang dapat menghasilkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbicara fisika tak lepas kaitannya dengan cabang ilmu sains, yang kerap bersinggungan dengan kehidupan manusia. Karena jika dilihat sifatnya fisika sendiri merupakan sains dalam bentuk fisik, sehingga fisika merupakan sains paling jelas dirasakan oleh manusia. Fisika merupakan ilmu yang empiris yang tidak akan mampu diselesaikan tanpa memahami konsepnya terlebih dahulu. Menurut Rusilowati (2006, hlm. 100) sifat mata pelajaran fisika salah satunya adalah bersyarat artinya setiap konsep baru adakalanya menuntut prasyarat pemahaman atas konsep sebelumnya. Sehingga butuh pemahaman lebih untuk memaknai atau memahami konsep dalam mempelajari fisika yang benar, karena akan selalu beriringan antara konsep yang satu dengan yang lainnya. Bila konsep awal salah maka selanjutnya akan salah pula memahami konsep selanjutnya. Maka dari itu memahami konsep adalah langkah awal untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang terdapat di dalam fisika. Keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi fisika tidak hanya ditentukan oleh seberapa pandai peserta didik tersebut mengerjakan soal-soal fisika tetapi juga seberapa dalam peserta didik memahami dan menguasai konsep dari materi fisika yang sedang dipelajari. Menurut Setiyawan, Sutarto & Subiki (2012, hlm. 206) fisika tidak hanya berisi tentang pengetahuan untuk dihafal, akan tetapi dalam fisika lebih ditekankan pada terbentuknya proses pengetahuan dan penguasaan konsep di benak siswa dalam proses belajar mengajar. Begitu pentingnya pemahaman akan suatu konep tertentu, Sudijono (2012, hlm. 50) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Evaluasi Pendidikan, mengatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Kocakulah

2 dalam jurnalnya (2010, hlm. 1) mengatakan bahwa peserta didik dalam kehidupan sehari-hari berinteraksi dengan dunia fisika, akibat interaksi tersebut peserta didik datang kekelas dilengkapi dengan ide-ide tertentu dan gagasan tentang dunia fisika. Oleh sebab itu, pentingnya pemahaman siswa terhadap konsep tertentu agar tidak terjadi salah konsep (miskonsepsi). Suparno (2013, hlm. 11) mengatakan bahwa miskonsepsi banyak terjadi dalam bidang fisika. Wandersee, Mintzes, dan Novak (dalam Suparno, 2006, hal. 6), dalam artikelnya mengenai Research on Alternative Conceptions in Science, menjelaskan bahwa konsep alternatif terjadi dalam semua bidang fisika. Dari 700 studi mengenai konsep alternatif bidang fisika, ada 300 yang meneliti tentang miskonsepsi dalam mekanika; 159 tentang listrik; 70 tentang panas, optika, dan sifat-sifat materi; 35 tentang bumi dan antariksa; serta 10 studi mengenai fisika modern. Peneliti mencoba mengetahui tingkat miskonsepsi yang terjadi pada konsep listrik. Vatansever (2006, hlm. 26), dalam tesisnya mengungkapkan bahwa Electricity due to its nature is the most abstract concept in physics yang artinya sifat dasar kelistrikan merupakan konsep yang sangat abstrak dalam fisika. Ada banyak alasan mengapa konsep kelistrikan sangat membingungkan bagi siswa. Alasan yang paling utama adalah fisika memiliki penjelasan yang konkret dan unik pada materi kelistrikan. Miskonsepsi atau salah konsep menjadi persoalan yang serius di dunia pendidikan, menurut Van den Berg (1991, hlm. 10) menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan konsepsi (tafsiran perorangan dari suatu konsep ilmu) siswa bertentangan dengan konsepsi para fisikawan. Senada dengan hal tersebut, menurut Suparno (2013, hlm. 4), miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu. Adapun cara-cara mengidentifikasi atau mendeteksi miskonsepsi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan peta konsep (concept maps), tes multiple choise, tes esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas dan praktikum dengan tanya jawab.

3 Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi dalam penelitian ini adalah menggunakan pilihan ganda dengan tingkat keyakinan pada tiap soalnya, instrumen yang digunakan merujuk pada tesis Vatansever yakni menggunakan The Electric Potential and Electric Potential Energy Concept Test (EPEPECT) yang telah diadaptasi, instrumen tersebut dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tingkat miskonsepsi siswa pada materi medan listrik, potensial listrik dan energi potensial listrik. Soal yang terdapat pada tesis Vatansever (2006, hlm. 37) berjumlah 10 soal menggunakan bahasa inggris yang memiliki struktur grammar dan vocabulary yang mudah dibaca dan dipahami. Akan tetapi 10 soal tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sehingga lebih dapat dipahami atau dimengerti. Bentuk atau format dari EPEPECT mengarah ke format Three-Tier Test yakni pada tiap butir soal terdiri dari 3 soal bertingkat, yakni pilihan ganda biasa (menentukan jawaban benar atau salah), pilihan alasan dan tingkat keyakinan atau kepercayaan menjawab soal. Akan tetapi adaptasi instrumen EPEPECT yang digunakan berupa format Two-Tier Test dengan tujuan mempermudah perhitungan tingkat miskonsepsi siswa. Maka dari itu berdasarkan pemaparan di atas peneliti mencoba menganalisis tingkat miskonsepsi siswa pada konsep medan listrik, potensial listrik dan energi potensial listrik pada kelas XII. Penentuan kelas XII karena peneliti menganggap pada kelas XII materi mengenai konsep tersebut sudah diajarkan secara mendalam. B. Rumusan Masalah Penelitian Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana tingkat miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas XII SMA/MA pada tiap butir soalnya terhadap konsep medan listrik, potensial listrik dan energi potensial listrik dengan menggunakan adaptasi instrumen EPEPECT?. Rumusan masalah penelitian tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

4 1. Berapa jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada masing-masing konsep medan listrik, potensial listrik dan energi potensial listrik dengan menggunakan adaptasi instrumen EPEPECT? 2. Bagaimana tingkat miskonsepsi siswa pada konsep medan listrik, potensial listrik dan energi potensial listrik diidentifikasi dengan menggunakan adapatasi instrumen EPEPECT? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada masing-masing konsep medan listrik, potensial listrik, dan energi potensial listrik dengan menggunakan adaptasi instrumen EPEPECT. 2. Untuk mengetahui tingkat miskonsepsi siswa terhadap konsep medan listrik, potensial listrik dan energi potensial listrik dengan menggunakan adaptasi instrumen EPEPECT. D. Manfaat/Signifikansi Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan terhadap penggunaan sebuah instrumen adaptasi EPEPECT yang dapat memprediksikan tingkat miskonsepsi siswa terhadap konsep listrik statis, khususnya pada konsep medan listrik, potensial listrik dan energi potensial listrik sehingga siswa tidak salah kaprah memahami konsep listrik statis. Selain itu, bagi pendidik lebih berhati-hati dalam menjelaskan mengenai konsep listrik statis yang secara garis besar bersifat abstrak. E. Struktur Organisasi Struktur organisasi dalam penelitian ini adalah terdiri dari lima bab dengan masing-masing bab memiliki sub bab. Pada BAB I Pendahuluan terdiri atas Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat/Signifikansi Penelitian, dan Struktur Organisasi. Pada BAB II Kajian Pustaka/Landasan Teori terdiri atas Miskonsepsi dan EPEPECT. Sedangkan Pada BAB III Metode Penelitian terdiri atas Desain penelitian, Partisipan,

5 Populasi dan Sampel, Instrument Penelitian, Prosedur Penelitian, Analisis Data, Hasil Uji Instrumen dan Definisi Operasional. Pada BAB IV Temuan dan Pembahasan terdiri atas Temuan dan Pembahasan. Dan pada BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi terdiri atas Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi.