BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu (Depkes, 2003). Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan. Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan perlu diupayakan pemantapan dan peningkatan manajemen sarana pelayanan kesehatan yang ada (Depkes, 2003). Seiring dengan keadaan sosial masyarakat yang semakin meningkat dimana masyarakat semakin sadar akan mutu, maka diperlukan peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang lebih berorientasi pada kepuasan pasien. Artinya, berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan mengevaluasinya berdasarkan persepsi dari pasien (zamilah, 2009). Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan (Nurmawati, 2010).
Penyelenggaraan pelayanan medis dasar maupun spesialistik merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang ada pada saat ini semakin berkembang sehingga diatur dan dibina agar penyelenggaraannya terjalin dalam sistem pelayanan kesehatan untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah mendirikan puskesmas sebagai salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat, dan salah satu dari pelayanan yang diberikan di puskesmas adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Depkes, 2003). Untuk mengetahui seberapa jauh pelayanan kesehatan yang dilakukan puskesmas kepada masyarakat, maka dibutuhkan penilaian dari sisi konsumen yaitu dari segi aspek kepuasan pasien, terutama terhadap pelayanan kuratif. Bila pelayanan kesehatan baik biasanya pasien akan puas dan tetap memilih sarana pelayanan tersebut sebagai tempat berobat (Depkes RI, 2002). Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya terhadap pelayanan yang diterima dengan harapannya sebelum mendapatkan pelayanan tersebut. Apabila harapannya terpenuhi, berarti pelayanan tersebut telah memberikan suatu mutu yang luar biasa dan juga akan menimbulkan kepuasan yang tinggi. Sebaliknya apabila harapannya itu tidak tercapai, maka diartikan mutu pelayanan tersebut tidak memenuhi apa yang diharapakannya (Nasution, 2005). Begitu juga halnya yang terdapat pada lokasi penelitian ini yaitu pukesmas Mutiara sebagai salah satu pusat pelayanan kesehatan di Kabupaten Asahan Kecamatan Kota Kisaran Timur yang menerapkan standar pelayanan minimal sebagai suatu tolak ukur dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu
guna mencapai kepuasan pasien, khususnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poliklinik gigi. Standar pelayanan minimal kesehatan gigi dan mulut puskesmas pemerintah daerah Kabupaten Asahan yaitu memiliki dokter gigi 1 orang, perawat gigi 2 orang Sedangkan standar ruangan untuk sarana poliklinik gigi adalah dengan luas ruangan 9 m 2 dan memiliki tegangan listrik 900 watt karena dibutuhkan 1 dental unit, dan ketersediaan sarana seperti alat tambal gigi dan alat endodontic (perawatan saraf gigi) dengan jumlah kunjungan antara 4-6 pasien/hari (Dinkes Kabupaten Asahan, 2010). Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poliklinik gigi Puskesmas Mutiara berdasarkan standar operasional pelayanan yaitu dimulai dari pemanggilan pasien, penulisan status pasien, pelayanan poliklinik gigi hingga penulisan resep yang dilakukan oleh dokter gigi yang di bantu oleh perawat gigi. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan di Puskesmas Mutiara yaitu ; penambalan gigi sementara, pencabutan gigi, pembersihan karang gigi secara manual, dan pemberian obat gigi (Puskesmas Mutiara, 2010). Hasil survei awal yang dilakukan peneliti bahwa jumlah tenaga kesehatan gigi Puskesmas Mutiara yaitu memiliki dokter gigi 1 orang, perawat gigi 2 orang dengan luas ruangan 9 m 2, tegangan listrik 900 watt dan memiliki 1 dental unit. Dari segi kondisi fisik fasilitas puskesmas Mutiara sudah memenuhi standar pelayanan minimal yang ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan. Hanya saja dental unit yang ada tidak berfungsi secara maksimal. Sehingga penambalan permanen tidak dapat diberikan. Penambalan yang dapat dilakukan hanya
penambalan sementara yang pengerjaannya tidak membutuhkan kerja dental unit. Pembersihan karang gigi pun masih dilakukan secara manual. Berdasarkan survei yang dilakukan, bahwa pasien yang datang ke poliklinik gigi Puskesmas Mutiara sangat sedikit sekali yang minta diberikan pelayanan penambalan gigi. Kebanyakan pasien meminta dilakukannya tindakan pencabutan gigi untuk mengatasi keluhan pada gigi mereka. Angka kunjungan pasien ke poliklinik gigi puskesmas di Kabupaten Asahan setiap puskesmas bervariasi. Angka kunjungan pasien gigi dan mulut tertinggi pada tahun 2010 terdapat pada Puskesmas Gambir Baru dengan rata-rata kunjungan empat orang per hari. Sementara Puskesmas Mutiara berada pada urutan kedua dengan angka rata-rata kunjungan dua orang per hari (Dinkes Kabupaten Asahan, 2010). Dilihat dari angka kunjungan pasien poliklinik gigi puskesmas Mutiara yang hanya 2 orang perhari belum memenuhi standar yang ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan yaitu sebanyak 4-6 orang perhari. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang : Pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan terhadap kepuasan pasien Poliklinik Gigi di Puskesmas Mutiara Kabupaten Asahan Tahun 2011. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan kesehatan yang mencakup mutu pelayanan dokter, mutu pelayanan perawat, mutu pelayanan administrasi, mutu pelayanan obat dan kondisi fisik fasilitas terhadap kepuasan pasien poliklinik gigi di Puskesmas Mutiara
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan Kabupaten Asahan tahun 2011. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan dokter 2. Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan perawat 3. Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan administrasi terhadap kepuasan pasien poliklinik gigi di Puskesmas Mutiara 4. Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan obat 5. Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang kodisi fisik fasilitas
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi puskesmas yaitu sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut mutu pelayanan terhadap kepuasan pasien. 2. Bagi poliklinik gigi yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk mencapai kepuasan yang di harapkan pasien. 3. Temuan-temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan teoritis bagi penelitian berikutnya.