BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebijakan dividen merupakan kebijakan dalam menentukan penggunaan laba yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk tujuan reinvestasi di masa yang akan datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka laba yang ditahan perusahaan akan berkurang yang berarti juga akan mengurangi sumber dana internal perusahaan, namun di lain pihak hal tersebut akan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan dalam perusahaan (Riyanto, 2001 : 265) atau dengan kata lain kebijakan dividen berkaitan dengan penentuan berapa proporsi dari laba yang akan dibagikan sebagai dividen dan berapa proporsi yang ditahan untuk diinvestasikan kembali. Hal ini timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan perusahaan. Di satu pihak, para pemegang saham akan menginginkan pembagian dividen yang tinggi untuk meningkatkan return atas investasi mereka didalam perusahaan, sementara di lain pihak, perusahaan berusaha menahan laba
yang diperoleh untuk digunakan sebagai sumber dana internal dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perusahaan, dimana pertumbuhan perusahaan tentu akan berimplikasi pada peningkatan akan kebutuhan dana. Oleh karena itu, kebijakan dividen ini diharapkan dapat memenuhi harapan-harapan para investor di satu sisi dan di sisi lain tidak menghambat pertumbuhan perusahaan. Investasi pada saham dinilai mempunyai resiko yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi, deposito dan tabungan. Hal ini disebabkan karena pendapatan yang diharapkan dari investasi saham bersifat tidak pasti. Bagi investor memperhatikan pembagian dividen merupakan suatu hal yang penting sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi, karena dividen juga dapat menjadi penyampai informasi tentang keyakinan manajer dan prospek perusahaan di masa depan. Jika perusahaan merasa bahwa prospek di masa mendatang baik, pendapatan dan aliran kas diharapkan meningkat atau diperoleh pada tingkat dimana dividen yang meningkat tersebut dibayarkan. Pasar akan merespon positif pengumuman kenaikan dividen tersebut. Sedangkan hal yang sebaliknya akan terjadi, jika perusahaan merasa prospek di masa mendatang menurun maka perusahaan akan menurunkan pembayaran dividennya dan pasar akan merespon negatif pengumuman tersebut. Dengan demikian manajemen akan enggan mengurangi pembagian dividen. Menurut bentuk pembayarannya, dividen dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas, stock dividen merupakan dividen yang dibayarkan
sebagai tambahan jumlah lembar saham biasa kepada pemegang sahamnya. Dividen tunai merupakan bentuk pembayaran dividen yang paling banyak digunakan oleh emiten untuk membagikan sebagian labanya kepada pemegang saham. Sebagai pihak di luar emiten, para pemegang saham akan membutuhkan informasi keuangan untuk menentukan besarnya dividen yang akan diterima dalam periode tertentu. Informasi tersebut disajikan melalui laporan keuangan perusahaan yang disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi dan mencerminkan kinerja keuangan emiten yang ditunjukkan oleh rasio-rasio keuangan. Likuiditas perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibayarkan sehingga semakin kuat posisi likuiditas perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana di waktu mendatang, makin tinggi dividen tunai yang dibayarkan. Berarti semakin kuat posisi likuiditas perusahaan, maka kemampuannya untuk membayar dividen akan semakin besar pula (Riyanto, 2001 : 267). Ada pula suatu perusahaan yang keadaan likuiditasnya sangat baik tetapi membayar dividen yang rendah karena laba yang diperoleh perusahaan diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Ada beberapa rasio yang termasuk dalam rasio likuiditas antara lain current ratio, quick ratio, net working capital to sales dan cash ratio. Current ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajiban lancarnya dengan menggunakan seluruh aktiva lancarnya. Quick ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari quick assets. Net working
capital to sales mengukur peranan sumber jangka panjang yang terikat pada aktiva lancar sehubungan dengan pelaksanaan penjualan. Sedangkan cash ratio yaitu rasio yang menggunakan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan cash ratio karena kas adalah bentuk yang paling likuid yang bisa digunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial, sedangkan hutang lancar menunjukkan kewajiban yang harus dipenuhi dalam waktu dekat biasanya kurang dari satu tahun. Return on Assets (ROA) juga akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagikan. ROA yang merupakan salah satu rasio profitabilitas yang merupakan perrbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aset yang dimiliki. Rasio profitabilias lainnya yaitu Return on Equity yang mencerminkan pengakuan pasar terhadap laba yang dihasilkan perusahaan per total equity yang dimiliki dan earning per share yang merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham yang dimiliki. ROA dari suatu perusahaan dapat dijadikan sebagai suatu indikator untuk menilai apakah suatu perusahaan mampu meningkatkan keuntungannya, yang berarti juga meningkatkan kekayaan para pemegang sahamnya. Dari keuntungan itu akan ditentukan seberapa besar laba yang dibagikan dan seberapa besar laba yang akan ditahan Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya akan mempengaruhi besarnya laba yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham. Semakin tinggi tingkat hutang yang dimiliki, maka beban bunga
yang harus ditanggung juga akan semakin besar. Hal ini akan menyebabkan keuntungan yang diperoleh semakin kecil, sehingga berpengaruh pada rendahnya dividen yang mampu dibayarkan kepada pemegang saham. Ada beberapa rasio yang termasuk dalam leverage ratio antara lain Debt to Equity Ratio yang menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang yang dimiliki, Times Interest Earned yang mengukur pengaruh adanya modal luar bagi perusahaan dan Fixed Charged Coverage yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menanggung beban tetap. Dalam penelitian ini akan menggunakan Debt to Equity Ratio untuk mengetahui berapa besar peranan modal yang dimiliki oleh pemegang saham. Adanya perbedaan pembagian dividen oleh masing-masing perusahaan menunjukkan bahwa setiap perusahaan memiliki pertimbangan yang berbeda-beda dalam menentukan kebijakan dividen. Secara konseptual apabila Cash Ratio dan Return on Asset perusahaan semakin meningkat pada setiap tahunnya, maka kemungkinan perusahaan akan membagikan dividen yang semakin besar pula. Yang terjadi di dalam perusahaan selalu berfluktuasi setiap tahunnya, serta ada pula perusahaan yang membagikan dividen secara konstan setiap tahunnya meskipun likuiditas dan nilai pasar perusahaan tiap tahun selalu berubah. Pembagian dividen dalam perusahaan juga dipengaruhi oleh hutang. Apabila perusahaan memperoleh hutang baru untuk membiayai perluasan perusahaan, maka sebelumnya perusahaan harus sudah merencanakan bagaimana caranya untuk membayar kembali hutang tersebut. Apabila perusahaan mempunyai kebijakan
pelunasan hutang dari dana sendiri yang berasal dari keuntungan, maka perusahaan harus menahan sebagian besar pendapatannya untuk keperluan itu yang berarti akan dapat mengurangi jumlah laba yang dapat dibagikan sebagai dividen tunai. Dengan kata lain perusahaan harus membagikan dividen yang rendah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut dapat diketahui bahwa Cash Ratio, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagikan oleh suatu perusahaan. BUMN yang merupakan suatu institusi profit oriented yang dimiliki oleh pemerintah merupakan Badan Usaha Milik Negara yang diatur didalam undang undang yang merupakan menjadi salah satu sumber penerimaan negara non pajak di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Intervensi pemerintah sebagai pemegang saham terbesar tidak dapat dihindarkan didalam penentuan kebijakan dividen perusahaan. Sebagai salah satu sumber penerimaan negara non pajak, pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat sudah menentukan masing-masing target Dividen Payout Ratio yang harus dibayarkan oleh masingmasing BUMN. Terkadang juga untuk menutupi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pemerintah menambah target tersebut setiap tahunnya. Namun apakah dalam penentuan target Dividen Payout Ratio dari BUMN tersebut, pemerintah melihat dari sisi ukuran kemampuan perusahaan baik dari likuiditas, profitabilitas maupun leveragenya?. BUMN juga merupakan suatu perusahaan yang memerlukan dana internal untuk melakukan pertumbuhan melalui penambahan asset yang nantinya akan
menunjang kepada pertumbuhan laba perusahaan. Satu-satunya sumber dana internal yang dapat digunakan adalah laba ditahan, namun apabila Dividen Payout Rationya besar, maka laba ditahan yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan akan semakin kecil. Apabila dana yang digunakan untuk pengembangan perusahaan berasal dari sumber external melalui hutang, maka sekaligus juga akan membebani perusahaan dengan bunga dari hutang tersebut yang nantinya juga akan mengurangi laba perusahaan. Hal ini dapat kita lihat lebih jelas lagi melalui tabel 1.1 dibawah ini dimana porsi pembayaran dividen dari laba yang diperoleh masing-masing BUMN relatif tinggi setiap tahunnya dengan rata-rata 73,13 persen, sehingga rata-rata laba ditahan di perusahaan hanyalah sebesar 26,87 persen. Dari data tersebut muncul pertanyaan apakah pemerintah dalam menetapkan Dividen Payout Ratio yang tinggi tersebut setiap tahunnya juga melihat ukuran kemampuan suatu perusahaan baik dari likuiditas, profitabilitas maupun leveragenya? Fenomena inilah yang membuat peneliti tertarik lebih jauh untuk melakukan penelitian ini.
Tabel 1.1. Dividen Payout Ratio pada beberapa BUMN No NAMA BUMN TAHUN DPR 1 PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 2004 46% 2005 55% 2006 63% 2007 63% 2 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 2004 50% 2005 48% 2006 48% 2007 49% 3 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk 2004 5% 2005 29% 2006 92% 2007 40% 4 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk 2004 49% 2005 26% 2006 501% 2007 50% 5 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 2004 27% 2005 50% 2006 59% 2007 89% 6 PT. Timah (Persero) Tbk 2004 46% 2005 47% 2006 50% 2007 50% 7 PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 2004 46% 2005 54% 2006 50% 2007 49% 8 PT. Adhi Karya (Persero) Tbk 2004 49% 2005 30% 2006 21% 2007 24% 9 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 2004 51% 2005 50% 2006 50% 2007 45% 10 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk 2004 27% 2005 32% 2006 25% 2007 32% Sumber : Lampiran 1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah : Apakah Likuiditas, Profitabilitas dan Leverage berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio baik secara simultan maupun parsial pada BUMN di Bursa Efek Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah Likuiditas, Profitabilitas dan Leverage berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio baik secara simultan maupun parsial pada BUMN di Bursa Efek Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Perusahaan BUMN Menjadi referensi bagi perusahaan BUMN khususnya mereka yang listing di Bursa Efek Indonesia dalam menentukan langkah-langkah dan strategi dalam melakukan negosiasi kebijakan dividen dengan pemerintah. 2. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan referensi dalam menentukan target BUMN didalam kebijakan dividen kepada masing-masing BUMN.
3. Bagi Investor Sebagai sumber informasi dalam pengambilan keputusan investasi terlebih dalam pengelolaan protofolio saham 4. Peneliti Berikutnya Diharapkan juga agar penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan sumber acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini. 5. Ilmu Pengetahuan Bagi Ilmu pengetahuan diharapkan sebagai sumber acuan dalam menentukan Dividen Payout Ratio dengan menjembatani antara kepentingan investor dan kepentingan perusahaan. 1.5. Originalitas Penelitian ini merupakan penelitian replikasi yang dilakukan dari penelitian sebelumnya seperti Prihantoro (1997), Sudarsi (2002), Dwiyani (2005), Anil dan Kapoor (2007), Palenti dan Evita (2008), namun semua peneliti tersebut diatas melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahan swasta sementara dalam penelitian ini ditujukan kepada BUMN dan hal-hal lain yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah periode penelitian, sektor perusahaan yang diteliti dan variabel-variabel bebas yang digunakan adalah merupakan suatu ukuran standart kemampuan suatu perusahaan baik dari sisi likuiditas, profitabilitas maupun leverage.