BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PEMINATAN PESERTA DIDIK

PEMINATAN PESERTA DIDIK

PEMINATAN PESERTA DIDIK

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

DATA PEMINATAN PESERTA DIDIK KELAS X

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DATA PEMINATAN PESERTA DIDIK KELAS X

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATERI PELATIHAN 6.3

Rambu-rambu Pengisian Mapel untuk SMA KTSP

Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 6 PALEMBANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH

Rulof Melmambessy Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Ambon

Struktur Kurikulum 2013 MI

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Model Peminatan dan Lintas Minat

STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM SMA PATRA MANDIRI 1 PLAJU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

KOMPETENSI DASAR. Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BIDANG KURIKULUM ( Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) /

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

PEMBUKAAN PENGANTAR KEPALA SEKOLAH AGENDA MENJELANG UNBK UJIAN PRAKTEK, USBN, UNBK DAN SNMPTN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang

BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM Disampaikan oleh HARTONO Program Studi BK FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

I. PENDAHULUAN. dalam lingkungan yang lebih luas, harus dapat ditumbuh kembangkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019

PEMBAHASAN KEBIJAKAN USBN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

PENERIMAAN MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, KEBIDANAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK BANJARNEGARA TAHUN AKADEMIK

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

2014 ANALISIS KESIAPAN UJIAN NASIONAL SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjutan studi merupakan bagan yang terpenting dalam proses kelanjutan

Sosialisasi Kurikulum 2013 oleh Wakil Meteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan

ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BIODATA CALON PESERTA DIDIK SMA Negeri 1 Cianjur

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR ISI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pusat bagi kemajuan sebuah bangsa, melalui

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG

TJETJEP RONY BUDIMAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

2016, No Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

UJIAN NASIONAL (UN) UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) DAN UJIAN SEKOLAH (US)

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas merupakan pendidikan yang dapat menghasilkan

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

KURIKULUM SMA BL Maju Bersama + Hebat Semua KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

KERANGKA DASAR PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

INFORMASI UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH SMA TAHUN 2016 SMA NEGERI 23 PROVINSI DKI JAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

KEMENAG. Sekolah Menengah Agama. Katolik. Perubahan.

4. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII 1. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII Program IPA, Program IPS, Pro-

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

Kurikulum 2013 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAB II STRUKTUR KURIKULUM

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB II LANDASAN TEORI

PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SMA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Transkripsi:

BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK A. Hakekat Peminatan Implementasi kurikulum 2013 menghendaki agar peserta didik mampu menentukan pilihan peminatan dengan tepat. Baik dalam peminatan kelompok mata pelajaran maupun mata pelajaran yang sesuai dengan kecerdasan, bakat, minat dan kecendrungan pilihan masing-masing agar tercapai keberhasilan belajar dan perkembangan yang optimal. Perkembangan yang optimal bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang dimilikinya, melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggungjawab serta memilkiki daya adaptasi yang tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya (Pasal 1 UU No 20 Tahun 2003 Sisdiknas). Menempatkan peserta didik pada peminatan yang tepat adalah merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan konseling yang dilakukan oleh konselor dan berkolaborasi dengan personal sekolah lainnya. Peminatan adalah proses yang berkesinambungan untuk menfasilitasi peserta didik mencapai tujuan pendidikan nasional, oleh sebab itu pelaksanaannya harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang terkandung dalam kurikulum. Pendalaman mata pelajaran adalah untuk meluaskan dan memperdalam materi mata pelajaran yang sesuai arah minat peserta didik yang merujuk pada tujuan isi dan tujuan proses. Tujuan isi adalah untuk memperkaya dan lebih sulit sedangkan tujuan proses merujuk pada prosedur mental pemecahan masalah, pemikiran kreatif, pemikiran ilmiah, pemikiran kritis, perencanaan, analisis dan ketrampilan pemikiran lainnya. Menurut Kemendikbud pendalaman materi mata pelajaran sifatnya memberi kesempatan peserta didik SD/MI, SMP/MTs,SMA/MA dan SMK untuk mendapatkan kesempatan mengikuti mata kuliah di perguruan tinggi (PT), berupa pembelajaran pengayaan yang terlaksana pada satuan pendidikan 142

terendah,dan selama yang bersangkutan berada pada kelas XII SMA/SMK yang dilaksanakan atas kerjasama dengan PT. B. Arah Realisasi Peminatan Kurikulum 2013 mementingkan proses penyelenggaraan pembelajaran hendaknya secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik melalui pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific approach). Selanjutnya Kurikulum 2013 menyajikan kelompok mata pelajaran wajib, kelompok mata pelajaran peminatan dan mata pelajaran pilihan untuk pendidikan menengah. Kelompok mata pelajaran peminatan terdiri dari : 1. Peminatan akademik, 2. Peminatan kejuruan, 3. Peminatan pendalaman pelajaran dan lintas mata pelajaran dan 4. Peminatan studi lanjutan Untuk SMA/MA peminatan akademik meliputi : 1. Peminatan matematika dan Ilmu pengetahuan Alam 2. Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial 3. Peminatan Bahasa dan Budaya Untuk SMK peminatan kejuruan meliputi : 1. Peminatan teknologi dan rekayasa 2. Peminatan kesehatan 3. Peminatan seni, kerajinan dan pariwisata 4. Peminatan teknologi informasi dan komunikasi 5. Peminatan agribisnis dan agroteknologi 6. Peminatan bisnis dan manajemen 7. Peminatan lain yang diperlukan masyarakat Untuk tingkat SD dan SLTP tidak ada pilihan peminatan mata pelajaran, oleh sebab itu : 143

1. Pelayanan BK di SD/MI yang dilakukan Guru Kelas membantu peserta didik menanamkan minat belajar, mengatasi masalah minat belajar dan mengalami kesulitan belajar secara antisipatif (prefentif) 2. Pelayanan BK di SMP/MTs diarahakan untuk membantu peserta didik menentukan minat untuk melakukan pilihan studi lanjut ke SMA/MA atau SMK berdasarkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat, minat dan kecendrungan arah pilihan masing-masing peserta didik. 3. Pelayanan BK di SMA/MA membantu peserta didik menentukan minat terhadapkelompok mata pelajaran pilihan, menentukan mata pelajaran di luar mata pelajaran kelompok minatnya, dan menentukan minat pendalaman materi mata pelajaran (melaluipembelajaran pengayaan) untuk mendapatkan kesempayan mengikuti mata kuliah di PT. 4. Pelayanan BK di SMK diarahkan untuk menentukan minat dalam memilih program keahlian, menentukan mata pelajaran keahlian di luar mata pelajaran programkeahlian minatnya dan menentukan minatnya untukmelanjutkan ke PT sesuai dengan kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan kecendrungan pilihan peserta didik. C. Tujuan dan Fungsi Peminatan Secara umum peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran bertujuan untuk membantu peserta didik menetapkan arah minat pilihan kelompok mata pelajaran dan pilihan serta pendalaman mata pelajaran yang diikuti pada satuan pendidikan yang sedang ditempuh, arah pilihan karir dan/ atau pilihan studi lanjutan sampai ke PT. Secara khusus bertujuan : a. Mengarahkan peserta didik SD/MI untuk memahami bahwa pendidikan di SD/MI merupakan pendidikan wajib yang harus diikuti oleh seluruh warga Negara Indonesia dan setamat dari SD/MI harus dilanjutkan ke SMP/MTs, dan oleh karenanya peserta didik perlu belajar dengan sungguh-sungguh dan meminati semua mata pelajaran. b. Mengarahkan peserta didik SMP/MTs untuk memahami dan mempersiapkan diri bahwa 1. Semua warganegara Indonesia wajib mengikuti pelajaran di sekolah sampai dengan jenjang SMP/MTs dalam rangka wajib belajar 9 Tahun. 144

2. Peserta didik SMP/MTs perlu meminati semua mata pelajaran, meminati studi kelanjutan yang menjadi pilihan di SMA/MA atau SMK sesuai dengan kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan kecendrungan pilihan masing-masing peserta didik, memahami berbagai jenis pekerjaan/karir dan mulai mengarahkan diri untuk pekerjaan/karir tertentu. 3. Tamat dari SMP/MTs peserta didik dapat melanjutkan pelajaran ke SMA/MA atau SMK. Peminatan yang penting di SMP/MTs adalah mempersiapkan peserta didik untuk menentukan pilihan kelompok minat di SMA atau SMK. Jadi mereka memerlukan informasi tentang kelompok peminatan : keuntungan dan keterbatasannya. c. Mengarahkan peserta didik SMA/MA untuk memahami dan mempersiapkan diri bahwa : 1. Pendidikan di SMA/MA adalah untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri di masyarakat 2. Kemandirian tersebut pada nomor (1) didasarkan pada kematangan, pemenuhan potensi dasar,bakat, minat dan ketrampilan pekerjaan/ karir. 3. Kurikulum SMA/MA memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk memilih kelompok pelajaran dan mata pelajaran sesuai dengan kecerdasan, bakat, minat dan kecndrungan pilihan peserta didik 4. Tamat SMA/MA peserta didik dapat bekerja di bidang tertentu yang masih memerlukan persiapan /pelatihan atau melanjutkan pelajaran ke PT dengan memasuki program studi yang sesuai dengan pilihan dan pendalaman mata pelajaran sewaktu di SMA/MA. d. Mengarahkan peserta didik SMK untukmemahami dan mempersiapkan diri bahwa : 1. Pendidikan di SMK merupakan pendidikan untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri di masyarakat 145

2. Kemandirian tersebut pada nomor (1) didasarkan pada kematangan pemenuhan potensi dasar, bakat, minat dan ketrampilan pekerjaan/ karir. 3. Kurikulum SMK memberi kesempatan bagi peserta didik untuk memilih program keahlian dan mendalami materi pelajaran program keahlian tertentu sesuai dengan kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan kecendrungan pilihan masing-masing peserta didik. 4. Tamat SMK peserta didik dapat bekerja di bidang tertentu sesuai dengan bidang studi keahlian/kejuruan yang telah dipelajarinya atau melanjutkan pelajaran ke PT dengan memasuki program studi sesuai dengan pilihan dan pendalaman materi mata pelajaran sewaktu di SMK. Selanjutnya fungsi dari peminatan kelompok mata pelajaran dan pilihan mata pelajaran untuk peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK adalah sebagai berikut : 1. Fungsi pemahaman 2. Fungsi pencegahan 3. Fungsi pengentasan 4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan 5. Fungsi advoikasi D. Layanan Peminatan Layanan peminatan peserta didik tidak hanya sebatas pemilihan dan penetapan saja namun juga termasuk pendampingan, pengembangan, penyaluran, evaluasi dan tindak lanjut. Untuk pemilihan peminatan secara tepat pertama-tama peserta didik memerlukan informasi yang memadai dan relevan serta pemahaman yang mendalam tentang potensi dirinya, baik tentang kelebihan maupun kelemahan dirinya. Pelayanan pendampingan dilakukan melalui proses pembelajaran yang mendidik dan terciptanya suatu kondisi lingkungan pembelajaran yang kondusif. Untuk ini diperlukan kolaborasi kinerja yang sesuai dengan bidang masing-masing antara guru mata pelajaran dengan guru BK atau konselor dan layanan administrasi akademik yang mendukung. Pengembangan proses pembelajaran dimaksudkan bahwa upaya yang dilakukan untuk penyaluran peminatan dan optimalisasi potensi peserta didik 146

dilakukan melalui magang untuk ini diperlukan kerjasama yang baik semua unsur pada satuan pendidikan dengan pihak lain yang terkait. Pada SMA/SMK peserta didik diberikan mata pelajaran yang bersifat wajib dan pilihan. Bagi peserta didik SMA tersedia kesempatan untuk memilih peminatan akademik, sedangkan SMK tersedia kesempatan memilih peminatan akademik dan vokasi. Di samping itu mereka wajib memilih sejumlah mata pelajaran yang bersifat pendalaman atau perluasan bidang keahlian/peminatan yang dipilihnya. Jalur peminatan di SMA dan SMK terdapat perbedaan dan kesamaan. Persamaannya adalah bahwa peserta didik di SMA dan SMK wajib mengikuti kelompok mata pelajaran A dan B dengan bobot 24 JP (jam pelajaran), dan perbedaannya terletak pada kelompok pata pelajaran C, yaitu jalur peminatan khusus yang berbeda di SMA dan SMK E. Arah Peminatan Peserta Didik di SMA Mengacu ke Draf Pedoman Peminatan Peserta Didik Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (2013), rincian arah peminatan di SMA dijelaskan sebagai berikut : a. Kelompok mata pelajaran A untuk SMA dan SMK meliputi : 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Sejarah 6. Bahasa Inggris b. Kelompok mata pelajaran B (pilih) meliputi : 1. Seni Budaya 2. Prakarya 3. Pendidikan jasmani, Olah raga dan Kesehatan c. Kelompok mata pelajaran C, yaitu jalur peminatan yang berbeda di SMA dan SMK adalah sebagai berikut : 1. Jalur peminatan SMA Jalur peminatan akademik meliputi : Peminatan Matematika dan Sains dengan bobot 12 JP, yang meliputi mata pelajaran matematika, Biologi, Fisika, dan Kimia. 147

Peminatan Sosial, dengan bobot 12 JP yang meliputi pelajaran Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Antropologi, Ekonomi. Peminatan Bahasa dengan bobot 12 JP yang meliputi mata pelajaran bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa dan Sastra lainnya. 2. Mata pelajaran pilihan dan pendalaman di SMA Bagi siswa kelas X, di samping pemilihan peminatan tersebut, mereka diwajibkan memilih mata pelajaran dengan bobot 6 JP yang dipilih dari mata pelajaran kelompok peminatan yang dipilih, atau mata pelajaran lintas peminatan, sedangkan bagi siswa kelas XI dan XII memilih mata pelajaran dengan bobot 4 JP dari mata pelajaran yang tertuang dalam struktur Kurikulum SMA Tahun 2013. Dengan demikian setiap peserta didik SMA wajib malakukan aktivitas pembelajaran sebagai berikut : Menempuh kelompok mata pelajaran A dan B. Memilih dan menempuh pembelajaran jalur peminatan belajar kelompok mata pelajaran C. Memilih dan menempuh mata pelajaran peminatan akademik lintas minat dan/atau pendalaman mata pelajaran jalur peminatan yang dipilih. 3. Arah peminatan bagi peserta didik SMK Peserta didik SMK mengikuti kelompok mata pelajaran A dan B dengan bobot 24 JP seperti peserta didik SMA. Peminatan belajar peserta didikj SMK peminatan akademik dan vokasi meliputi 45 program studi keahlian, dan 141 kompetensai keahlian. Setiap peserta didik SMK dalam pembelajaran melakukan aktivitas dalam kaitannya dengan hal-hal sebagai berikut : a. Kelompok mata pelajaran wajib A dan B sebagaimana diwajibkan juga untuk peserta didik SMA b. Kelompok mata pelajaran C (peminatan akademik dan vokasi yang meliputi 8 bidang studi keahlian, 45 program studi keahlian dan 141 kompetensi keahlian. Untuk itu setiap peserta didik SMK : Memilih dan menempuh 1 bidang studi keahlian Memilih dan menempuh 1 program studi keahlian yang tercakup dalam bidang studi keahlian 148

Memilih dan menempuh 1 kompetensi keahlian yang tercakup dalam program studi keahlian. F. Komponen Pokok yang Dipertimbangkan dalam Penetapan Peminatan Ada beberapa komponen pokok yang menjadi pertimbangan dalam penetapan peminatan, yakni ; 1. Prestasi belajar Data prestasi belajar kelas VII, VII, dan IX bahkan SD dapat diperoleh melalui teknik dokumentasi di sekolah dan diharapan semua calon peserta didik menyerahkan fotokopi raport SMP/MTs yang sudah dilegalisir. 2. Prestasi non akademik Prestasi non akademik merupakan cerminan bakat yang telah dicapai peserta didik dalam bentuk meraih kejuaraan. Data prestasi ini akan diperoleh melalui teknik dokumentasi. Seperti bukti fisik prestasi belajar, maka bukti fisik prestasi non akademik yang sudah dilegalisir oleh pihak yang berwewenangpun harus diserahkan oleh peserta didik. 3. Prestasi/nilai ujian nasional (UN) Nilai UN merupakan cerminan kemampuan akademik mata pelajaran tertentu berstandar nasional yang cukup tepat sebagai pertimbangan dalam penetapan peminatan. Orestasi ini diperoleh melalui teknik dokumentasi berupa fotokopi daftar nilai UN dan daftar isian (angket) yang disiapkan. 4. Minat belajar Minat belajar yang tinggi yang ditunjukkan dengan perasaan senang yang mendalam terhadap peminatan belajar tertentu berkonstibusi positif terhadap proses dan hasil belajar. Oleh sebab itu minat peserta didik perlu diketahui pendidik agar pendidik memahami apa yang disenangi oleh peserta didik. Data tentang minat belajar dapat diperoleh melalui tes tertulis yang diisi oleh peserta didik. 149

5. Cita-cita untuk studi lanjut, pekerjaan dan jabatan Cita-cita sangat erat kaitannya dengan potensi yang dimiliki serta dipengaruhi oleh hasil pengamatan terhadap figur dan keberhasilan orang lain. Selain itu atas dasar informasi yang diperoleh baik secara langsung maupun tidak langsung juga berpengaruh terhadap munculnya cita-cita dan selanjutnya cita-cita sangat berpengaruh positf dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Sinkronisasi antara cita-cita dengan potensi dan prestasi yang dicapai dengan kesempatan belajar untuk mencapai cita-cita dapat menumbuhkan semangat belajar. Instrumen tentang cita-cita yang diisi oleh peserta didik dapat merupakan salah satu alternatif pertimbangan dalam penetapan peminatan peserta didik. 6. Perhatian orang tua Perhatian orang tua, fasilitasi dan latar belakang keluarga berpengaruh positif terhadap kesungguhan-ketekunan-kedisiplinan dalam belajar. Intensitas hubungan orang tua dengan anak dapat menumbuhkan motivasi belajar yang berdampak terhadap hasil belajar. Untuk itu perhatian, fasilitasi dan harapan orang tua terhadap peminatan belajar anak penting untuk dipertimbangkan, namun bukan sebagai penentu peminatan peserta didik. Andaikata terdapat perbedaan antara peminatan anak dengan orang tua, maka yang perlu dikaji lebih mendalam adalah prospek peminatan dan kesiapan belajar anak. Orang tua diharapkan lebih pada memberikan dukungan atas pilihan peminatan anak. Istrumen untuk mengungkap data perhatian, harapan dan latar belakang orang tua dapat disediakan oleh sekolah. 7. Potensi diri Potensi diri tentang bakat, kecerdasan dan minat dapat digali melalui tes yang standar. Penggunaan instrumen ini dilakukan oleh tim khusus yang memiliki kemampuan dan kewenangan. Hasil tes ini dapat merupakan pertimbangan yang menguatkan apabila terjadi kebimbangan untuk menentukan arah peminatan peserta didik Selanjutnya dapat dijelaskan secara garis besar bahwa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk peminatan adalah teknik tes dan nontes. Teknik tes terdiri dari (1) tes kecerdasan, (2) tes bakat, (3) tes minat 150

sedangkan teknik non tes terdiri atas : (1) dokumentasi, (2) angket, (3) wawancara, (4) observasi. G. Upaya Menyeluruh Pelayanan Peminatan Keseluruhan pelayanan peminatan peserta didik mengikuti sejumlah langkah yang disesuaikan dengan tingkat peminatan tertentu 1. Langkah pertama : Pengumpulan data 2. Langkah kedua : Informasi Peminatan 3. Langkah ketiga : Identifikasi dan Penetapan Peminatan 4. Langkah keempat : Penyesuaian 5. Langkah kelima : Monitoring dan Tindak lanjut. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan tersebut sangat membutuhkan keseriusan, ketelitian, kesabaran, kedisiplinan, kerjasama dan didukung oleh fasilitas yang memadai dan yang tidak kalah penting kinerja tersebut dilakukan secara professional sesuai dengan kaidah keilmiahan. 151