BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya Tolak peluru merupakan salah satu jenis keterampilan menolakkan benda berupa peluru sejauh mungkin. Tujuan tolak peluru adalah untuk mencapai jarak tolakan yang sejauh-jauhnya. Sesuai dengan namanya, tolak, bukan lempar, alat itu ditolak atau didorong dengan satu tangan, bermula diletakkan dipangkal bahu. Melalui pengenalan gerak dasar tolak peluru yang dapat dipadukan dengan dimensi permainan dan menggunakan modifikasi alat yang menarik ditujukan agar siswa merasa gembira saat pelaksanaan pembelajaran. Hal ini penting karena tidak semua orang menyenangi olah raga ini. Dengan demikian pembelajaran dapat berlangsung secara kondusif dan terarah. Salah satu gerak dalam lempar adalah tolak peluru. Menurut Mitranto dan Slamet, (2010:29) bahwa tolak peluru adalah salah satu olahraga dengan teknik melempar. Senada dengan hal tersebut Guntur, (2009:51) mengemukakan tolak peluru merupakan suatu aktivitas yang dilakukan unutk mencapai lemparan atau tolakan yang sejauh-jauhnya. Berbeda dengan pendapat ahli lain, sesuai dengan namanya, tolak peluru dilakukan dengan dilempar melainkan ditolak atau didorong, 1
Jarver (dalam Pujiarto, 2013:3). Tolak peluru yaitu olahraga atletik dengan menggunakan peluru. Peluru dilempar dengan cara ditolakan. Tolakan ialah gerakan menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan kecepatan, Kurniadi, dkk (2010:13). Dalam melaksanakan tolakan, dapat menggunakan gaya menyamping atau membelakangi sektor lemparan. Hal ini dikemukakan oleh Widyastuti dan Suci (2010:21). Mohammad Nuh. (2013: 127), Tolak peluru (the shot put) merupakan salah satu nomor yang terdapat dalam nomor lempar pada cabang olahraga atletik. Sesuai dengan namanya, maka tolak peluru dilakukan tidak dilempar akan tetapi ditolak/didorong. Hal ini sesuai pula dengan peraturan, bahwa peluru itu harus didorong atau ditolak dari bahu dengan satu tangan. Wawan Suherman dan Mulyana, (2013:128), Tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat bundar (peluru) dengan berat tertentu yang terbuat dari logam, yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Winarno, (2009:82) mendefinisikan bahwa tolakan pada tolak peluru adalah gerakan menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan kecepatan pada benda tersebut, dan memiliki daya dorong kedepan yang kuat, perbedaannya dengan melempar terletak pada saat melepaskan bendanya, khususnya menolak pergelangan tangan tidak 2
bergerak dan tenaga diperoleh dari gerakan meluruskan sikut. Teori ini selaras dengan apa yang dikemukakan Saputra, (2009:94) bahwa tolak peluru diadakan sebagai nomor terpisah yang dipertadingkan untuk putra dan putri. Untuk itu disetiap even atletik, nomor lempar khususnya tolak peluru tidak hanya dimeriahkan oleh atlit putra akan tetapi turut dimeriahkan juga oleh atlit putri baik dari kategori atlit pemula maupun senior. Menurut Lutan dkk, (2012:12) bahwa seluas apapun lapangan yang dimiliki seorang guru pendidikan jasmani, harus mampu untuk mengelolanya, dalam arti memberikan pelajaran olahraga atletik dalam modifikasi khususnya di Sekolah Menengah Pertama, disamping itu kita juga perlu diingat bahwa atletik adalah ibu dari semua cabang olahraga, dan kewajiban kita untuk mengajarkan atletik di semua sekolah. Hal ini jelas bahwa, seluas apapun lapangan yang kita miliki atletik adalah prioritas garapan kita. Kita dituntut dapat menerjemahkan konsep materi kurikulum kedalam pratek pembelajaran. Sri Wahyuni, (2010;42), Tolak peluru termasuk nomor lempar, dikatakan bahwa tolak peluru adalah nomor lempar karena nomor tolak peluru dilemparkan dengan cara ditolakan atau didorong menggunakan tangan. Tujuan melakukan tolak peluru adalah menghasilkan jarak tolakan yang sejauh-jauhnya. Dalam tolak peluru terdapat dua macam gaya, yaitu gaya ortodok dengan awalan menyamping dan gaya o brien dengan membelakangi sektor tolakan 3
Edy Sih Miranto,dkk (2010;96), Salah satu cabang altetik melempar adalah tolak peluru. Cabang olahraga ini kurang populer karena tidak terlalu diminati. Hanya bermula dari pengisian waktu senggang dengan melempar batu, kayu atau apapun yang bisa dilempar akhirnya munculah olahraga tolak peluru. Persyaratan yang harus dimiliki oleh penolak peluru adalah ; a) Kekuatan/kekuatan maksimum, b) Power, c) Kekuatan lempar d) Kecepatan berekselerasi e) Koordinasi f) Adaptibility Hilman Nurhuda, (2010;61), Tolak peluru adalah suatu gerakan menyalurkan tenaga untuk memberikan daya dorong pada sebuah benda (peluru) sehingga pada benda tersebut dihasilkan kecepatan. Tolakan tidak dilakukan melalui pergelangan, tetapi diperoleh dari gerakan meluruskan siku. 4
2.1.2 Hakekat Modifikasi Alat Pembelajaran Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik Pembelajaran tolak peluru bisa dilaksanakan secara optimal di sekolah apabila dilakukan modifikasi, dan modifikasi yang harus dilakukan yaitu modifikasi peluru dengan mengubah komposisi bahan dan berat yang disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan siswa. Contoh modifikasi peluru yang sudah banyak dikenal adalah peluru yang terbuat dari bahan karet, seperti bola tenis, peluru ini sudah banyak di jual di toko-toko olahraga. Modifikasi yang dilakukan pada peluru ini yaitu merubah komposisi bahan dan beratnya sehingga diameter peluru disesuaikan dengan peluru yang standar yaitu berdiameter 110-130 mm untuk putra dan 95-110 mm untuk putri. Peluru boleh juga dimodifikasi menjadi peluru berbahan kayu, dikarenakan peluru berbahan kayu dalam 5
proses pembuatannya lebih cepat, mudah didapat, hasilnya lebih bagus, dan harganyapun lebih murah, hal ini diketahui pada saat peneliti melakukan observasi lapangan. Modifikasi ini sangat diperlukan dalam proses pembelajaran tolak peluru karena dapat disesuaikan dengan kondisi siswa serta mengurangi resiko siswa dalam hal keselamatan atau bahaya akibat peluru, namun dalam penelitian ini peneliti hanya memilih bola tenis sebagai modifikasi alat pembelajaran tolak peluru karena mudah dan cepat didapat. Yoyo, http, 2011. Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru penjas agar proses pembelajaran penjas di laksanakan secara optimal, Modifikasi juga dapat diartikan cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya. Tidak sedikit guru penjas yang terjebak dalam ketergantungan penyajian materi pembelajaran penjas kepada hal-hal yang sifatnya prinsip dan standar serta harus sesuai dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Hingga tidak sedikit pula para guru penjas dilanda kebosanan, yang selanjutnya kondisi seperti ini akan berdampak pada pembentukan dan pengembangan peserta didik menyangkut aspek keterampilan dan perkembangan motorik serta akan mempengaruhi pembentukan dan perkembangan psiko-sosio budaya peserta didik. Oleh karena itu pengetahuan dan pemahaman tentang azas serta esensi modifikasi penjas (fasilitas dan perlengkapan penjas) akan banyak membantu guru dalam penyampaian materi pembelajaran penjas 6
Modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Karena pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira. Dengan melakukan modifikasi, guru penjas dapat mengatasi pembelajaran yang sulit menjadi lebih mudah dan disederhanakan tanpa harus takut kehilangan makna dan apa yang akan diberikan. Anak akan lebih leluasa bergerak dalam berbagai situasi dan kondisi yang dimodifikasi. Dimyati dan Mudjiono (2009:267) mengemukakan pembelajaran adalah kegiatan guru secara terperogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Widijoto, (2009:7). Yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah saran fisik yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran. Media sering juga disebut sebagai perangkat lunak yang bukan saja memuat pesan atau bahan ajar untuk disalurkan melalui alat 7
tertentu tetapi juga dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Pendidikan jasmani juga merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan yang menggunakan aktivitas fisik yang direncakan secara sistematis dan bertujuan untuk mengembangkan aspekaspek pada individu seperti aspek kesehatan, aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, dan lain-lain. Jadi dapat disimpulkan pendidikan jasmai adalah bagian intergral dari proses pendidikan yang menggunakan aktifitas jasmani sebagai media atau alat untuk mencapai tujuan. 1.1.3 Teknik Dasar Tolak Peluru Menurut Sri Wahyuni (2009:42) bahwa Tolak Peluru termaksud nomor lempar. Dikatakan bahwa tolak peluru adalah nomor lempar karena nomor tolak peluru dilemparkan dengan cara ditolakan atau di dorong menggunakan tangan. Tujuan melakukan tolak peluru adalah menghasilkan jarak tolakan yang sejauh-jauhnya. Selanjutnya, Menurut Mohammad Nuh (2013:128). Gaya tolak peluru yang sering digunakan pada tolak peluru, yaitu gaya lama atau gaya ortodoks dan gaya baru atau gaya O`Brian. Kalau ada gaya lain hanyalah merupakan variasi dari kedua gaya tersebut. Tujuan tolak peluru adalah menolak sejauh-jauhnya untuk memperoleh prestasi yang optimal. Untuk mencapai tolakan yang jauh, seorang atlet harus memahami dan menguasai teknik tolak peluru. 8
a. Cara memegang peluru dan cara meletakkan peluru Ada tiga macam cara memegang peluru dan meletakan peluru di bahu : 1. Peluru diletakkan pada pangkal jari-jari di telapak tangan. a. Jari-jari telunjuk, jari tengah, dan jari kelingking adalah titik tolak yang utama dan membantu tolakan. b. Jari-jari ini tidak boleh berjauhan, jari kelingking, dan ibu jari menjaga peluru agar tidak jatuh. Gambar 1 : Cara Memegang Peluru 2. Peluru diletakkan di depan bahu (pada tulang selangka dan leher). 3. Siku diangkat setinggi bahu, peluru menempel pada tulang rahang bagian bawah. Gambar 2 : Cara Meletakan Peluru 9
b. Cara Mengambil Awalan Dalam perlombaan tolak peluru dilaksanakan dalam lapangan yang berbentuk lingkaran, dengan ukuran sebagai berikut : garis tengah lingkaran dengan ukuran yaitu 2,135 m, sudut lemparan 40 0, balok tolakan dengan tebal 10 cm dan panjangnya 1,22 m dan batas tengah lapangan kekiri dan kekanan masing-masing 0,75 m yaitu batas keluar setelah menolak. Cara mengambil awalan dalam tolak peluru yang biasa dipergunakan ada 2 cara yaitu : 1. Dengan menggunakan awalan menyamping Cara melakukan adalah sebagai berikut : a. Sikap awal berdiri menyamping dengan sektor tolakan berada disektor kiri tubuhnya, lutut kaki kanan ditekuk, sedangkan kaki kiri diluruskan kebelakang. Berat badan berada pada kaki kanan dengan pandangan mata ke depan. b. Tangan kanan memegang peluru yang diletakkan diatas bahu kanan menempel pada rahang, sedangkan tangan kiri diangkat ditekuk di depan wajah kiri berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh. c. Gerakan akan menolak, yaitu kaki kiri diangkat kemudian diputarkan ke arah kiri sebanyak 2-3 kali putaran kemudian kaki kiri berpijak di sebelah kaki kanan d. Kaki kiri digeser kesamping kiri sambil kaki kanan juga digeser mengikuti arah kaki kiri bergeser 10
e. Waktu kedua kaki bergeser ke kiri, peluru di lemparkan dengan cara tangan kanan yang memegang peluru didorong ke arah depan atas, jalannya peluru membentuk para bola diikuti pandangan mata ke arah jalannya peluru. f. Sikap akhir, berat badan berada di kaki kanan di usahakan tubuh tidak keluar dari lingkaran. Gambar 3 : Cara Mengambil Awalan Dengan Gaya Menyamping 2. Dengan awalan membelakangi Cara melakukan yaitu sebagai berikut : a. Sikap awal, berdiri membelakangi sektor tolakan dengan berat badan ada dikaki kanan sambil tubuh dibungkukkan. b. Kaki kiri berada dibelakang sedikit diangkat, tetapi ujung kaki masih berpijat dengan tanah. c. Tangan kanan memegang peluru yang diletakan di atas bahu yang menempel dengan daun telinga, sedangkan tangan kiri ditekuk ke atas menyilang di atas wajah. 11
d. Gerakannya yaitu, tubuh dalam keadaan rendah penuh kombinasi, sambil kaki kiri diayun-ayunkan ke depan dan ke belakang kemudian peluru ditolakan. e. Pada waktu menolakan peluru diikuti berat badan diputar kebelakang sambil kaki digeser kebelakang. f. Posisi akahir, setelah peluru ditolakan dengan keras yang diikuti pandangan mata, kemudian berat badan ganti pada kaki kiri. g. Keseimbangan tubuh tetap dijaga agar tidak terpental keluar lingkaran. Gambar 4 : Cara Pengambilan Awalan Dengan Membelakangi c. Cara Menolak Peluru Peluru dari bahu didorong dengan tangan kanan keatas kedepan sekuat-kuatnya, hingga tangan lurus. Gerakan dimulai dari persendian bahu dan peluru lepas pada saat tangan lurus dengan jari-jari tangan mendorong belakang peluru. Peluru ditolakan dengan kekuatan tangan, dibantu dengan kekuatan seluruh anggota badan dengan menolak kaki kanan dan menonjolkan badan kedepan atas. 12
d. Sikap Badan Pada Saat Menolakan Peluru Kaki kiri didepan lurus, kaki kanan dibelakang dengan lutut dibengkokan, berat badan pada kaki kanan, dan badan menyampingi arah tolakan. Tangan kiri dengan sekut dibengkokan menuju arah tolakan lemas (bagi orang yang tidak kidal). e. Sikap Akhir Setelah Menolak Sikap akhir menolakkan peluru sering juga dikatakan dengan gerak lanjutan (Follow Thrue), yaitu kaki kanan mendarat kaki kiri diangkat lemas kebelakang, badan condong kedepan, tangan kiri kebawah belakang dan tangan kanan dengan sikut dibengkokan berada depan dekat perut untuk menjaga agar tidak jath kedepan. Padangan kearah jalannya peluru dn ketempat peluru jatuh. 2.1.4 Modifikasi Alat Pembelajaran Tolak Peluru pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Pembelajaran tolak peluru di Sekolah Menengah Pertama tidak perlu dengan menggunakan peluru yang sebenarnya, guru dapat memodifikasinya dengan menggunakan alat-alat yang ringan serta tidak sulit ditemukan, benda-benda tersebut antara lain seperti bola tenis, karet atau plastik yang besarnya seperti bola tenis ataupun sejenisnya, bola volly dan lain sebagainya yang bisa dimodifikasi. 13
Dalam pembelajaran tolak peluru di Sekolah Menengah Pertama akan lebih menarik apabila divariasikan dalam beragam macam variasi bermain, kreatifitas guru pendidikan jasmani semacam ini lebih menggairahkan siswa dalam menerima proses pembelajaran. Gambar 5 : Cara Mengoperkan bola kepada teman 2.2 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu: melalui modifikasi alat yang digunakan dalam pembelajaran ini, maka gerak dasar tolak peluru pada siswa kelas VII SMP Negri 3 Suwawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan. 14
2.3 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini yaitu: apabila keterampilan gerak dasar tolak peluru siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Suwawa dapat ditingkatkan minimal 75%, maka penelitian dinyatakan selesai. 15
16