MENINGKATKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

Oleh: Via Vandella*, Yulia Haryono**, Alfi Yunita**

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

INOVASI KOOPERATIF MODEL STAD MATERI POKOK MEMAHAMI KEPUTUSAN BERSAMA

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

Keywords: the tipe of model Cooperative Student Teams Achievement Division (STAD), Learning Outcomes

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMPN 3 PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ai Rosliyani 1, Nurdinah Hanifah 2, Riana Irawati 3

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

PROSIDING ISBN :

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

17 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

Charlina Ribut Dwi Anggraini

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dari zaman dahulu hingga sekarang, manusia akan selalu berhubungan dengan matematika.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Masalah internal yang sering dihadapi siswa dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. selama ini pada semester ganjil tahun pelajaran menunjukan bahwa

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Akan tetapi banyak persoalan-persoalan yang sering muncul dalam

I. PENDAHULUAN. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No 19 tahun 2005, tentang tujuan pendidikan

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astri Jayanti, 2013

PROSIDING ISBN :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis, dan

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENINGKATAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DIPADU TALKING STICK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

IMPLEMENTASI MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN APRESIASI HAM PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP 1

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal Nicke Yulanda 1), Mukhni 2), Ahmad Fauzan 3) Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

Penerbit AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta, hal ) Esa Nur Wahyuni, Baharuddin, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran,Cetakan III,Mei 2008,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

BAB V PEMBAHASAN. Pembelajaran penerapan trigonometri melalui belajar kooperatif tipe Student

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

Rusdel Syam, Rini Dian Anggraini, Jalinus No. HP.

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DENGAN MICROSOFT POWER POINT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ISSN 1412-5455 5 Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 16 No.1, Juni 2016 : 114-186 MENINGKATKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Alfi Sabri 1, 1, Program Studi Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang Email : alfi.sabri@ymail.com ABSTRACT Perkembangan karakter dan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 26 Padang masih belum sesuai dengan hasil yang diharapkan. STAD (Student Team Achievement Division) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang diperkirakan dapat meningkatkan karakter dan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perkembangan karakter dan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 26 Padang tahun pelajaran 2012/2013 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jenis penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan model rancangan The One Shoot Case Study. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan karakter siswa yang belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD meskipun tidak stabil, dan hasil belajar siswa yang belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkat pada setiap pertemuannya Keywords: Karakter, STAD, 1. PENDAHULUAN Pendidikan karakter merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan sehingga menghasilkan peserta didik yang memiliki karakter dan akhlak yang mulia. Pemerintah telah mengeluarkan undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang tersebut dikatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Strategi pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan dilakukan karena lembaga pendidikan merupakan tempat untuk membina generasi bangsa yang akan datang. Pendidikan karakter berperan dalam menumbuhkan sikap positif dalam diri siswa seperti jujur, mempunyai rasa ingin tahu, cermat, bertangngung jawab. Selain itu masih banyak tindakan atau perilaku siswa yang belum mencerminkan sikap seorang pelajar seperti tidak jujur dalam ujian dan mengerjakan tugas, kurang peduli dengan teman sejawat, rasa ingin tahu yang masih belum berkembang dalam diri siswa, tidak percaya diri dengan kemampuannya sendiri, dan lain sebagainya. Penanaman karakter yang baik diintegrsikan dalam seluruh pembelajaran setiap bidang studi termasuk matematika. [1] Sebagaimana pada diharapkan muncul karakter-karakter yang baik dalam diri siswa seperti berpikir logis, kritis, rasional, cermat, jujur, efektif, rasa ingin tahu, perhatian dan minat, sikap ulet, dan percaya diri. Guru merupakan faktor penting dalam keberhasilan pendidikan karakter di sekolah. Guru harus bisa mengem bangkan dan menghubungkan setiap materi yang berkaitan dengan moral, norma, dan nilai-nilai dengan konteks kehidupan sehari-hari. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah sudah berusaha menyempurnakan kurikulum, mengadakan seminar, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Guru (KKG), pelatihan guru, sampai melakukan sertifikasi terhadap guru. Melalui kegiatan tersebut, guru hendaknya mampu memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode, dan teknik yang tepat. Melalui penggunaan strategi, metode, dan teknik yang tepat diharapkan pembelajaran matematika menjadi 1

ISSN 1412-5455 5 Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 16 No.1, Juni 2016 : 114-186 hal yang diminati oleh siswa, sehingga tujuan pembelajaran matematika dapat dicapai serta dapat menumbuhkan karakter yang baik dalam diri siswa.. Sejalan dengan hal tersebut [4] mengemukakan bahwa dalam pembelajaran matematika disekolah, guru hendaknya menggunakan strategi, pendekatan, metode, dan tekhnik yang banyak melibatkan keaktifan baik secara mental, fisik, maupun sosial. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMPN 26 Padang pada tanggal 10-12 September 2012, siswa sudah belajar secara kelompok. Disaat proses pembelajaran berlangsung terlihat ada siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menerangkan materi. Kurangnya rasa ingin tahu siswa membuat siswa melakukan kegiatan lain ketika pembelajaran matematika berlangsung. Ada beberapa siswa yang mengganggu temannya, ada yang berjalan-jalan di dalam lokal, dan mengerjakan tugas lain yang tidak berhubungan dengan matematika. Hasil wawancara dengan siswa, beberapa diantaranya mengatakan bahwa alasan mereka tidak mengikuti pelajaran matematika dengan baik adalah karena mereka kurang berminat untuk mempelajari matematika. Dalam diskusi kelompok siswa cenderung mengandalkan teman yang dianggap pandai diantara mereka dalam mengerjakan tugas, sehingga siswa yang kurang pandai merasa tidak perlu ikut dalam menyelesaikan tugas tersebut. Begitu juga dalam mengerjakan latihan hanya beberapa siswa saja yang mengerjakannya sedangkan siswa yang lain hanya menunggu temannya selesai mengerjakan latihan tersebut untuk disalin tanpa adanya berbagi pengetahuan antara mereka. Mereka juga tidak berusaha menanyakan kepada temannya bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Guru sudah berupaya untuk memberikan variasi dalam pembelajaran dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Dari observasi yang dilakukan guru sudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tapi masih belum terstruktur dengan baik. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam kelompok, persentasi didepan kelas, bertanya. Dengan adanya berbagai permasalahan tersebut berdampak terhadap hasil belajar matematika siswa. Dilihat dari hasil belajar matematika siswa pada ulangan harian I, terlihat banyak siswa kelas VII SMPN 26 Padang memperoleh hasil dibawah KKM yang telah ditetapkan sekolah. Untuk itu dibutuhkan model pembalajaran kooperatif yang bisa memfasilitasi siswa berbagi pengetahuan sesama mereka, berdebat, berfikir kritis dan meyelesaikan setiap permasalahan yang muncul sehingga rasa ingin tahu, perhatian, minat dan sikap ulet serta percaya diri siswa dapat meningkat dan hasil belajar matematika siswa menjadi lebih baik. Student Team Achievement Division (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang secara bahasa berarti pembagian pencapaian tim siswa. Menurut [3] gagasan utama STAD adalah agar siswa dapat saling mandukung dan saling bantu membantu dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. STAD mempunyai komponen utama yaitu persentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individu, rekognisi tim [3]. Melalui komponen-komponen tersebut diharapkan mampu menumbuh kembangkan karakter yang ada dalam diri siswa. Dalam [1] karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tatakrama, budaya dan adat istiadat. Sedangkan menurut desain induk pembangunan karakter bangsa dalam karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Jadi karakter adalah sikap yang telah tertanam dalam diri seseorang yang sudah menjadi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Berdasarkan uraian diatas penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perkembangan karakter dan hasil belajar Matematika Siswa Kelas VII SMPN 26 [2] 184

Persentase ISSN 1412-5455 5 Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 16 No.1, Juni 2016 : 114-186 Padang tahun pelajaran 2012/2013 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam penelitian ini ada beberapa karakter yang dilihat yaitu ingin tahu dengan indikator bertanya kepada teman, peduli dengan indikator memberikan penjelasan kepada teman, dan jujur dengan indikator tidak mencontek ketika mengerjakan kuis. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif untuk melihat perkembangan karakter siswa dan penelitian pra-eksperimen untuk melihat hasil belajar matematika siswa. Rancangan penelitian yang digunakan adalah The One Shot Case Study. Penelitian ini dilakukan di SMPN 26 Padang pada kelas VII semester II tahun pelajaran 2012/2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 26 Padang. Kelas sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII 1. Pengambilan kelas sampel ini berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari observasi dan informasi guru yang mengajar, peneliti menemukan masalah karakter dan hasil belajar matematika siswa. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan variabel terikat yaitu karakter siswa. Prosedur penelitian terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen yaitu lembar observasi dan tes hasil belajar matematika siswa. Lembar observasi berguna untuk melihat perkembangan karakter siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Ada 3 karakter siswa yang diamati yaitu ingin tahu dengan indikator bertanya kepada teman, peduli dengan indikator memberikan penjelasan kepada teman, dan jujur dengan indikator tidak mencontek ketika mengerjakan kuis. Sedangkan tes hasil belajar disusun dalam bentuk essay yang digunakan untuk melihat perkembangan hasil belajar matematika siswa. Data aktivitas belajar siswa yang diperoleh melalui lembar observasi dianalisis dengan menggunakan rumus persentase, untuk hasil belajar siswa diolah dengan menggunakan analisis data kuantitatif. Analisis bertujuan untuk membandingkan nilai tes hasil belajar matematika siswa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di SMPN 26 Padang. 2. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Karakter Siswa Pada penelitian ini karakter-karakter yang muncul diamati dalam 4 kali pertemuan. Persentase perkembangan karakter siswa dari hasil observasi selama pertemuan dapat dilihat pada Tabel. 1. No 1 Tabel 1. Persentase Perkembangan Karakter Siswa Karakter yang diamati Ingin Tahu 2 Peduli 3 Jujur Indikator Bertanya kepada teman Memberikan penjelasan kepada teman Tidak mencontek ketika mengerjakan kuis Jumlah siswa yang melakukan karakter yang diminta pada pertemuan ke- I II III IV 14 15 16 13 13 15 14 16 14 18 23 16 Bertanya kepada teman merupakan indikator dari rasa ingin tahu. Karakter ini meningkat sampai pertemuan ketiga dan terjadi penurunan pada pertemuan terakhir. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat Gambar 1 berikut : 60 50 50 40 30 20 10 0 55,56 59,26 43,34 Gambar. 1. Grafik persentase jumlah siswa yang mengalami perkembangan dalam bertanya kepada teman 185

Persentase ISSN 1412-5455 5 Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 16 No.1, Juni 2016 : 114-186 Pada pertemuan pertama siswa masih menyesuaikan diri dengan teman sekelompoknya sehingga persentase pada pertemuan pertama sedikit. Pada pertemuan kedua dan ketiga, siswa yang masih belum mengerti kegiatan pada LKS dan cara menyelesaikan latihan tidak segan lagi bertanya kepada teman sekelompoknya. Kebanyakan siswa bertanya kepada temannya ketika mengerjakan latihan yang terdapat pada LKS. Pada pertemuan keempat siswa tidak seaktif pada pertemuan sebelumnya, karena sebagian besar siswa sudah paham dengan pengerjaan LKS yang diberikan. Mereka juga memperlihatkan kesungguhan dalam berusaha memahami pelajaran. Hal ini dikarenakan setiap kali pertemuan diberikan penghargaan berupa pemberian bintang kepada kelompok yang meraih nilai tertinggi pada pertemuan sebelumnya. Beradasarkan pembahasan tersebut terlihat bahwa sikap ingin tahu siswa sudah mulai berkembang tetapi belum stabil. Hal ini berdasarkan meningkatnya siswa yang bertanya kepada temannya terkait materi pelajaran yang dipelajari samapai pertemuan ketiga dan terjadi penurunan pada pertemuan terakhir. Memberikan penjelasan kepada teman adalah indikator dari karakter peduli siswa. Kegiatan ini diamati ketika ketika siswa sedang berdiskusi dalam mengerjakan LKS yang telah dibagikan. Persentase jumlah siswa dalam karakter ini dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini 60 46,43 55,56 59,26 46,67 50 40 30 20 10 0 Gambar 2. Grafik persentase jumlah siswa yang mengalami perkembangan dalam memberikan penjelasan kepada teman Sikap peduli siswa dilihat melalui indikator memberikan penjelasan kepada teman. Kegiatan memberikan penjelasan kepada teman ini dilihat ketika diskusi kelompok berlangsung. Siswa saling membantu temannya terutama siswa yang berkemampuan tinggi.pada pertemuan pertama masih sedikit siswa yang bertanya kepada teman sekelompoknya sehingga persentase menjelaskan kepada teman sekelompok juga sedikit pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua siswa terlihat lebih aktif dalam pembelajaran. Setiap kelompok berusaha untuk memahami materi yang diberikan sehingga siswa yang berkemampuan tinggi berusaha untuk memberikan penjelasan terutama dalam diskusi kelompoknya. Pada pertemuan ketiga persentase memberikan penjelasan kepada teman kembali menurun, hal ini kemungkinan dikarenakan materi yang dipelajari yaitu layang-layang mirip dengan materi sebelumnya yaitu belah ketupat sehingga siswa bisa mengerjakan dengan baik. Pada pertemuan keempat persentase siswa kembali meningkat. Dari pembahasan tersebut karakter peduli siswa sudah mulai berkembang walaupun masih belum stabil belum stabil. Hal ini terlihat ketika siswa mau berbagi dengan teman-temannya walaupun pada pertemuan ketiga terjadi penurunan. Karakter jujur siswa dilihat dari tindakan siswa yaitu tidak mencontek ketika ujian. Kegiatan ini diamati ketika siswa mengerjakan kuis di setiap akhir pembelajaran dan ulangan harian. Persentase jumlah siswa dalam karakter ini dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini. Dalam [1] Jujur yaitu perilaku berdasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai seseorang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan baik terhadap diri sendiri dan pihak lain. Salah satu sarana untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui mengerjakan kuis dengan jujur. Dengan kepercayaan yang diberikan guru ketika mengerjakan kuis tersebut siswa mampu menunjukkan dirinya bisa dipercaya baik secara perkataan, tindakan dan pekerjaannya. 186

Persentase ISSN 1412-5455 5 Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 16 No.1, Juni 2016 : 114-186 100 80 60 40 20 0 50 85,19 66,67 53,34 4.2 Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa diperoleh melalui nilai kuis yang dilaksanakan pada setiap pertemuannya dan nilai tes akhir yang diberikan tes pada akhir pembelajaran. Pelaksanaan tes akhir ini diikuti oleh 31 orang. Dari hasil tes akhir siswa diperoleh data yang dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Hasil Analisis Data Tes Hasil Belajar Siswa Gambar 3. Grafik persentase jumlah siswa yang mengalami perkembangan dalam memberikan penjelasan kepada teman Siswa yang tidak mencontek ketika kuis yaitu 50%, 66,67%, 85,19%, 53,34% pada masing-masing pertemuannya. Setiap akhir pembelajaran siswa diberikan kuis secara individu. Pada pertemuan pertama siswa yang tidak mencontek ketika kuis tergolong sedikit dibandingkan dengan pertemuan setelahnya. Pada pertemuan kedua dan ketiga meningkat Karena soal-soal yang diberikan sudah dipahami oleh siswa melalui kegiatan kelompoknya, kebanyakan siswa telah mengerjakan soal kuis secara sendiri. Pada pertemuan keempat kembali menurun, akan tetapi tidak lebih rendah dari pertemuan pertama. Berdasarkan kegiatan yang terjadi dapat disimpulkan bahwa karakter siswa sudah berkembang walaupun masih belum stabil. Siswa dapat saling memberi dan menerima dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada tahap diskusi kelompok, siswa yang kurang memahami kegiatan pada LKS dan mengerjakan latihan berusaha untuk bertanya kepada teman-temannya yang lain. Tidak ada lagi siswa yang pintar yang tidak berbagi pengetahuan dengan teman lainnya ketika mengerjakan LKS maupun latihan, karena mereka bertanggung jawab kepada kelompok mereka masing-masing untuk mendapatkan nilai kelompok terbaik disetiap pertemuannya. Dalam mengerjakan kuis yang diberikan pada setiap pertemuannya siswa telah mengerjakannya secara individu hal ini terlihat bahwa kejujuran siswa dalam mengerjakan kuis dan ulangan sudah cukup baik. Nilai 65 S 2 S X max X min Awal 18 68,06 176,16 13,27 94 50 Akhir 24 68,58 119,78 10,94 84 32 Keterangan : x = rata-rata nilai S 2 = variansi S = simpangan baku X max = nilai tertinggi = nilai terendah X min x Ketuntasan siswa disetiap pertemuannya berdasarkan nilai kuis yang didapat siswa selama penelitian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Hasil Analisis Data Tes Hasil Belajar Siswa Pertemuan Jumlah siswa Persentase I 14 45,16 II 15 48,39 1 2 3 III 17 54,84 IV 21 67,74 Berdasarkan analisis dan deskripsi data diketahui bahwa secera umum hasil belajar matematika siswa pada kelas VII 1 SMPN 26 Padang pada materi keliling dan luas segi empat sudah memuaskan. Dari data persentase nilai kuis yang didapat siswa pada setiap pertemuannya terlihat banyaknya siswa yang dapat mencapai KKM meningkat pada setiap pertemuannya yaitu 45,16%, 48,39%, 54,84%, dan 67,74%. Pada tes akhir dari 31 orang siswa kelas VII 1 yang mengikuti tes akhir, 24 orang diantaranya telah mencapai KKM yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 77,42% siswa kelas VII 1 SMPN 26 Padang yang ikut tes akhir telah mencapai KKM. Bagi siswa yang telah lulus KKM berarti mereka telah mampu memahami 187

ISSN 1412-5455 5 Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 16 No.1, Juni 2016 : 114-186 materi keliling dan luas segi empat dengan baik, sedangkan siswa yang belum bisa mencapai KKM yang telah ditetapkan berarti mereka belum mampu memahami materi dengan baik. Dari hasil jawaban tes akhir yang diberikan, siswa sudah mampu menjawab soal dengan baik. Siswa dapat menyelesaikan soal secara sistematis. Walaupun sebagian besar siswa tidak merincikan keterangan untuk setiap langkah pengerjaan soal. Bahkan ada siswa yang hanya menuliskan angka-angka saja tanpa ada keterangan, tetapi sebahagian siswa sudah paham dengan konsep dari materi yang dipelajari. Selama pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa saling bekerja sama ketika diskusi kelompok. Kelompok yang disusun berdasarkan kemampuan akademik yang heterogen membuat siswa yang lebih pandai berusaha membantu temannya dalam memahami materi sehingga pemerataan kemampuan siswa dikelas tersebut dapat dicapai. Hal ini terlihat dari variansi yang diperoleh siswa lebih kecil dibandingkan dengan variansi nilai awal yang diperoleh siswa yaitu dari 176,16 menjadi 119,78. [3] Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning. Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media. [4] Suherman, Erman. dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontempoter (revisi). Bandung: JICA-UPI 1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), karakter siswa kelas VII 1 SMPN 26 Padang pada tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan adanya peningkatan karakter siswa meskipun tidak stabil dan cenderung menurun pada pertemuan terakhir. 2) Berdasarkan tes yang diberikan kepada siswa diperoleh hasil belajar matematika siswa pada materi keliling dan luas segi empat meningkat pada setiap pertemuannya. Berdasarkan nilai tes akhir yang diperoleh siswa dinyatakan yang sudah berhasil mencapai KKM sebanyak 77,42%. DAFTAR PUSTAKA [1] Kemendiknas. 2010. Panduan Pendidikan Karakter Di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta. [2] Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. 188