dwijenagro Vol. 4 No. 2 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

DAFTAR ISI. JUDUL... i ABSTRAK...iii ABSTRACT...iv. LEMBAR PENGESAHAN...v. RINGKASAN...vi. RIWAYAT HIDUP...x. KATA PENGANTAR...xi. DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. kehutanan. Sementara itu, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan juga

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah bagian vital yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan

: EFEKTIVITAS DAN DAMPAK PROGRAM SIMANTRI TERHADAP PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

II TINJAUAN PUSTAKA. Terintegrasi memiliki arti yaitu upaya terobosan dalam mempercepat adopsi

PROFIL SIMANTRI 030 POKTAN SATYA KENCANA DI DESA TARO, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak dapat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan Manajemen Agribisnis terhadap Keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

Perilaku Petani Terhadap Program Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Agribisnis Peternakan

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran).

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG KEBERLANJUTAN PROGRAM SIMANTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

KAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1

BAB I PENDAHULUAN. kecil dan dijiwai oleh semangat kewirausahaan terbukti meningkatkan

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

E-Jurnal EP Unud, 2 [6] : ISSN:

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dwijenagro Vol. 5 No. 2 ISSN :

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

I. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan

Perilaku Petani terhadap Teknologi Pengolahan Pakan Ternak Fermentasi Jerami Padi

III KERANGKA PEMIKIRAN

ENTREPRENEURSHIP KELOMPOK TANI TERNAK STUDI KASUS DI KABUPATEN KEDIRI

Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

METODE PENELITIAN. bersifat kuantitatif/statistik (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini, data yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

DAMPAK INOVASI TEKNOLOGI AGRIBISNIS TERNAK KELINCI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHA MELALUI PROGRAM P3TIP DI D.I.

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

EVALUASI KEBIJAKAN SIMANTRI DI KECAMATAN KINTAMANI, BANGLI. (Kajian Komparasi: Simantri 278 Desa Abuan dan Simantri 113 Desa Mengani Tahun 2014)

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

DAMPAK TEKNIK PENYULUHAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENERAPAN PADA PENYULUH DAN PETERNAK SAPI BALI DI BALI

WALIKOTA TASIKMALAYA

1 of 8 7/31/17, 9:02 AM

Abstrak. Kata kunci: Evaluasi, Pemberdayaan, Efektivitas, Kesejahteraan

PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu proses yang ditujukan untuk. meningkatkan produksi pertanian bagi konsumen, yang sekaligus dapat

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

KAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

IV. METODE PENELITIAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR

Transkripsi:

TINGKAT KEBERHASILAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI DI KABUPATEN TABANAN Dewa Nyoman Darmayasa, S.P.,M.P Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Dwijendra Abstrak Simantri atau lebih dikenal dengan sebutan Sistem Pertanian Terintegrasi memiliki arti yaitu upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat pedesaan. Tujuan penelitian ini mengetahui tingkat keberhasilan dan peningkatan pendapatan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan. Hasil penelitian menunjukkan Tingkat keberhasilan Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2009-2011 adalah 3.27 yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan Simantri yang dilakukan kelompok tani pelaksana termasuk dalam kategori cukup berhasil. Peningkatan pendapatan Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2009-2011 terdapat peningkatan sebesar Rp 3.832.723/tahun atau sebesar 31.55 % untuk masing-masing anggota Poktan Pelaksana. Untuk menunjang kegiatan Simantri maka perlu diadakan monitoring dan evaluasi oleh SKPD terkait untuk mendorong keberhasilan program Simantri di Kabupaten Tabanan. Kata Kunci: Simantri, Keberhasilan, Pendapatan Abstract Simantri or better known as Integrated Farming Systems has a meaning that is a breakthrough in the efforts to accelerate the adoption of agricultural technology as a pilot model in the development of accelerated transfer of technology to rural communities. This research purposes to know the success rate and increased revenue Farmers Group Executing on Gapoktan Simantri in Tabanan. The results show the success rate Simantri in Tabanan in 2009-2011 was 3:27 which shows that the success rate Simantri carried implementing farmers' groups are included in the category quite successful. Increased revenue Simantri in Tabanan in 2009-2011 there was an increase of Rp 3,832,723 / year or a total of 31.55% for each member of the Executive Poktan. To support Simantri it is necessary monitoring and evaluation by relevant SKPD to drive the success of the program Simantri in Tabanan. Keywords: Simantri, Success, Revenue 1. PENDAHULUAN Kegiatan pertanian merupakan upaya manusia mengelola sumber daya alam: lahan, air, tanaman dan hewan yang dapat dibudidayakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terhadap pangan dan energi sehingga dapat hidup secara layak menurut peradaban dan nilai-nilai sosial budaya yang berkembang. Peran sektor pertanian sangat penting dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertanian selain memproduksi bahan pangan kebutuhan masyarakat, juga bisa menghasilkan produk pertanian yang bisa di ekspor untuk dapat menambah pendapatan petani dan devisa negara. Disamping itu sektor pertanian mampu menyerap banyak tenaga kerja, sehingga dapat menekan angka pengangguran. Pemerintah Provinsi Bali telah mengawali dengan melaksanakan Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) antara pertanian, peternakan, dan perikanan. Dalam sistem usaha terintegrasi hewan dipelihara untuk dikerjakan, menghasilkan pupuk kandang, menghasilkan daging, dan produk lainnya, sedangkan proses produksi tanaman untuk menghasilkan bahan makanan dan limbahnya digunakan untuk bahan pakan ternak dan pupuk kompos. Simantri diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan bisa dikembangkan sebagai salah satu model pendekatan sistem pertanian berkelanjutan. Intergrasi dikembangkan lewat perantara petanipetani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN). Salah satu kabupaten di Provinsi bali yang mendapatkan program simantri adalah Kabupaten Tabanan. Gapoktan di Kabupaten Tabanan juga sudah mengadopsi teknologi pertanian khususnya pengolahan pupuk dengan menggunakan mesin bantuan dari Pemerintah Provinsi Bali. Masing-masing Gapoktan juga sudah mengolah pupuk padat dan cair serta sudah mulai mengaplikasikan ke tanaman. Selain itu beberapa Gapoktan

sudah mulai menerapkan pola integrasi dan kemitraan sudah dilaksanakan dengan baik, yaitu dengan memproduksi pupuk organik baik yang berasal dari anggota maupun masyarakat sekitar dan memasarkan hasil kelompok tani dan subak maupun tempat penjualan tanaman hias. Dalam menjalankan program Simantri juga terdapat banyak kendala untuk mencapai keberhasilan. Seperti misalnya kurangnya kemampuan SDM dalam mengelola program ini dan ada juga beberapa Gapoktan yang belum mampu mengolah dan memasarkan hasil pupuk mereka sehingga mereka melakukan kerja sama dengan Gapoktan lainya berupa limbah mentah. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui tingkat keberhasilan yang sudah dicapai oleh kelompok tani pelaksana Simantri saat ini. 2. METODE Penelitian ini dilakukan pada seluruh Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Penentuan lokasi ini dengan pertimbangan yaitu: (i) Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan yang mendapatkan bantuan program Simantri di Bali dan (ii) Populasi Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan yang pelaksanaan kegiatannya sudah lebih dari satu tahun. Populasi dari penelitian ini adalah Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan yang telah menjalani kegiatan Simantri dari 2009 sampai 2011 dengan jumlah 21 Gapoktan Simantri. Dari 21 Kelompok Tani Pelaksana Simantri tersebut memiliki jumlah pengurus dan anggota sebanyak 420 orang. Penentuan responden dari seluruh pengurus dan anggota tersebut menggunakan formulasi teori Slovin (Sevilla, dkk. 1993). Berdasarkan formulasi dari Slovin tersebut di atas, maka jumlah responden yang diambil adalah 81 orang. Agar jumlah responden dari masing-masing Kelompok Tani Pelaksana Simantri jumlahnya sama maka jumlah responden yang diambil ditetapkan menjadi 84 orang yang terdiri dari pengurus dan anggota. Sehinga masingmasing kelompok terdiri dari 2 pengurus yaitu ketua dan sekretaris dan 2 anggota kelompok. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Adapun teknik pengumpulan data ini adalah survai dengan menggunakan kuesioner, observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode deskriptif kualitatif merupakan metode penyajian, analisis, penafsiran data yang ada dengan tujuan mendeskripsikan suatu fenomena sosial yang disertai interpretasi terhadap faktorfaktor yang ada dilapangan (Singarimbun dan Effendi, 1989). Analisis tingkat pendapatan dilakukan untuk mengukur tingkat pendapatan petani dalam keberhasilan Gapoktan Simantri. Perhitungan tingkat keuntungan dilakukan terhadap total penerimaan yang diperoleh dikurangi total biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (Soekartawi, 2002), dengan rumus sebagai berikut : I = TR - TC Keterangan : I = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan dari usahatani TC = Total biaya Analisis pendapatan dilakukan untuk mengukur peningkatan Poktan pelaksana Simantri sebelum dan setelah mereka mengikuti program Simantri ini. Perhitungan peningkatan pendapatan dilakukan dengan mengurangi besarnya pendapatan Poktan pelaksana Simantri setelah mengikuti program Simantri dengan pendapatan mereka sebelum mengikuti program ini, dengan rumus sebagai berikut.

PPP = TPSTS PSBS Keterangan : PPP = peningkatan pendapatan petani TPSTS = tambahan pendapatan setelah mengikuti Simantri PSBS = pendapatan sebelum mengikuti Simantri 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Tabanan adalah salah satu Kabupaten dari beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Bali yang terletak di bagian selatan Pulau Bali. Luas wilayah Kabupaten Tabanan seluruhnya adalah 839.33 Km 2 atau 14,9 % dari luas Provinsi Bali (5.632,86 Km 2 ). Kabupaten Tabanan terdiri dari 10 Kecamatan yaitu Kecamatan Tabanan, Kecamatan Kediri, Kecamatan Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan Pupuan, Kecamatan Marga, dan Kecamatan Baturiti (BPS Kab. Tabanan, 2013). Penelitian ini dilakukan melalui survai terhadap 84 petani sampel, sebagian besar responden berumur 30 60 sebanyak 79 orang atau 94,05%. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara umum responden berada pada kelompok usia masih produktif, yaitu usia dimana kemampuannya dalam menjalankan program Simantri akan lebih berhasil lagi karena masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki dan produktivitas kerjanya dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi.tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SMA/SMK yaitu sebanyak 44 orang atau 52,38%. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden pada umumnya cukup memadai untuk menjalankan kegiatan Simantri dan bukan menjadi hambatan bagi mereka untuk berinovasi lebih berhasil lagi dalam menjalankan kegiatan Simantri. Pekerjaan pokok responden yang terbanyak adalah petani yaitu71.43%. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden sebagai petani akan lebih berpotensi berhasil menjalankan program Simantri dengan pengalaman bertani dan harus diimbangi dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen pada kegiatan usaha taninya. Variabel keberhasilan Simantri (Y) dalam penelitian merupakan variabel yang diukur dengan 6 indikator yang meliputi berkembangnya kelembagaan dan SDM (Y 1 ), terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian (Y 2 ), berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani (Y 3 ), meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani (Y 4 ), tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic (Y 5 ), berkembangnya usaha ekonomi pedesaan (Y 6 ), dan peningkatan pendapatan petani (Y 7 ). Tingkat keberhasilan kelompok tani pelaksana Simantri tahun 2009-2011 dapat dilihat dari Tabel 1.

No Tabel 1 Tingkat Keberhasilan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan 2009-2011 Indikator Variabel 2009 2010 2011 Tahu n 2009-2011 Kategori 2009-2011 1 Berkembangnya Kelembagaan dan SDM (Y1) 3.33 3.48 3.08 3.16 Cukup Berhasil Terciptanya Lapangan Kerja melalui 2 Pengembangan Diversifikasi Usaha Pertanian 2.25 3.75 3.36 3.38 Cukup Berhasil dan Industri Rumah Tangga (Y2) 3 Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Usaha Tani (Y3) 3.17 3.50 3.04 3.13 Cukup Berhasil 4 Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui Peningkatan Produksi dan Efisiensi Usaha Tani 3.00 3.83 3.22 3.33 Cukup Berhasil (Y4) 5 Tercipta dan Berkembangnya Pertanian Organik Menuju Green Economic (Y5) 2.58 3.85 3.29 3.42 Berhasil 6 Berkembangnya usaha Ekonomi Pedesaaan (Y6) 2.17 3.31 3.21 3.18 Cukup Berhasil Keberhasilan Simantri (Y) 2.75 3.62 3.20 3.27 Cukup Berhasil Sumber : Data diolah dari hasil survai Keterangan : 1.00-1.80 = Sangat Kurang Berhasil 1.81-2.60 = Kurang Berhasil 2.61-3.40 = Cukup Berhasil 3.41-4.20 = Berhasil 4.21-5.00 = Sangat Berhasil Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata keberhasilan Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2009 adalah 2.75 yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan Simantri yang dilakukan kelompok tani pelaksana Simantri termasuk dalam kategori cukup berhasil. Rata-rata skor tertinggi dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y 1 yaitu berkembangnya kelembagaan dan SDM dengan nilai rata-rata 3.33 yang termasuk dalam kategori cukup berhasil. Selanjutnya untuk skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y 6 yaitu berkembangnya ekonomi pedesaan dengan nilai rata-rata 2.17 yang termasuk dalam kategori kurang berhasil. Indikator tingkat keberhasilan terendah berada pada berkembangnya usaha ekonomi pedesaan, ini besar kaitannya dengan tidak adanya iuran masuk ke kas Simantri sehingga Poktan pelaksana tidak bisa mengembangkan unit simpan pinjam. Tingkat keberhasilan Poktan pelaksana Simantri masih rendah yang disebabkan Poktan pelasakna belum bisa menyamakan tujuan atau persepsi ke depan mengenai kegiatan Simantri. Dalam hal ini Poktan pelaksana hanya memelihara sapi saja dan kurang memanfaatkan hasil dari limbah kotoran padat maupun cair. Pada Poktan Simantri ini hanya terdapat satu rumah tangga yang memanfaatkan biogasnya sedangkan anggota lainnya cenderung pasif dengan program Simantri ini. Untuk mengatasi masalah ini Tim Teknis Provinsi Bali harus turun langsung mengatasi hal tersebut dan memberikan bimbingan teknis pada Poktan pelaksana agar kegiatan Simantri berjalan sesuai program.

Rata-rata keberhasilan Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 adalah 3.62 yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan Simantri yang dilakukan kelompok tani pelaksana Simantri termasuk dalam kategori berhasil. Untuk skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y 6 yaitu berkembangnya ekonomi pedesaan dengan nilai rata-rata 3.31 yang termasuk dalam kategori cukup berhasil. Rata-rata skor tertinggi dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y 3 yaitu terciptanya pertanian organik dengan nilai rata-rata 3.85 yang termasuk dalam kategori berhasil. Tingkat keberhasilan Poktan pelaksana Simantri tahun 2010 sudah berjalan dengan baik dan sudah mengalami peningkatan pendapatan tiap tahunnya. Pada Simantri tahun 2010 di Kabupaten Tabanan, Gapoktan Simantri rata-rata sudah memproduksi dan memasarkan pupuk cair maupun padat hingga mencapai kurang lebih 10 ton/bulan. Mereka melakukan kerja sama dengan Simantri lainnya dalam proses pemenuhan kebutuhan pupuk yang akan mereka pasarkan kepada konsumen sehingga memperoleh keuntungan yang cukup tinggi. Selanjutnya rata-rata keberhasilan Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2011 adalah 3.20 yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan Simantri yang dilakukan kelompok tani pelaksana termasuk dalam kategori cukup berhasil. Rata-rata skor tertinggi dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y 2 yaitu terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversivikasi usaha pertanian dan industri rumah tangga dengan nilai rata-rata 3.36 dengan kategori cukup berhasil. Sedangkan rata-rata untuk skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y 3 yaitu berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani dengan nilai rata-rata 3.04 yang termasuk dalam kategori cukup berhasil. Dari 16 Gapoktan Simantri tahun 2011 yang berjalan kegiatannya berjumlah 10 Simantri. Sedangkan pada 6 Simantri tersebut banyak mengalami kendala dalam pelaksanaanya, seperti ternak yang dibawa pulang oleh anggota kelompok karena letak lokasi Simantri jauh sehingga tidak bisa mengumpulkan kotoran dikandang koloni, SDM Poktan pelaksana yang kurang aktif sehingga tidak ada kegiatan pengolahan di Simantri atau hanya ada pembibitan sapi saja, dan masalah pendampingan yang kurang efektif sehingga sulitnya menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan manajemen dalam kelompok Pelaksana Simantri. Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata keberhasilan Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2009-2011 adalah 3.27 yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan Simantri yang dilakukan kelompok tani pelaksana termasuk dalam kategori cukup berhasil. Rata-rata skor tertinggi dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y 5 yaitu terciptanya pertanian organik dengan nilai rata-rata 3.42 dengan kategori berhasil. Selanjutnya untuk skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y 3 yaitu berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi dengan nilai rata-rata 3.13 yang termasuk dalam kategori cukup berhasil. Terciptanya pertanian organik dalam Poktan pelaksana Simantri sudah mulai terbentuk dan indikator keberhasilan yang lainnya belum maksimal dicapai. Hal ini berkaitan dengan beberapa kualitas SDM Poktan Pelaksana yang masih rendah sehingga tidak fokus dalam menjalankan program Simantri. Untuk mengatasi hal ini diharapkan peran pendamping dan tim teknis provinsi dan kabupaten harus cepat bertindak dengan memberikan motivasi dan bimbingan teknis pada Poktan Pelaksana.

Indikator peningkatan pendapatan (Y7) Poktan pelaksana Simantri tahun 2009-2011 dapat diukur dalam 4 sektor yaitu sektor pertanian, sektor peternakan, sektor perkebunan dan sektor perikanan. Besarnya peningkatan pendapatan Poktan pelaksana Simantri dari tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Rata-Rata Peningkatan Pendapatan anggota Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan 2009-2011 No Sebelum Simantri (Rp)/Th Sesudah Simantri (Rp)/Th Peningkatan Pendapatan (Rp)/Th Besaran Peningkatan Pendapatan (%) 1 2009 11,907,617 13,861,146 1,953,529 16.41 2 2010 19,348,908 25,568,311 6,219,403 32.14 3 2011 10,360,521 13,405,513 3,044,992 29.39 4 2009-2011 12,146,266 15,978,989 3,832,723 31.55 Sumber : Data diolah dari hasil survai Hasil penelitian peningkatan pendapatan dari 2009 dari 4 sektor terdapat peningkatan sebesar Rp 1.953.529/tahun atau sebesar 16.41% untuk masing-masing anggota Poktan Pelaksana. Jika dilihat dari peningkatan pendapatan tertinggi yaitu berada pada penjualan ternak sebesar Rp 957.500/tahun dan peningkatan pendapatan terendah pada limbah cair sebesar Rp 63.000/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan Poktan pelaksana Simantri hanya berada dalam pemeliharaan ternak sapi saja dan tidak kearah pengolahan limbah ternak. Poktan masih belum mampu mengolah kotoran yang disebabkan karena SDM yang tidak aktif dalam kegiatan Simantri. Sedangkan dari segi peningkatan pendapatan tahun 2010 terdapat peningkatan sebesar Rp 6.219.403/tahun atau sebesar 32.14 % untuk masing-masing anggota Poktan Pelaksana. Jika dilihat dari peningkatan pendapatan tertinggi yaitu berada pada sektor pertanian sebesar Rp 2.412.568/tahun dan peningkatan pendapatan terendah pada limbah cair sebesar Rp 521.125/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa dalam Poktan pelaksana dalam sektor pertanian sudah mulai menerapkan pertanian organik di lahan masingmasing, sehingga dari segi pertanian sudah mulai memberikan hasil yang optimal. Peningkatan pendapatan Poktan pelaksana Simantri 2011 sebesar Rp 3.044.992/ atau sebesar 29.39% untuk masing-masing anggota Poktan Pelaksana. Jika dilihat dari peningkatan pendapatan tertinggi yaitu berada pada sektor pertanian sebesar Rp 1.288.221/tahun dan peningkatan pendapatan terendah pada sektor perikanan sebesar Rp 57.669/tahun. Peningkatan di sektor perikanan masih rendah disebabkan karena kurangnya minat dalam pemeliharaan ikan lele karena harga pakan yang melambung tinggi sehingga tidak ada keuntungan dalam pemeliharaan ikan lele.beberapa Poktan pelaksana sudah menerapkan program Simantri dari pengolahan pupuk padat maupun cair hingga sampai ke pasar sasaran. Dan ada pula yang memanfaatkan pupuk organiknya untuk lahan masing-masing anggota. Berdasarkan hasil penelitian peningkatan pendapatan tahun 2009-2011 terdapat peningkatan sebesar Rp 3.832.723/tahun atau sebesar 31.55 % untuk masing-masing anggota Poktan Pelaksana. Jika dilihat dari peningkatan pendapatan tertinggi yaitu berada pada sektor pertanian sebesar Rp 1.481.669/tahun dan peningkatan pendapatan terendah pada sektor perikanan sebesar Rp 43.938/tahun. Hal ini menunjukkan

peningkatan pendapatan petani masih rendah dikarenakan petani belum maksimal dalam menggunakan dan memanfaatkan hasil kotoran dari ternak. 4. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan kesimpulan kesimpulan sebagai berikut (1) Tingkat keberhasilan Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2009-2011 adalah 3.27 yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan Simantri yang dilakukan kelompok tani pelaksana termasuk dalam kategori cukup berhasil. (2) Peningkatan pendapatan Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2009-2011 terdapat peningkatan sebesar Rp 3.832.723/tahun atau sebesar 31.55 % untuk masing-masing anggota Poktan Pelaksana. Saran Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut (1) Poktan pelaksana Simantri harus diberikan pelatihan lagi di bidang teknis dan memanajemen dalam kelompok sehingga mampu menerapkan inovasi teknologi-teknologi pertanian yang baru. (2) Pendamping dan PPL harus memberikan pelatihan dibidang wirausaha agar kelompok tani mampu meningkatkan pendapatannya setiap tahun sehingga terjadi peningkatan yang sangat tinggi dalam usahataninya. (3) Perlu diadakan monitoring dan evaluasi oleh SKPD terkait untuk mendorong keberhasilan program Simantri di Kabupaten Tabanan. 5. DAFTAR PUSTAKA BPS Prov. Bali, 2013. Pertumbuhan Ekonomi Bali Tri Wulan IV 2012. Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 11/02/51/Th. VII. Edisi 5 Februari 2012. BPS Kabupaten Tabanan. 2013. Tabanan dalam Angka 2013. Edisi 21 Desember 2013. Budiasa, dkk. 2011. Optimasi Sistem Usahatani Terintegrasi : Analisis Pemrograman Linier. Denpasar : Jurnal SocaVol 1 No 1. Distan. 2012. Program Sistem Pertanian Terintegrasi. Denpasar : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali. Sevilla, dkk.1993. Pengantar Metode Penelitian. Cetakan Pertama. Jakarta : Universitas Indonesia. Singarimbun, M. dan S.Effendi (Editor), 1989. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP3ES. Soedjana, T.D. 2007. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak Sebagai Respons Petani Terhadap Faktor Risiko. (Jurnal on-line). Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Internet. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3262075.pdf. 19 Mei 2013. Soekartawi.2002. Analisis Usaha Tani. Jakarta : Universitas Indonesia.