BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang di Indonesia kita kenal dengan nama penyakit gula atau kencing

dokumen-dokumen yang mirip
glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

Definisi Diabetes Melitus

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB I KONSEP DASAR. insulin (Engram, 1999:532). Ulkus adalah kehilangan jaringan kulit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

BAB I KONSEP DASAR. kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi membrane

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau

Obat Herbal Diabetes Pencegah Ketoasidosis & Keton

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Diabetes Mellitus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang khas dengan gejala-gejala kadar gula darah tinggi, glukosuria dan setelah

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB XII. Kelenjar Pankreas

DM à penyakit yang sangat mudah kerja sama menjadi segitiga raja penyakit : DM CVD Stroke

Implementasi Metode Dempster Shafer Pada Sistem Pakar Untuk Diagnosa Jenis-jenis Penyakit Diabetes Melitus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan nama atau sebutan diabetes pada orang yang menderita banyak minum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU?

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN

BAB 2 DATA DAN ANALISA. mendukung Tugas Akhir ini, seperti : Literatur berupa media cetak yang berasal dari buku-buku referensi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebuah kadar gula dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & suddart, 2002).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

DIABETES MELITUS. Bila nialai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka normal,maka ia dapat dinyatakan menderita DM.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

studi populasi diabetes melitus diberbagai negara, Indonesia menempati urutan ke-4 pada tahun 2000 dengan jumlah penderita DM 8,4 juta jiwa setelah

Obat Penyakit Diabetes Metformin Biguanide

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat

6. PENGENDALIAN KADAR GLUKOSE DARAH

DIABETES MELLITUS. DYAH UMIYARNI P, SKM,M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

mengalami obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalani (Marilyn Johnson, 1998) Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO, Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

Diabetes Mellitus (DM) Oleh Dr. Sri Utami, B.R. MS

BAB 1 PENDAHULUAN. mengidap diabetes. Baik pria maupun wanita, tua maupun muda, tinggal di kota

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh hormon pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes Mellitus (DM) (berasal dari kata Yunani διαβαίνειν,

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam hati dan otot rangka (Kee Joyce LeFever, 2007).

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Diabetes Mellitus DEFINISI PENYEBAB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KASUS. Apabila keton ditemukan pada darah atau urin, pengobatan harus cepat dilakukan karena

EVALUASI PEMILIHAN OBAT ANTIDIABETES PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2008 SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Penyakit Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes Mellitus Diabetes mellitus adalah istilah kedokteran untuk sebutan penyakit yang di Indonesia kita kenal dengan nama penyakit gula atau kencing manis. Istilah diabetes mellitus berasal dari bahasa Yunani. Diabetes yang berarti sypon menunjukan pembentukan urin yang berlebihan, yang menjadi ciri penyakit ini. Mellitus berasal dari kata meli yang berarti madu. Kedua istilah tersebut menunjukan keadaan tubuh penderita yang sering kencing dan urin penderita tadi mengandung gula (Hartono, A, 1995). Diabetes Mellitus adalah penyakit yang dalam tingkat nyata memperlihatkan gangguan metabolisme karbohidrat, sehingga didapat hiperglikemia dan glukosuria. 2. Etiologi Diabetes Mellitus Penyebeb penyakit Diabetes Mellitus tidak hanya disebabkan oleh faktor keturunan saja, tetapi juga dipengaruhi faktor lain yang disebut faktor resiko, misalnya kegemukan, pola makan yang salah, minum obatobatan yang bisa menaikan kadar darah, proses menua, stress, kehamilan dll. 4

5 3. Gejala-gejala Diabetes Mellitus Gejala khas Diabetes Mellitus dikenal dengan istilah 3P yaitu Poliuria (banyak kencing), Polidipsia (banyak minum) dan polipagia (banyak makan). a. Poliuria (Banyak kencing) Merupakan gejala umum pada penderita Diabetes Mellitus, banyaknya kencing disebabkan kadar gula dalam darah berlebihan, sehingga merangsang tubuh untuk berusaha mengeluarkannya melalui ginjal bersama air dan kencing b. Polidipsia Merupakan akibat dari banyaknya kencing tersebut, untuk menghindari tubuh kekurangan cairan, maka secara otomatis akan timbul rasa haus, sehingga timbul keinginan untuk minum. c. Polipagia Merupakan gejala yang tidak menonjol kejadian ini disebabkan karena habisnya cadangan glukosa di dalam tubuh meskipun kadar glukosa tinggi. Gejala lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal-gatal, mata kabur, luka yang tidak sembuh-sembuh dan badan lemas.

6 4. Komplikasi Diabetes Mellitus Komplikasi penyakit Diabetes Mellitus dapat muncul secara akut dan secara kronik, yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap Diabetes Mellitus. A. Komplikasi akut Diabetes Mellitus 1. Ketosis diabetik Kadar insulin yang sangat menurun menyebabkan penderita diabetes mengalami hiperglikemia dan glukosuria berat, disertai pembentukan keton (ketogenesis). Keton merupakan asam organik yang tertimbun dalam sirkulasi (ketosis) karena kecepatan produksinya melebihi penggunaannya, maka benda keton tersebut tertimbun. 2. Asidosis dan koma diabetik Penimbunan keton dapat mengakibatkan ketosis, peningkatan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan elektrolid. 3. Koma non ketotik hiperosmoler Komplikasi diabetes mellitus ini dapat dihindari dan dapat diobati, namun dapat pula mematikan. Ditandai oleh hiperglikemia berat, hiperosmolaritas dan dehidrasi berat tanpa adanya ketoasidosis.

7 4. Asidosis laktat Terjadi pada penderita diabetes dan juga bukan pada penderita diabetes. Asidosis ini disertai oleh suatu kesenjangan anion dan peningkatan kadar asam laktat. B. Komplikasi kronik Diabetes Mellitus 1. Komplikasi mata Katarak lebih sering ditemukan pada penderita diabetes dalam usia muda dari pada bukan penderita diabetes dan terjadinya dapat diperlambat atau dicegah dengan memperbaiki pengontrolan kadar gula darah. 2. Nefropati diabetik Pasien dengan nefropati diabetik dapat menunjukkan gambaran gagal ginjal menahun seperti lemas, mual, pucat, sampai keluhan sesak napas akibat penimbunan cairan. 3. Neuropati diabetik Neuropati perifer dan otonom sering menjadi komplikasi diabetes dan sangat mengganggu pasien. Keluhan yang sering ditemukan pada neuropati perifer adalah berupa kesemutan dan rasa lemah. Pada pasien dengan neuropati otonom dapat dijumpai gejala yang umumnya berupa mual, rasa kembung, muntah dan diare terutama pada malam hari. (Watts, David. H, 1984) C. Klasifikasi Diabetes Mellitus Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut WHO tahun 1985

8 a. Tipe I Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Pengobatannya tergantung pada insulin. Penderita tipe ini biasanya tidak gemuk dan mudah menjadi koma yang umumnya ditemukan pada dewasa muda dan anak-anak. b. Tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) Pengobatannya tidak tergantung Insulin. Umumnya penderita pada tipe ini gemuk dan mudah menjadi koma. c. Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) Diabetes yang berkaitan dengan kekurangan makanan d. Diabetes Mellitus kehamilan Diketahui pada waktu kehamilan e. Tipe lain, termasuk diabetes dengan sindrom tertentu (Diabetes sekunder) misalnya penyakit pancreas, penyakit hormonal, karena obat atau zat kimia tertentu serta sindrom genetic yang tidak menentu (Tjokroprawiro, Askandar, 1992) B. Patogenesis Diabetes Melitus Diabetes Melitus dapat mengakibatkan hiperglikemia, yaitu suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah tinggi yang merupakan gambaran biokimiawi sentral penyakit Diabetes Mellitus. Hiperglikemia terjadi akibat gangguan pengangkutan glukosa kedalam sel dan akibat pengangkutan glukosa oleh hepar kedalam sirkulasi darah. Bila kadar glukosa diatas 160 mg/dl, tubulus ginjal tidak mampu menyerap kembali semua glukosa

9 yang difiltrasi oleh glomerulus. Ambang ginjal terlewatkan dan timbul glukosuria. Ekskresi glukosa lewat ginjal memerlukan ekskresi air secara bersamaan sehingga menimbulkan diuresis osmotik. Kehilangan peningkatan menyebabkan peningkatan osmolaritas serum yang merangsang pusat haus di hipotalamus. Tiga gejala poli yang klasik pada Diabetes Mellitus (poliuria, polidipsia, dan polipagia) menjadi jelas dengan memperlihatkan sejumlah besar air dan glukosa dari dalam tubuh yang membawa kompensasi bertambahnya rasa lapar serta haus. (Sodeman, 1995) C. Metabolisme Glukosa 1. Sumber glukosa Glukosa didalam tubuh, mempunyai tiga sumber yaitu : a. Makanan Pencernaan dari karbohirat sudah dimulai di mulut dengan pertolongan enzim ptyalin, suatu amilase yang dibuat oleh glandula parotis. Didalam usus kecil hampir semua karbohidrat dipecah dalam tiga heksosa-heksosa yaitu glukosa, fruktosa, dan galatoksa. Glukosa terjadi sebagai berikut : (Karbohidrat di dalam usus kecil di hidrolisir oleh amilase (dikeluarkan bagian eksokrin dari penkreas) menjadi maltosa dengan pertolongan maltosa (suatu enzim dari usus kecil) menjadi glukosa. Ketiga heksosa ini di dalam usus kecil di absorsbsi

10 dan masuk ke peredaran darah. Makanan adalah sumber yang terbesar untuk glukosa. b. Glikogen dari hepar Glikogen ini dapat menjadi glukosa dengan bantuan suatu enzim Phospatase spesifik yakni glukosa fosfatase yang terdapat hanya di dalam hepar. Otot-otot ini tidak mempunyai enzim fosfatase, oleh karena itu glikogen otot tidak dapat berubah menjadi glukosa. Meskipun glikogen hepar yang menjadi glukosa hanya 3-5% dari metabolisme seluruhnya, yang sedikit ini bisa mempunyai arti yang besar dalam keadaan, dimana tubuh membutuhkan glukosa secara mendadak. c. Glukoneogenesa Terjadi terutama di dalam hepar. Glukosa ini di bentuk dari zat-zat karbon yang terbuat dari metabolisme protein, lemak dan karbohidrat. Banyaknya glukosa dari glukoneogenesa ini adalah ±10 x sebanyak glukosa yang dibuat dari glikogen, sehingga glukoneogenesa ini mempunyai arti yang penting dalam metabolisme glukosa. (M.W.Haznam, 1976) Hormon yang berfungsi dalam pengaturan metabolisme glukosa, lemak dan protein antara lain adalah :

11 1. Insulin Insulin adalah suatu polipeptida yang disekresi oleh sel-sel pulau langerhans disintesa sebagai proinsulin yang mengandung dua rantai insulin yang dihubungkan oleh peptida C. Kerja dari hormon insulin ini adalah transport glukosa ke dalam sel-sel tubuh, penyimpanan glukosa, sintesa asam lemak, pengambilan asam amino dan sintesa protein. 2. Glukagon Merupakan hormon yang berperan untuk memobilisasi glukosa dan asam lemak dari tempat penyimpanannya (antara lain hati dan jaringan lemak). 3. Somastotatin Berperan untuk menghambat atau mengatur pengeluaran hormon insulin dan glukagon (Lisyani suromo, 1987) 2. Metode pemeriksaan Glukosa Urin Adanya glukosa dalam urin, dapat diperiksa dengan berbagai cara antara lain : a. Tes Reduksi Benedict Prinsip dari pemeriksaaan ini adalah reaksi oksidasi cupro menjadi cupri oleh glukosa, pemeriksaaan ini mudah dan murah serta dapat secara luas dipakai screening penduduk dalam penyelidikan epidemiologi. Pemeriksaaan ini tidak khas untuk glukosa, Karena dapat positif pada Diabetes Mellitus, glukosa renal (wanita hamil),

12 laktosuria (wanita hamil tri semester III atau laktasi), fruktosuria (misalnya karena banyak minum madu), pentusoria dan karena obatobatan seperti vitamin C, salisilat. b. Tes Enzimatis Dasar tes ini adalah glukosa oksidasi suatu enzim pemecah gula, reaksi ini akan memberikan perubahan warna seperti pada reaksi benedict. Kelebihan tes ini hanya bereaksi dengan gula tunggalnya saja. Sehingga kelemahan seperti reaksi benedict dapat dikurangi, dan tes ini hanya memerlukan waktu singkat. Sedangkan kekurangan dari tes ini bila berada di daerah tropik (lembab) sering terjadi gangguan dalam perubahan warna. Juga didapatkan hasil negatif palsu bila urin mengandung zat-zat produksi seperti vitamin C, keton, dan asam homogentisat. Penilaian semikuantitatif harus benar-benar menuruti petunjuk yang diberikan oleh pembuat carik celup mengenai saat membandingkan warna yang timbul dengan skala warna yang mendampingi carik celup. Dengan tes ini selain dapat diperkirakan jumlah glukosa yang keluar bersama urin, dapat memperkirakan kadar glukosa dalam darah. Ambang ginjal terhadap glukosa berkisar antara 60-180 mg/dl, angka di atas nilai glukosa segera keluar bersama urin,jadi bila : - Reduksi positif satu (+1) : diperkirakan glukosa darah berkisar antara 160-180 mg/dl.

13 - Reduksi positif dua (+2) : diperkirakan glukosa darah berkisar antara 180-250 mg/dl - Reduksi positif tiga (+3) : diperkirakan glukosa darah berkisar antara 250-300 mg/dl. - Reduksi positif empat (+4) : diperkirakan glukosa darah berkisar antara > 300 mg/dl. Jadi hasil pemeriksaan mulai bermakna bila reduksi positif dua. Bila hanya berpegang pada tes di atas, salah satu tafsir sering terjadi pada orang tua, dimana ambang ginjal meninggi karena proses pengerasan pembuluh darah, akibatnya reduksi masih negatif pada kadar glukosa yang tinggi. Untuk mengurangi kesalahan tersebut maka pemeriksaan glukosa darah tetap harus dilakukan.(ranakusuma, 1987) D. Keton Urin 1. Pengertian Keton urin Benda keton adalah asam organik yang terdapat dalam tubuh manusia yang terdiri dari asam asetoasetat, asam betahidroksibutirat dan aseton. Peningkatan benda keton mengakibatkan penumpukan benda keton dalam darah yang disebut ketosis. Ketosis merupakan salah satu komplikasi pada Diabetes Mellitus oleh karena keasaman tubuh akibat menurunnya Ph darah. Untuk membuang kelebihan benda keton, maka benda keton diekskresikan ke dalam urin (ketonuria). Ginjal memerlukan banyak cairan untuk membuang kelebihan benda keton, akan ditarik cairan dari sel yang

14 mengakibatkan terjadinya dehidrasi seluler yang berakibat kematian (Ganong, 1983) 2. Metode Pemeriksaan Keton Urin a. Metode Rothera Prinsip pemeriksaan Natrium nitroprussida dalam suasana alkalis dapat mereduksi aseton dan asam asetoasetat menghasilkan warna ungu Keuntungan tes Rothera adalah tes ini peka sekali terhadap aseton dan asam asetoasaetat, kepekaanya terhadap aseton adalah 1 : 20.000, terhadap asam asetoasaetat 1 : 400.000, sedangkan asam beta hidroksibutirat tidak dinyatakan dalam reaksi ini. Kerugian tes ini adalah waktunya yang agak lama, masih perlu mencampur reagen sendiri. b. Metode Gerhardt Prinsip pemeriksaan Ion ferri chlorida bereaksi dengan asam asetoasetat membentuk zat warna merah anggur port (warna merah coklat). Keuntungan metode ini adalah kepekaanya terhadap asetoasetat 1 : 1.000, namun jauh kurang peka dibanding reaksi rothera. Kerugiannya kurang teliti bila dibandingkan dengan metode Rothera dan sering terjadi positif palsu, tidak peka terhadap aseton dan asam beta hidroksibutirat.

15 c. Metode Carik Celup Prinsip pemeriksaan Natrium nitroprussida dalam suasana alkalis dapat mereduksi asam asetoasetat dan aseton menghasilkan warna ungu. Keuntungan dari metode ini adalah cara kerja yang lebih cepat, tidak perlu mencampur reagen dan mudah dilakukan. Kerugiannya adalah apabila digunakan untuk satu kali pemeriksaan harganya cukup mahal (Gandasoebrata, 1999). E. Hubungan benda keton dengan penderita Diabetes Mellitus Pemeriksaan keton urin sangat diperlukan pada penderita Diabetes Mellitus karena untuk mengetahui keadaan metabolik tubuh. Adanya keton dalam urin menunjukkan terjadinya ketoasidosis. Penderita Diabetes Mellitus yang rentan terhadap ketosis adalah Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) atau Diabetes Mellitus Tipe 1 dan Diabetes Mellitus kehamilan. a. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) Apabila penderita DMTI hiperglikemianya parah dan melebihi ambang ginjal, maka timbul glukosuria. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia), karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan

16 timbul sebagai akibat kehilangan kalori, pasien mengeluh lelah dan mengantuk. Penderita sering memperlihatkan gejala tersebut selama beberapa hari atau beberapa minggu. Penderita dapat menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal apabila tidak segera mendapatkan pengobatan. Biasanya diperlukan terapi insulin untuk mengontrol metabolisme dan umumnya penderita peka terhadap insulin. b. Diabetes Kehamilan (GDM) Diabetes kehamilan adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau mulai diketahui selama pasien hamil. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon disertai pengaruh metaboliknya terhadap toleransi glukosa, Maka kehamilan memang merupakan keadaan diabetogenik. Pasien-pasien yang mempunyai predisposisi diabetes mungkin akan memperlihatkan intoleransi glukosa atau manifestasi klinis diabetes pada kehamilan. Wanita yang menderita diabetes cenderung mengalami abortus spontan., kematian janin, ukuran janin besar, dan bayi prematur dengan insidens sindrom distres pernafasan yang tinggi, serta malformasi janin. Koma dan kematian akibat ketoasidosis saat ini jarang terjadi, karena pasien maupun tenaga kesehatan telah menyadari potensi bahaya komplikasi ini dan pengobatan ketoasidosis dapat dilakukan sedini mungkin. Apabila hasil pemeriksaan keton urin pada penderita Diabetes Mellitus adalah positif (+), maka pasien tersebut tergolong kronik, karena ketoasidosis dapat menyebabkan koma dan kematian (A,Price, Sylvia, 2000).