BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam ruang domestik (rumah tangga). 1. kekerasan yang menimpa kaum perempuan (istri) 3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

Majalah Hukum Forum Akademika

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

BAB I PENDAHULUAN. tegas dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. An-nisa, ayat 13 surah Al Hujurat, ayat surah As-Syura, ayat 45 surah An Najm dan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Karakteristik Warga Desa Panggungharjo. a. Hasil penelitian ini menggambarkan karakteristik warga Desa

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

I. PENDAHULUAN. komunitas sosial. Seringkali tindakan kekerasan ini disebut hidden crime (kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

Bentuk Kekerasan Seksual

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan mempunyai nilai kira-kira sama dengan separuh nilai agama. 3

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. tangga itu. Biasanya, pelaku berasal dari orang-orang terdekat yang dikenal

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 4. Bentuk sanksi yang dijatuhkan oleh hakim dalam perkara kekerasan dalam

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat dan agama. Contoh nyata dari penerapan aturan dan /atau

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan-hubungan, nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SUAMI SEBAGAI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN OLEH ISTRI

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

I. PENDAHULUAN. Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

ra>hmatan lil alami>n (rahmat bagi alam semesta). Dan salah satu benuk rahmat

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

PENELITIAN KAJIAN WANITA

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Nama : Aninda Candri L. NIM : Nama Kelompok : D Nama Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Kontek Penelitian Kekerasan terhadap sesama manusia seakan tidak mengenal ruang dan waktu. Kekerasan bukan saja terjadi dalam ruang publik, tetapi juga terjadi dalam ruang domestik (rumah tangga). 1 Akhir-akhir ini kekerasan dalam masyarakat tampak semakin meningkat. 2 Tindakan kekerasan dalam masyarakat sebenarnya bukan suatu hal yang baru. Namun, yang menarik perhatian publik adalah kekerasan yang menimpa kaum perempuan (istri) 3 karena sifat dan dampaknya luas bagi kehidupan kaum perempuan. 4 Kekerasan jenis ini mempunyai akar yang dalam pada faktor budaya yang menempatkan perempuan pada posisi yang timpang dalam hubungannya dengan lakilaki. 5 Tindak kekerasan dominan yang pernah dialami perempuan Indonesia adalah kekerasan di ranah domestik atau kekerasan dalam rumah tangga seperti penganiayaan, perkosaan, pelecehan atau suami berselingkuh. 6 Teori Relasi kekuasaan dari M. Foucault, kekerasan dalam rumah tangga ini boleh jadi, disebabkan oleh persepsi suami, bahwa dia sebagai 1 La Jamaa, dan Hadidjah, Hukum Islam dan Undang-undang Anti Kekerasan dalam Rumah Tangga, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2008), hal. 1. 2 Moerti Hadiarti Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis- Viktimologis, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal. 7. 3 Ibid., hal. 1. 4 La Jamaa, dan Hadidjah, Hukum Islam, hal. 85. 5 Moerti Hadiarti Soeroso, Kekerasan, hal. 7. 6 La Jamaa, dan Hadidjah, Hukum Islam, hal. 3.

2 kepala keluarga yang mempunyai kekuasaan terhadap istri dan anakanaknya. Karena merasa berkuasa terhadap anggota keluarganya, ia pun merasa berkuasa melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Banyak suami yang tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhan (sandang pangan) anggota keluarga, sehingga anak istrinya menjadi terlantar. 7 Budaya patriarki dan ideology gender berpengaruh juga terhadap ketentuan di dalam Undang-undang Perkawinan yang membedakan peran laki-laki sebagai kepala rumah tangga dan perempuan sebagai ibu rumah tangga (Pasal 31 UUP) yang menimbulkan pandangan dalam masyarakat seolah-olah kekuasaan laki-laki sebagai suami sangat besar sehingga dapat memaksakan semua kehendaknya, termasuk melalui kekerasan. Kondisi ini menimbulkan akibat kekerasan dan pelanggaran terhadap hak-hak perempuan yang terjadi di dalam ruang lingkup privat/domestik ini, tidak pernah dianggap sebagai masalah pelanggaran hak asasi manusia. Padahal, kekerasan dalam rumah tangga sebenarnya juga merupakan kejahatan terhadap individu dan masyarakat yang pelakunya seharusnya dapat dipidana, tetapi hal ini sulit ditangani (pihak luar) karena dianggap sebagai urusan internal suatu rumah tangga. Anggapan bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan urusan rumah tangga timbul dari karena terikat di dalam perkawinan yang merupakan lingkup perdata. 8 Sebagian masyarakat masih menganggap kekerasan dalam rumah tangga bukan perbuatan pidana, tetapi merupakan 7 Ibid., hal. 1-3. 8 t.p., Perempuan dan Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga, (t.t.p., PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 3-4.

3 aib yang harus ditutupi. Dengan demikian, baik korban sendiri maupun keluarga membiarkan tindak kekerasan tersebut terjadi. 9 Komisi Nasional (Komnas) Perempuan memarkan catatan tahunan tentang kekerasan terhadap perempuan menunjukkan peningkatan jumlah kasus secara konsisten dan signifikan. Alasan lainnya adalah KDRT memiliki keunikan dan kekhasan karena kejahatan ini terjadi dalam lingkup rumah tangga dan berlangsung dalam hubungan personal yang intim, yaitu antara suami dan isteri, orang tua dan anak atau antara anak dengan anak atau dengan orang yang bekerja di lingkup rumah tangga yang tinggal menetap. 10 Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam interaksi sosial dengan kelompoknya. 11 Keluarga sebagai tempat di mana watak dan kepribadian anak akan terbentuk menjadi sangat strategis dalam upaya membangun relasi sosial gender yang adil dalam konteks pergaulan di masyarakat yang lebih luas harus dimulai dari lingkup kehidupan keluarga. 12 9 Moerti Hadiarti Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis- Viktimologis, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal. 36. 10 Hamidah Abdurrachman, Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam Putusan Pengadilan Negeri Sebagai Implementasi Hak-hak Korban, dalam http://law.uii.ac.id/images/stories/jurnal%20hukum/7%20hamida%20abdurrahman.pdf, diakses tanggal 21 April 2014. 11 Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender (Rekonstruksi Teologis, Yuridis, dan Sosiologis), Purwokerto: Pusat Studi Gender (PSG) STAIN Purwokerto, 2006), hal. 44. 12 Ibid., hal. 48.

4 Keluarga terbentuk melalui perkawinan, di dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang dasar perkawinan, dalam pasal 1 menjelaskan bahwa: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 13 Apabila akad nikah telah berlangsung dan sah memenuhi syarat rukunnya, maka akan menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akan menimbulkan pula hak dan kewajibannya selaku suami istri dalam keluarga. 14 Hal ini pun dijelaskan dalam Undang-undang No.1 tahun 1974 pada Bab VI mengenai hak dan kewajiban suami-istri dalam pasal 30-34. 15 Dalam ketentuan umum Kompilasi Hukum Islam (KHI) BAB XII, dijelaskan pula mengenai hak dan kewajiban suami istri, dalam Pasal 77 ayat 1-ayat 5. 16 Namun, fenomena yang terjadi di tengah masyarakat kadang berbicara lain, perkawinan yang diharapkan adanya rasa saling mencintai, saling menghormati, setia dan memberikan bantuan lahir batin serta kewajiban suami untuk melindungi istrinya ternyata harus kandas ditengah jalan karena permasalahan dalam keluarga. Salah satunya adalah kekerasan dalam rumah tangga yang merupakan suatu permasalahan dalam 13 Abdul Manan, dan M. Fauzan, Pokok-pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 149. 14 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 155. 15 Abdul Manan, dan M. Fauzan, Pokok-pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 157. 16 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 157.

5 keluarga untuk mempertahankan sebuah keluarga. Seolah-olah kekerasan yang dialami istri selama ini merupakan hal biasa dalam relasi suami istri. Bahkan muncul sebuah legitimasi bahwa suami boleh memukul istri yang dianggap nuzyus, sesuai dengan tekstual ayat Al-Qur an surah an-nisa ayat 34: Artinya: Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. 17 Memperhatikan ketentuan ayat nusyuz di atas, tindakan pemukulan jelas merupakan alternatif terakhir ketika upaya memberi nasihat (mauidzah) dan pisah ranjang tidak cukup untuk membuat istri taat kepada suami dan menyadari kesalahannya. 18 Demikian pula hadist yang memuat informasi, yang sering dijadikan pembenaran bagi sebagian suami untuk sesuka hatinya meminta 17 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an dan Terjemahannya, (Surabaya: Mahkota, 1990), hal. 119. 18 Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender (Rekonstruksi Teologis, Yuridis, dan Sosiologis), (Purwokerto: Pusat Studi Gender (PSG) STAIN Purwokerto, 2006), hal.146-147.

6 hubungan seksual, dengan tanpa mempertimbangkan kesiapan istrinya. Diantaranya adalah: Artinya: Dan berkata Abdullah Ibnu Mas ud r.a.: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Mana saja dari seorang perempuan yang diajak suaminya untuk melakukan hubungan seksual, kemudian ia menunda-nunda sampai suami tertidur, maka ia akan dilaknat. Makna hadist ini perlu dikaji secara mendalam sehingga tidak disalahgunakan untuk melegitimasi tindak kekerasan seksual seorang suami terhadap istrinya. Tingginya egoisme laki-laki untuk menaklukkan perempuan menyebabkan terjadinya pemaksaan. Padahal seorang istri tidak selamanya sehat dan siap melayani kebutuhan seksual suami. Sehingga istri yang mendapat perlakuan tidak manusiawi sulit untuk mendapatkan perlindungan hukum. Rumah tangga seharusnya adalah tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. 19 Tujuan perkawinan dalam Islam untuk memelihara moral dan kesucian serta cinta dan kasih sayang yang abadi. Idealnya seorang istri mendapat perlindungan serta kasih sayang dari suaminya, dan bukan kekerasan. 20 Namun, pada kenyataannya, justru banyak rumah tangga menjadi tempat penderitaan dan penyiksaan karena terjadi tindakan kekerasan. 19 t.p., Perempuan dan Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga, (t.t.p., PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 1. 20 La Jamaa, dan Hadidjah, Hukum Islam dan Undang-undang Anti Kekerasan dalam Rumah Tangga, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2008), hal. 8.

7 Secara umum kekerasan terhadap perempuan hanya diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), di bab tentang Kejahatan terhadap Kesusilaan. Kejahatan jenis ini diperlakukan sama dengan kejahatan jenis lainnya (digolongkan ke dalam tindak pidana umum). Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari pihak aparat hukum masih kurang peduli atas masalah kekerasan terhadap perempuan termasuk kekerasan dalam rumah tangga. 21 Lahirnya Undang-undang No. 23 tahun 2004 ini dilandasi oleh berbagai pertimbangan, antara lain bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan. Disahkannya Undang-undang No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga merupakan momen sejarah bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi kaum perempuan dan kelompok masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap masalah kekerasan. 22 Dengan memperhatikan realita yang ada bahwasanya kekerasan dalam rumah tangga masih banyak terjadi ditengah masyarakat, dan hal ini juga terutama mengarah kepada bagaimana sikap istri itu sendiri terhadap pemukulan yang dilakukan oleh suaminya terhadapnya. Hal inilah yang mendorong saya sebagai penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Sikap Perempuan Korban KDRT (Study Kasus Di Desa Karangbendo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar). 21 Moerti Hadiarti Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis- Viktimologis, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal. 6-7. 22 Ibid., hal. 64-65.

8 B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah disebutkan di atas. Pokok pembahasan pada skripsi ini akan difokuskan pada tinjauan mengenai sikap perempuan korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) baik ditinjau dari hukum Islam maupun hukum positif. Dalam hukum positif di Indonesia, tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga di atur dalam Undang-undang No. 23 tahun 2004, dan akan di komparasikan dengan hukum Islam. Adapun permasalahan yang akan diteliti, sebagai berikut: 1. Bagaimanakah sikap istri/perempuan (yang menjadi korban KDRT) terhadap pemukulan yang dilakukan oleh suaminya? 2. Apa yang menjadi faktor/alasan suami sering melakukan tindakan kekerasan terhadap istrinya? 3. Apa yang menjadi alasan istri (korban KDRT) untuk tetap mempertahankan keutuhan perkawinan? C. Tujuan Penelitian Dari permasalahan-permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana sikap istri / perempuan yang dipukuli oleh suaminya 2. Untuk mengetahui faktor/alasan suami sering melakukan tindakan kekerasan terhadap istrinya 3. Untuk mengetahui alasan istri (korban KDRT) untuk tetap mempertahankan keutuhan perkawinan

9 D. Kegunaan Hasil Penelitian Beranjak dari tujuan penelitian diatas, maka penulis membagi menjadi dua macam kegunaan hasil penelitian/manfaat penelitian, yaitu: 1. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada: a. Bagi Peneliti Agar penulis/peneliti dapat memberikan pengalaman berfikir ilmiah melalui penyusunan dan penulisan Skripsi, sehingga dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan menambah wawasan dalam hal KDRT yang dapat ditinjau dari Undang-undang dan Hukum Islam. b. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pengembangan keilmuan yang diharapkan dapat diambil manfaatnya oleh pembaca serta referensi penelitian selanjutnya, dan memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga ditinjau dari Undang-undang dan hukum Islam, dan untuk pihak yang diteliti (korban KDRT) dapat memberikan saransaran dan masukan diharapkan agar lebih terbuka mengenai permasalahan yang ada didalam rumah tangganya. c. Bagi Akademis Hasil penelitian/kajian ini dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan atau bahan rujukan dalam mengembangkan karya-karya

10 ilmiah bagi insan akademis, baik di kalangan IAIN Tulungagung maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan. 2. Manfaat Teoritis Bagi bidang akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama mengenai hukum Islam dan hukum Positif (Undang-undang). E. Penegasan Istilah 1. Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajek, yang disertai dengan perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. 23 Sikap dipengaruhi oleh kepercayaan seseorang tentang kemungkinan konsekuensi perilaku dan evaluasi positif atau negatif tiap hasilnya. 24 2. Rumah tangga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat yang terbentuk karena adanya ikatan perkawinan. Biasanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak. 3. KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga) menurut UU No. 23 Tahu 2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk 64. 23 Bimo Walgito, Teori-teori Psikologi Sosial, Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2011), hal. 24 Ibid., hal. 66.

11 ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hokum dalam lingkup rumah tangga. 4. Korban adalah orang yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga. 25 F. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi atau disebut juga dengan sistematika pembahasan adalah salah satu isi proposal (rancangan penelitian) yang isinya memaparkan ruang lingkup penulisan karya akhir akademis secara deskriptif sehingga antara satu bagian dan bagian lainnya saling terkait. Penyusunan sistematika pembahasan ini sebagai pedoman sementara bagi kita untuk menyusun laporan kita nantinya bisa lebih terarah dan lebih fokus. 26 Untuk memudahkan penulisan dalam skripsi ini, maka perlu disusun sistematika pembahasan. Adapun sistematika yang akan diuraikan adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan. Dalam bab pendahuluan ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan metode penelitian yang terdiri dari: a. Pola/jenis penelitian, b. Lokasi penelitian, c. Kehadiran peneliti, d. Sumber data, e. Teknik pengumpulan data, f. Teknik analisis data, g. Pengecekan 25 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi, dan Bantuan Kepada Saksi dan Korban, (Yogyakarta: Laksana, 2013), hal. 9-10. 26 Ibid., hal. 281.

12 keabsahan temuan/data, h. Tahap-tahap penelitian, i. Sistematika penulisan skripsi. Bab II: Tinjaun pustaka. Pada bab ini akan dideskripsikan mengenai tinjauan pandangan hukum Islam dalam hal KDRT yang di paparkan dalam ayat-ayat al-qur an terutama Al-Qur an surat An-Nisa ayat 34 dan tinjauan mengenai UU No. 23 tahun 2004 tentang PKDRT. Bab III: Metode penelitian. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode pendekatan, spesifikasi penelitian, lokasi penelitian, metode pengumpulan data, dan analisis data. Bab VI: Hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini di uraikan mengenai hasil penelitian (analisis) dan pembahasan mengenai pemahaman perempuan korban KDRT yang beragama Islam tentang pemukulan yang dilakukan oleh suami. Bab V: Penutup. Pada bab ini berisi pembahasan dengan memberikan kesimpulan dan saran.