PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN ROUGHING FILTER UPFLOW DENGAN MEDIA PECAHAN GENTENG BETON

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

PENGARUH ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER DALAM PENGOLAHAN AIR MINUM DENGAN AIR BAKU DARI INTAKE KARANG PILANG TERHADAP PARAMETER FISIK

PENGOLAHAN AIR BAKU DARI AIR KALI MAS SURABAYA DENGAN ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER TREATMENT OF RAW WATER FROM KALI MAS SURABAYA USING

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN HORIZONTAL ROUGHING FILTER DENGAN MEDIA ANTRASIT DAN PENAMBAHAN KOAGULAN

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

PENGARUH ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER DALAM PENGOLAHAN AIR MINUM DENGAN AIR BAKU DARI INTAKE KARANGPILANG TERHADAP PARAMETER KIMIA

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

PENGARUH PENAMBAHAN GEOTEKSTIL PADA UNIT SLOW SAND FILTER UNTUK MENGOLAH AIR SIAP MINUM

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

PENINGKATAN KUALITAS AIR PDAM MENGGUNAKAN GERABAH DENGAN LARUTAN PERAK NITRAT (STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN)

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH

Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

PENGARUH ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER DALAM PENGOLAHAN AIR MINUM DENGAN AIR BAKU DARI INTAKE KARANGPILANG TERHADAP PARAMETER BIOLOGIS

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

Kajian Pengolahan Air Gambut Dengan Upflow Anaerobic Filter dan Slow Sand Filter. Oleh: Iva Rustanti Eri /

PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN MEDIA FILTER BATU APUNG

Pengaruh Ketebalan Media dan Rate filtrasi pada Sand Filter dalam Menurunkan Kekeruhan dan Total Coliform

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

3 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

Resirkulasi Air Tambak Bandeng Dengan Slow Sand Filter

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

TSS dari sumber air baku air permukaan dengan menggunakan horizontal flow

Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.

DIAGRAM ALIR 4. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

PENERAPAN METODE FILTER CORING DALAM EVALUASI KINERJA FILTER CEPAT PADA PDAM SIDOARJO

Dosen Pembimbing: Prof. DR. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc

PEMULIHAN KUALITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MEMBANDINGKAN REAKTOR BIOFILTER DAN SLOW SAND FILTER. Oleh : Satria Pratama Putra Nasution

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

ANALISIS KINERJA AERASI, BAK PENGENDAP, DAN BIOSAND FILTER SEBAGAI PEREDUKSI COD, NITRAT, FOSFAT DAN ZAT PADAT PADA BLACK WATER ARTIFISIAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

Available online Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh : Aisyah Rafli Puteri Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

KAJIAN INTERMITTENT SLOW SAND FILTER SKALA RUMAH TANGGA UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS AIR PDAM Dwi Ermawati Rahayu ABSTRAK

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya)

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

PEMERIKSAAN KEKERUHAN DARI AIR RESERVOIR PADA PDAM TIRTANADI INSTALASI SUNGGAL MEDAN TUGAS AKHIR OLEH: PUJI NURANI NIM

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BAKU DI PDAM NANGA PINOH KABUPATEN MELAWI

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA

PENGGUNAAN FILTER TEMBIKAR UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS AIR TANAH DANGKAL DEKAT SUNGAI (STUDI KASUS AIR SUMUR DEKAT SUNGAI KALIMAS, SURABAYA)

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Optimasi Penggunaan Koagulan Dalam Proses Penjernihan Air

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 2, Juni 2011, Halaman ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

Kajian Efektivitas Aerator dan Penambahan Kapur serta Slow Sand Filter dalam menurunkan kadar Besi air tanah.

Hardini, I. 1) Karnaningroem, N. 2) 1) Mahasiswi Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP ITS Surabaya,

DESAIN SARINGAN PASIR LAMBAT PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH (IPAB) KOLHUA KOTA KUPANG. Sudiyo utomo 1 Tri. M. W. Sir 2 Albert Sonbay 3 ABSTRACT

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV METODE PENELITIAN

INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

Pendahuluan. Peningkatan jumlah penduduk Kebutuhan akan air bersih Kondisi IPAM yang kurang ideal Evaluasi IPAM

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

3. METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI TEPAT GUNA SEBAGAI PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DAERAH BENCANA BANJIR APPROPRIATE TECHNOLOGY FOR WATER SUPPLY IN FLOOD DISASTER AREA

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

EFEKTIFITAS UNIT SLOW SAND FILTER DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN, SALINITAS, TDS SERTA COD PADA PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR BERSIH

RESERVOIR 14. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM PDAM SURABAYA (STUDI KASUS: PDAM NGAGEL II SURABAYA)

Transkripsi:

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN ROUGHING FILTER UPFLOW DENGAN MEDIA PECAHAN GENTENG BETON Dito Widha Hutama dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya-60111 E-mail: ditohutama87@gmail.com ABSTRAK Air baku yang digunakan PDAM Sidoarjo untuk memenuhi kebutuhan Air Minum di Sidoarjo menggunakan air sungai Buduran. Tingkat kekeruhan dari sungai tersebut bervariasi pada saat musim hujan kekeruhan tertinggi mencapai 2175 NTU dan pada musim kemarau kekeruhan terendah 50 NTU. PDAM Sidoarjo memiliki 2 unit IPA dengan menggunakan Ultrafiltrasi (UF) dan Koagulasi-Flokulasi dimana pada saat kekeruhan tinggi tersebut kinerja UF tidak optimal dan pada koagulasi-flokulasi membutuhkan bahan kimia yang banyak. Oleh karena itu diperlukan suatu unit pengolahan pendahuluan untuk dapat menurunkan kekeruhan tersebut dengan menggunakan Roughing Filter Upflow dengan media pecahan genteng beton. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwaefisiensi removal kekeruhan untuk kecepatan filtrasi 1m/jam dan 2m/jam berturut-turut untuk kekeruhan tinggi 88,85% dan 86,03%, untuk variasi kekeruhan rata-rata secara untuk kecepatan filtrasi 1m/jam dan 2m/jam berturut-turut 83,24% dan 79,87% dan untuk penurunan zat organik dengan kekeruhan tinggi untuk kecepatan filtrasi 1m/jam dan 2m/jam secara berturut-turut adalah 80,61% dan 90,27% sedangkan unutk kekeruhan rata-rata dengan kecepatan filtrasi yang sama adalah 40,51% dan 29,68%. Kata kunci: Roughing Filter Upflow, pecahan genteng beton, kekeruhan dan zat organik PENDAHULUAN Salah satu parameter fisik yang diukur untuk air minum adalah kekeruhan. Kekeruhan yang dijinkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar 5 NTU. Air baku yang digunakan PDAM Sidoarjo untuk memenuhi kebutuhan Air Minum di Sidoarjo menggunakan air sungai Buduran. Pengolahan air baku tersebut oleh PDAM Sidoarjo menggunakan unit Ultrafiltrasi dan Koagulasi-Flokulasi dimana masing-masing unit tersebut memiliki kekurangan. Kekurangan yang dimiliki unit ultrafiltrasi tersebut yaitu hanya mampu mengolah dengan baik apabila kekeruhan yang masuk ke unit tersebut maksimal 600 NTU sedangkan pada unit koagulasi-flokulasi masih menggunakan bahan kimia, semakin tinggi kekeruhan semakin banyak bahan kimia yang dipakai. Masalah yang dihadapi pada proses tersebut adalah kekeruhan yang ada pada sungai Buduran fluktuatif pada saat hujan kekeruhan tertinggi dapat mencapai 2175 NTU (gambar 1.1) dan terendah 50 NTU pada saat musim kemarau. Oleh karena itu diperlukan pengolahan tambahan untuk menurunkan kekeruahan tersebut agar proses pengolahan pada unit ultrafiltrasi berjalan dengan baik. Tambahan unit pengolahan tersebut digunakan unit roughing filter yang dapat menurunkan kekeruhan yang tinggi tanpa menggunakan bahan kimia serta media yang digunakan roughing filter adalah bahan-bahan yang sifatnya kasar seperti batu, pecahan beton, dan sebagainya. Sehingga digunakan pecahan genteng beton karena mudah didapat dan harganya yang cukup terjangkau. D-5-1

Kekeruhan yang terjadi di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi (tidak larut), seperti lempung, lumpur, zat organik, plankton, dan zat-zat halus lainnya. Kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya (Anshori, 2008). Sedangkan zat organik sendiri dapat disisihkan secara biologi, dengan beberapa variabel yang berpengaruh antara lain oksigen terlarut (DO), waktu kontak, senyawa pengganggu (inhibitor), jenis dan jumlah mikroorganisme pengurai (Bitton, 1994). Roughing filter ini sudah dipakai lebih dari 25 negara di antaranya Argentina, Bolivia, Madagaskar, Ghana, India, Australia, dan sebagainya. Roughing filter kebanyakan digunakan sebagai pengolahan pendahuluan untuk menyisihkan partikel dalam jumlah besar dan lebih sulit untuk menafsirkan peningkatan efisiensi dari pengolahan berikutnya seperti filter lambat (Levine dkk., 1985). Media yang biasanya digunakan dalam roughing filter adalah kerikil dengan diameter yang berbeda beda, pada bagian mukanya menggunakan kerikil dengan diameter besar, pada bagian berikutnya menggunakan kerikil dengan diameter yang lebih kecil, demikian seterusnya. Sehingga pada tiap tiap bagian tersebut menyaring padatan dengan diameter yang berbeda beda pula (Wegelin,1996) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya prosentasi removal kekeruhan dan zat organik yang dapat diturunkan oleh RF dengan media pecahan genteng beton. Genteng beton dipilih karena sifatnya yang kasar seperti pada kerikil dan mudah didapat, genteng yang digunakan pada penelitian ini adalah genteng beton yang belum dilapisi oleh cat. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini parameter yang akan dianalisa adalah kekeruhan dan zat organik. Variasi dari penelitian ini adalah kecepatan filtrasi dan tingkat kekeruhan air baku. Untuk variasi kecepatan filtrasi digunakan 2 m/jam dan 1 m/jam, sedangkan untuk tingkat kekeruhan digunakan 2175 NTU dan 800 NTU dengan deviasi kesalahan 10%. Kekeruhan yang digunakan merupakan kekeruhan buatan yang berasal dari lumpur pengendapan IPA ngagel I tanpa kandungan Al yang kemudian dikeringkan dan ditumbuk hingga menjadi serbuk. Dibutuhkan 3 kg serbuk lumpur yang dicampur dengan 50 liter air untuk mencapai kekeruhan 2175 NTU. Analisa yang akan digunakan untuk menganalisa kekeruhan adalah dengan menggunakan alat turbidity meter, sedangkan untuk analisis zat organik menggunakan metode nilai permanganat. Reaktor yang akan digunakan berukuran 120 cm x 30 cm x 100 cm, reaktor tersebut dibagi menjadi 3 kompartemen dengan ukuran 30 x 30 cm 2, reaktor tersebut menggunakan bahan acrylic dengan ketebalan acrylic 0,8 cm. Reaktor tersebut berisi media yang berasal dari pecahan genteng beton dengan ukuran lolos ayakan 4, 6 dan 8: Kompartemen I : lolos ayakan 8 (15-20 mm) Kompartemen II : lolos ayakan 6 ( 21-30 mm) Kompartemen III : lolos ayakan 4 (35-40 mm) D-5-2

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisa Kekeruhan Gambar 1 Design Reaktor RF Untuk mengetahui dampak dari media terhadap penurunan kekeruhan, maka diambil sample setiap jam selama 4 jam berturut-turut. Dilakukan selama 4 jam karena adanya keterbatasan sumber air baku yang digunakan. Dari hasil penelitian didapat bahwa pada kecepatan filtrasi yang lebih kecil yaitu 1 m/jam menghasilkan effluent yang lebih baik dibandingkan dengan kecepatan filtrasi 2 m/jam, hal ini dikarenakan waktu kontak air terhadap media lebih lama dibanding dengan kecepatan filtrasi 2 m/jam. Tabel 1. Perbandingan Efisiensi Removal RF Kecepatan filtrasi (m/jam) 1 2 Kekeruhan (NTU) Removal 800 83,24% 2175 88,85% 800 79,87% 2175 86,03% Dari tabel diatas dapat diketahui pula bahwa semakin tinggi kekeruhan tingkat removal yang dihasilkan juga semakin besar, karena salah satu penyebab dari kekeruhan adalah adanya zat organik, sehingga zat organik tersebut lebih banyak kontak dan menghasilkan biofilm di media dibandingkan dengan kekeruhan yang lebih kecil (800 NTU). 90 80 70 Removal Kekeruhan rata-rata 1 2 3 4 5 1 m/jam 2m/jam Gambar 2. Removal kekeruhan 800 NTU D-5-3

95 90 85 80 Removal Kekeruhan tinggi 1 2 3 4 1 m/jam 2m/jam Gambar 3. Removal kekeruhan 2175 NTU Pada gambar 3, terlihat bahwa pada saat kecepatan filtrasi 2 m/jam hanya 3 hari, dikarenakan adanya keterbatasan bahan, selain itu pada hari ketiga terjadi declining rate atau penurunan debit aliran, apabila diteruskan akan mengalami clogging, jika hal tersebut terjadi maka yang harus dilakukan adalah melakukan pencucian reaktor hingga bersih. Pencucian dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih secara terus menerus atau menguras reaktor tersebut. Hasil Analisa Zat Organik Biofilm yang telah terbentuk pada media, dapat menurunkan zat organik yang terkandung pada air. Untuk itu diperlukan suatu pengaliran yang continue agar biofilm tersebut dapat terbentuk dan hidup, karena apabila dilakukan secara batch, biofilm tersebut dapat tumbuh tetapi membutuhkan waktu yang lama berbeda apabila dilakukan pengaliran secara continue. Tabel 2. Nilai Permanganat untuk masing-masing kekeruhan dan kecepatan filtrasi Kecepatan filtrasi (m/jam) 1 2 Kekeruhan (NTU) Removal 800 40,51% 2175 80,61% 800 29,68% 2175 90,27% Dari tabel 2. Tersebut didapatkan hasil bahwa semakin kecil kecepatan filtrasi serta semakin tinggi kekeruhan angka removal semakin besar. Hal ini dikarenakan adanya waktu tinggal yang lama. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Efisiensi removal kekeruhan untuk kecepatan filtrasi 1 m/jam dan 2 m/jam berturut-turut untuk kekeruhan tinggi sebesar 88,85% dan 86,03%. 2. Efisiensi removal kekeruhan untuk kecepatan filtrasi 1 m/jam dan 2 m/jam berturut-turut untuk kekeruhan rata-rata sebesar 83,24% dan 79,87%. 3. Efisiensi removal zat organik untuk kecepatan filtrasi 1 m/jam dan 2 m/jam berturut-turut untuk kekeruhan tinggi sebesar 80,61 % dan 90,27 %. 4. Efisiensi removal zat organik untuk kecepatan filtrasi 1 m/jam dan 2 m/jam berturut-turut untuk kekeruhan rata-rata sebesar 40,51 % dan 29,68 %. D-5-4

DAFTAR PUSTAKA Anshori, Ahmad Kali. 2008. Penentuan Kekeruhan pada Air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri. Medan: Universitas Sumatera Utara. Bitton, G. 1994. Watewater Microbiology. New York: Willey-Liss. Levine et al. 1985. In Losleben, Tamar Rachelle. 2008. Pilot Study of Horizontal Roughing Filter in Northern Ghana as Pretreatment or Highly Turbid Dugout Water. Massuchessets : Rice University. Wegelin, Martin. 1996. Surface Water Treatment by Roughing Filters. Switzerland: Swiss Centre for Development Cooperation in Technology and Management (SKAT). D-5-5