Analisis Cluster Studi Kasus: Kabupaten Jepara Jawa Tengah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODUL 6 ANALISIS CLUSTER

Analisis cluster pengorganisasian kumpulan pola ke dalam cluster (kelompok-kelompok) berdasar atas kesamaannya. Pola-pola dalam suatu cluster akan

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster

Analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan Metode Hierarchical Clustering

BAB I PENDAHULUAN. Masalah dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya didasarkan pada

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JEPARA

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

BAB III K-MEDIANS CLUSTERING

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA. Modul II CLUSTERING

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN INDIKATOR DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN METODE MINIMAX LINKAGE

BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. Alasan memilih Ciputra Taman Dayu Pandaan dikarenakan Ciputra Taman Dayu

MATERI PRAKTIKUM PRAKTIKUM 3 ANALISA CLUSTER

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Keadaan Geografis. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara sampai

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X FAKTOR PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DI KABUPATEN DAN KOTAMADYA DI SUMATRA BARAT

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X METODE CLUSTER ANALYSIS

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE

Lampiran 1. Hasil Karakterisasi tiap OTU's

Pertemuan 14 HIERARCHICAL CLUSTERING METHODS

BAB III K-MEANS CLUSTERING. Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode

BAB I PENDAHULUAN. Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE WARD S

APLIKASI ANALISIS CLUSTER DALAM MENGELOMPOKKAN KECAMATAN BERDASARKAN FAKTOR PENYEBAB PENDUDUK BUTA AKSARA DI KABUPATEN JENEPONTO

ANALISIS KARAKTERISTIK POLA BELANJA KELUARGA DENGAN ANALISIS KLASTER

Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016

MATERI PRAKTIKUM PRAKTIKUM 3 ANALISA CLUSTER

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

PENGENALAN APLIKASI STATISTICAL PRODUCT AND SERVICE SOLUTIONS (SPSS)

Perhitungan Uji Keseragaman & Keseragaman Data Menggunakan Excel Nama. Dicatat Oleh: Waktu Penyelesaian (detik)

Memulai SPSS dan Mengelola File

BAB I PENDAHULUAN. 7). Analisis ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis dependensi dan

MODUL 3 ANALISIS FAKTOR

Nomor Case Penunjuk Sel Heading Variable Kotak-kotak Variabel

Cluster Analysis. Hery Tri Sutanto. Jurusan Matematika MIPA UNESA. Abstrak

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA

HIERARCHICAL CLUSTER ANALYSIS TERHADAP PELANGGAN PASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

BAB 2 LANDASAN TEORI

HIERARCHIAL CLUSTERING ANALYSIS DALAM PEMERATAAN PEMBANGUNAN INDONESIA

MODUL 1 UJI DATA ( 1 ) ANALISIS MISSING VALUE & OUTLIER

Analisis Klaster Kecamatan di Kabupaten Semarang Berdasarkan Potensi Desa Menggunakan Metode Ward dan Single Linkage

BAB III ANALISIS III.1 Analisis Konseptual Teknik Pengolahan Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya didasarkan pada

METODE CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS. Oleh : Nengah Widya Utami

Pengenalan SPSS 15.0

II. MENDESKRIPSIKAN DATA 13 Desember 2005

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Modul Pembelajaran SPSS (Statistical Package for the Social Sciences)

PRAKTIKUM 3 ANALISA CLUSTER

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional yang dimaksud yaitu untuk menghindari kesalahan

BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Uji Hipotesis dengan SPSS

Rancangan Percobaan dengan SPSS 13.0 (Untuk kalangan sendiri)

ANALISIS KLASTERING LIRIK LAGU INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

Pengantar Pengolahan Data Statistik Menggunakan SPSS 22. Isram Rasal ST, MMSI, MSc

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini penelitian sering kali melibatkan beberapa variabel

BAB 08 ANALISIS VARIAN 8.1 ANALISIS VARIAN SATU JALAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ANALISIS GEROMBOL CLUSTER ANALYSIS

BELAJAR SPSS. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan cara menginstal terlebih dahulu software SPSS

PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN

STRATEGI PENANGGULANG AN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN

STATISTIK DESKRIPTIF

Mengolah Data Bidang Industri

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTER SKRIPSI

SPSS FOR WINDOWS BASIC. By : Syafrizal

UJI PERSYARATAN ANALISIS DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI. setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan. diharapkan konsumen dengan apa yang dirasakan konsumen ketika

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

KOMBINASI ALGORITMA AGGLOMERATIVE CLUSTERING DAN K-MEANS UNTUK SEGMENTASI PENGUNJUNG WEBSITE

Prediksi Harga Saham dengan ARIMA

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Jepara Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGELO MPOKAN KUALITAS UDARA AMBIEN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN ANALISIS KLASTER

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISI DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DATA EKSPLORATIF MODUL 2 ORGANISASI DAN MENGGUNAKAN DATA DALAM SPSS

STATISTIK DESKRIPTIF

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

STUDI POTENSI PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS IBU KOTA PROVINSI DI PULAU SUMATERA

Transkripsi:

Analisis Cluster Studi Kasus: Kabupaten Jepara Jawa Tengah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan (TKP 34) Dosen Pengampu: Dr. Iwan Rudiarto Widjanarko, S.T., M.T. Sri Rahayu, S.Si, M.Si Anang Wahyu Sejati, S.T., M.T. Disusun oleh: Izzah Khusna 4343 Kelas A- 3 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 5

. Pendahuluan Seringkali sebagai seorang planner memiliki kesulitan dalam melakukan perencanaan terhadap suatu wilayah maupun kota karena wilayah atau kota tersebut terdiri dari beragam karakteristik, baik dari segi topografi, bahaya geologi, tingkat aksesibilitas, hingga ketersediaan sarana dan prasarana. Perencana tersebut harus bisa mengklasifikasikan atau mengelompokkan wilayah satu dengan wilayah lainnya yang memiliki kemiripan dan membentuk kelompok lain jika tidak memiliki kemiripan dengan kelompok sebelumnya. Hal ini ditujukan agar perencanaan yang hendak dilakukan terhadap tiap-tiap kelompok wilayah tersebut bisa sesuai dan seimbang (no missing plan). Jadi, dapat diartikan bahwa dalam melakukan suatu perencanaan, kita tidak bisa sembarang menentukan keputusan karena setiap wilayah (atau kelompok wilayah) membutuhkan penanganan yang berbedabeda sehingga perencanaannya pun harus berbeda. Salah satu alat yang bisa membantu mengambil keputusan adalah Analisis Cluster. Analisis cluster adalah teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan objek-objek/cases berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Analisis cluster mengklasifikasi objek sehingga setiap objek yang memiliki sifat yang mirip (paling dekat kesamaannya) akan mengelompok ke dalam satu cluster (kelompok) yang sama (Hidayat, 4). Karena tujuan analisis cluster adalah mengelompokkan obyek berdasarkan kesamaan karakteristik diantara obyek-obyek tersebut, maka secara logika, cluster yang baik memiliki ciri sebagai berikut:. Homogenitas Internal: kesamaan yang tinggi antar anggota dalam satu cluster (withincluster).. Heterogenitas Eksternal: perbedaan yang tinggi antar cluster yang satu dengan cluster yang lainnya (between-cluster). Beberapa manfaat dari analisis cluster adalah: eksplorasi data pengubah ganda, reduksi data, stratifikasi sampling, prediksi keadaan obyek. Berbeda dengan teknik multivariat lainnya, analisis ini tidak mengestimasi set variabel secara empiris, sebaliknya menggunakan set variabel yang ditentukan oleh peneliti itu sendiri. Fokus dari analisis cluster adalah membandingkan objek berdasarkan set variabel, hal inilah yang menyebabkan para ahli mendefinisikan set variabel sebagai tahap kritis dalam analisis cluster. Set variabel cluster adalah suatu set variabel yang mempresentasikan karakteristik yang dipakai objek-objek. (Ulwan, 4) Anggota cluster untuk tiap penyelesaian/solusi tergantung pada beberapa elemen prosedur dan beberapa solusi yang berbeda dapat diperoleh dengan mengubah satu elemen atau lebih. Solusi cluster secara keseluruhan bergantung pada variabel-variabel yang digunakan sebagai dasar untuk menilai kesamaan. Penambahan atau pengurangan variabelvariabel yang relevan dapat mempengaruhi substansi hasi analisisi cluster. Langkah pengelompokkan dalam analisis cluster mencakup tiga hal: a. Mengukur kesamaan/similarity jarak b. Membentuk cluster secara hierarkis c. Menentukan jumlah cluster Adapun metode pengelompokkan dalam analisis cluster meliputi: A. Metode Hierarki Teknik pengelompokkan yang membentuk konstruksi hirarki atau berdasarkan tingkatan tertentu seperti struktur pohon, sehingga proses pengelompokkan dilakukan secara bertingkat atau bertahap. Dalam metode hirarki cluster terdapat dua tipe dasar

yaitu aglomeratif (pemusatan) dan divisif (penyebaran). Berikut adalah penjelasan keduanya: ) Metode Aglomeratif Dalam metode aglomeratif, setiap obyek atau observasi dianggap sebagai sebuah cluster tersendiri. Dalam tahap selanjutnya, dua cluster yang mempunyai kemiripan digabungkan menjadi sebuah cluster baru demikian seterusnya. Proses berlangsung erus sampai akhirnya terbentuk satu cluster yang terdiri atas semua objek. Dalam aglomeratif ada tujuh metode yang digunakan berdasarkan prinsip kemiripan antar objek dalam bentuk jarak, antara lain: a. Single Linkage Prinsip yang digunakan adalah aturan jarak minimum dalam pembentukan cluster b. Complete Linkage Merupakan kebalikan dari pendekatan single linkage. Prinsip yang digunakan adalah aturan jarak maksimum/terjauh objek c. Average Linkage Between Group Method Jarak antara dua cluster yang digunakan adalah jarak rata-rata antara semua pasangan objek yang mungkin dari dua buah cluster d. Average Linkage Within-Group Method Merupakan variasi UPGMA. Perbedaannya terletak pada cara pembentukan cluster sehingga jarak rata-rata antar cluster adalah yang terkecil. Metode ini memperhitungkan jarak rata-rata semua pasangan objek yang terdapat dalam dua cluster. e. Ward s Error Sum of Squares Method Pembentukan cluster yang didasari oleh hilangnya informasi akibat penggabungan objek antar cluster. f. Centroid Method Jarak antara dua buah cluster sebgai jarak antara rataan tiap cluster (centroid) terhadap variabel g. Median Method Mirip dengan centroid, perbedaannya adalah perhitungan rataan tiap cluster tidak memperhitungkan ukuran suatu cluster. ) Metode Divisif Metode divisif merupakan kebalikan dari metode sebelumnya, yaitu beranjak dari sebuah cluster besar yang terdiri dari semua obyek atau observasi. Selanjutnya, obyek atau observasi yang paling tinggi nilai ketidakmiripannya kita pisahkan demikian seterusnya sehingga akan terdapat n buah cluster yang berisikan hanya satu objek atau n buah cluster yang diinginkan. B. Metode Non-Hirarki Kebalikan dari metode hirarki, metode non-hirarki tidak meliputi proses treelike construction. Justru menempatkan objek-objek ke dalam cluster sekaligus sehingga terbentuk sejumlah cluster tertentu. Langkah pertama adalah memilih sebuah cluster sebagai inisial cluster pusat, dan semua objek dalam jarak tertentu ditempatkan pada cluster yang terbentuk. Kemudian memilih cluster selanjutnya dan penempatan dilanjutkan sampai semua objek ditempatkan. Objek-objek bisa ditempatkan lagi jika jaraknya lebih dekat pada cluster lain daripada cluster asalnya. Metode non-hirarki

berkaitan dengan K-means clustering. Terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk menempatkan masing-masing observasi pada satu cluster, antara lain: a. Sequential Threshold Metode Sequential Threshold memulai dengan pemilihan satu cluster dan menempatkan semua objek yang berada pada jarak tertentu ke dalamnya. Jika semua objek yang berada pada jarak tertentu telah dimasukkan, kemudian cluster yang kedua dipilih dan menempatkan semua objek yang berjarak tertentu ke dalamnya. Kemudian cluster ketiga dipilih dan proses dilanjutkan seperti yang sebelumnya. b. Parallel Threshold Merupakan kebalikan dari pendekatan yang pertama yaitu dengan memilih sejumlah cluster secara bersamaan dan menempatkan objek-objek kedalam cluster yang memiliki jarak antar muka terdekat. Pada saat proses berlangsung, jarak antar muka dapat ditentukan untuk memasukkan beberapa objek ke dalam cluster-cluster. Juga beberapa variasi pada metode ini, yaitu sisa objek-objek tidak dikelompokkan jika berada di luar jarak tertentu dari sejumlah cluster. c. Optimization Metode ketiga adalah serupa dengan kedua metode sebelumnya kecuali bahwa metode ini memungkinkan untuk menempatkan kembali objek-objek ke dalam cluster yang lebih dekat.. Studi Kasus Kabupaten Jepara memiliki 6 kecamatan yang baik secara fisik maupun non-fisik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Seiring berkembangnya sektor industri dan jasa membuat jumlah penduduk semakin bertambah dan kebutuhan hidup yang meningkat. Sayangnya ketersediaan sarana dan prasarana tampaknya belum cukup memadai. Oleh karena itulah, untuk merencanakan pembangunan sarana dan prasarana di tiap-tiap kecamatan, salah saunya diperlukan analisis cluster yang akan membantu pengelompokkan kecamatan yang sekiranya membutuhkan penanganan yang sama dan berbeda. Variabel yang digunakan untuk pengelompokkan adalah luas wilayah, kepadatan penduduk, jumlah sarana pendidikan, dan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku. Berikut adalah data yang akan diolah: Tabel I. Variabel Analisis Cluster Kabupaten Jepara (Tahun 3) KECAMATAN KEDUNG PECANGAAN KALINYAMATAN WELAHAN MAYONG NALUMSARI BATEALIT TAHUNAN JEPARA MLONGGO PAKIS AJI BANGSRI Luas Wilayah (km²) 43.6 35.88 3..64 65.4 56.9 88.88 38.9 4.6 4.4 6.55 85.35 Kepadatan Penduduk (jiwa/km) 8 66 64 63 33 5 95 85 3438 946 959 5 Sarana Pendidikan Laju Pertumbuhan PDRB ADHB (%) 9 85 8 4 95 6 5 4 43 9.5.3.6. 4. 3.6 3. 9.33.98..39.94

KEMBANG 8. 63 4.5 KELING 3. 488 9.6 DONOROJO 8.64 499.68 KARIMUNJAWA. 3.3 Total 4.3 453 58 86.4 Sumber: Jepara Dalam Angka 4 (Bappeda Kabupaten Jepara, 4) dan BPS Kabupaten Jepara, 4 Karena jenis data diatas merupakan data rasio, maka pada pengolahannya nanti akan diubah menjadi data ordinal, kecuali jumlah sarana pendidikan yang tetap menggunakan data rasio. Jumlah sarana pendidikan merupakan hasil penjumlahan sekolah mulai dari TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, dan Perguruan Tinggi/Akademik baik yang berstatus negeri maupun swasta. Sedangkan laju pertumbuhan PDRB merupakan hasil rata-rata keseluruhan sektor di Kabupaten Jepara.

Berikut adalah klasifikasi yang digunakan untuk selanjutnya diolah di software SPSS: Klasifikasi Kecil Sedang Besar Tabel I. Klasifikasi Variabel Analisis Cluster Luas Wilayah (km²) < 5 Kepadatan 5Klasifikasi sampai Penduduk > Rendah < Sedang sampai Klasifikasi LP PDRB ADHB Padat > Lambat < 9.4 Sedang 9.5 sampai. Cepat >. 3. Hasil dan Pembahasan Berikut merupakan hasil dan pembahasan analisis cluster yang diolah menggunakan bantuan software SPSS.. Melalui pembahasan ini akan diketahui kesamaan/similarity jarak dari masing-masing kecamatan dan berapa banyak klaster yang dihasilkan terhadap kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Jepara serta interpretasi mengenai hasil klaster: Case Processing Summarya Cases Valid N Missing Percent 6 N. Total Percent N. Percent 6. a. Average Linkage (Between Groups) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa data yang digunakan dapat diproses dan diketahui oleh program (tidak ada yang missing/terlewatkan). Jumlah data yang terproses merupakan total keseluruhan kecamatan yang ada di Kabupaten Jepara, yaitu sebanyak 6 kecamatan. Hal ini berarti rangkaian analisis yang dilakukan dapat dikatakan valid % karena keseluruhan data berhasil diproses dan terdeteksi oleh program.

3 Proximity Matrix Squared Euclidean Distance 3:KALIN 6:KARI :KEDUN :PECAN YAMAT 4:WELA 5:MAYON 6:NALU :BATEALI 8:TAHUNA :MLON :PAKIS :BANGS 3:KEM 4:KELI 5:DONO MUNJA G GAAN AN HAN G MSARI T N 9:JEPARA GGO AJI RI BANG NG ROJO WA ili Case :KEDUNG. 3. 6. 6.. 58. 3. 6. 486. 44.. 498. 63. 66. 534. 339. 3.. 65.. 844. 3. 44. 4. 5.. 6. 336. 3. 65. 9. 385. 3:KALINYAMATAN 6. 65.. 6. 3. 36. 846. 85. 56. 53. 5. 4358. 3.. 634. 9. 4:WELAHAN 6.. 6.. 9. 98. 63. 5. 4. 36. 55. 3846. 53. 45. 45. 3369. 844. 3. 9.. 36. 65. 84.. 9. 6. 84... 4. 88. :PECANGAAN 5:MAYONG. 6:NALUMSARI 58. 3. 36. 98. 36... 3. 38. 6. 443. 34. 83. 58. 5. 585. :BATEALIT 3. 44. 846. 63. 65.... 3. 38. 5. 3. 5.. 8. 6889. 8:TAHUNAN 6. 4. 85. 5. 84. 3..... 966. 44.. 5.. 63. 9:JEPARA 486. 5. 56. 4.. 38. 3.... 35. 66.. 33.. 689. :MLONGGO 44.. 53. 36. 9. 6. 38.... 69. 85.. 366.. 593. :PAKIS AJI. 6. 5. 55. 6. 443. 5. 966. 35. 69.. 463. 9.. 85. 6. :BANGSRI 498. 336. 4358. 3846. 84. 34. 3. 44. 66. 85. 463. 3:KEMBANG 4:KELING 5:DONOROJO 6:KARIMUNJAWA 63. 66. 534. 339. 3. 58. 684. 44. 53.. 83. 5.... 9. 53.. 5. 5. 656. 65.. 45.. 58.. 5. 33. 366.. 58. 5.. 9. 9. 684. 5. 9. 9. 3.. 53. 45. 4. 5. 8.... 85. 385. 9. 3369. 634. 88. 585. 6889. 63. 689. 593. 6. 44. 656. 9. Mengukur kesamaan/sim arity jarak. 643. 643.. This is a dissimilarity matrix Melalui tabel diatas proximity matrix, dapat diketahui jarak antar kecamatan yang ada. Tabel ini berfungsi sebagai langkah awal dalam menentukan klaster yang nantinya akan dibentuk. Sebagai contoh:. Kecamatan Kedung memiliki jarak paling dekat yaitu sebesar 6. dengan Kecamatan Kalinyamatan dan Welahan;. Terdekat kedua yaitu sebesar. dengan Kecamatan Pakis Aji; 3. Terdekat ketiga yaitu sebesar 3. dengan Kecamatan Pecangaan. Jadi, kemungkinan besar, kelima kecamatan (Kedung, Kalinyamatan, Welahan, Pakis Aji, dan Pecangaan) ini akan membentuk satu klaster. Begitu seterusnya dan berlaku di semua kecamatan.

Membentuk klaster Agglomeration Schedule Cluster Combined Stage Cluster Cluster 3 4 5 6 8 9 3 4 5 9 3 5 6 5 5 4 8 3 3 9 4 6 5 6 Stage Cluster First Appears Coefficients. 5. 6....5.5. 3.333 6.5.66 35.4 36.46 43.99 694. Cluster 3 4 6 5 9 8 3 4 Cluster Next Stage 6 5 6 9 3 3 4 5 Tabel Agglomeration Schedule akan menganalisis lebih lanjut menegenai pembentukan klaster setelah jarak berhasil diukur. Sebagai contoh:. Pada tahap/stage, kecamatan 9 (Jepara) dan kecamatan (Mlonggo) merupakan yang paling mirip sehingga keduanya akan menjadi satu kelompok (klaster) terlebih dahulu. Tahap tidak berhenti sampai disitu, selanjutnya lihat kolom next stage, terlihat stage menjadi kelanjutan dari stage ;. Pada stage, kecamatan (Batealit) mirip dengan kecamatan 9 yang artinya kecamatan masuk ke dalam kelompok sebelumnya. Jadi anggota kelompok pertama kini adalah kecamatan 9 (Jepara), kecamatan (Mlonggo), dan kecamatan (Batealit); 3. Begitu seterusnya hingga kolom next stage terselesaikan (menjumpai angka ); Berdasarkan cara pembentukan klaster oleh tabel Agglomeration Schedule diketahui bahwa indikator utamanya adalah jarak. Jarak didapatkan dari analisis luas wilayah, kepadatan penduduk, jumlah sarana pendidikan, dan laju PDRB yang sebelumnya diolah. Melalui perhitungan diatas dapat diartikan bahwa Kecamatan Jepara, Mlonggo, Batealit (dan anggota kelompok lain yang belum disebutkan langkah pencariannya) memiliki kemiripan dari segi luas wilayah, kepadatan penduduk, jumlah sarana pendidikan, atau laju PDRB ADHB-nya. Langkah diatas baru menghasilkan satu kelompok, tidak ada salahnya jika kita mencoba mencari kelompok baru. Sebagai contoh:. Pada stage 3, kecamatan (Kedung) ternyata memiliki kemiripan dengan kecamatan 4 (Welahan), lanjut stage 5;. Kecamatan mirip dengan kecamatan 3 (Kalinyamatan), lanjut stage 9; 3. Kecamatan mirip dengan kecamatan (Pakis Aji), lanjut stage ke ; 4. Kecamatan mirip dengan kecamatan (Pecangaan). Jadi anggota kelompok baru adalah Kecamatan Kedung, Welahan, Kalinyamatan, Pakis Aji, dan Pecangaan. Stage tidak dilanjutkan ke stage 3 karena coefficients yang dihasilkan di stage 3 sangat besar, hal ini berarti stage 3 sudah bukan bagian dari pembentukan kelompok kecamatan dan harus membentuk kelompok (klaster) baru lagi.

Menentukan jumlah klaster Cluster Membership Case 4 Clusters 3 Clusters Clusters :KEDUNG :PECANGAAN 3:KALINYAMATAN 4:WELAHAN 5:MAYONG 6:NALUMSARI :BATEALIT 8:TAHUNAN 9:JEPARA :MLONGGO :PAKIS AJI :BANGSRI 3 3:KEMBANG 4:KELING 5:DONOROJO 6:KARIMUNJAWA 4 3 Berdasarkan tabel Cluster Membership diatas klaster terhadap kecamatan-kecamatan di Kabupaten Jepara terdiri dari 3 macam klaster, yaitu klaster, 3 klaster, 4 klaster. Jika terbentuk klaster, maka anggota klaster terdiri dari Kecamatan Kedung hingga Donorojo, sedangkan anggota klaster adalah Kecamatan, Karimun Jawa. Jika terbentuk 3 klaster, maka anggota klaster terdiri dari Kecamatan Kedung, Pecangaan, Kalinyamatan, Welahan, Mayong, Nalumsari, Batealit, Tahunan, Jepara, Mlonggo, Pakis Aji, Kembang, Keling, dan Donorojo. Sedangkan anggota klaster adalah Kecamatan Bangsri. Jika terbentuk 4 klaster maka anggota klaster terdiri dari Kecamatan Kedung, Pecangaan, Welahan, Kalinyamatan, dan Pakis Aji. Anggota klaster 3 adalah Kecamatan Bangsri, anggota klaster 4 adalah Kecamatan Karimun Jawa, sedangkan anggota klaster adalah sisanya. Melalui hasil analisis diatas diketahui bahwa Kecamatan Karimun Jawa menjadi satusatunya kecamatan yang paling tidak memiliki kemiripan diantara kecamatan lainnya. Berdasarkan letak geografisnya, Kecamatan Karimun Jawa memang terpisah dengan kecamatan lain, bahkan lepas dari pulau jawa, namun secara administratif ia masuk ke bagian Kabupaten Jepara. Karena letaknya yang jauh dari peradaban pusat kegiatan mengakibatkan tidak banyak penduduk yang tinggal disana, kecuali penduduk asli. Karena kepadatan penduduk yang kurang padat, ketersediaan sarana dan prasarana disana juga jauh lebih rendah dibandingkan sarana dan prasarana yang ada di kecamatan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan Kecamatan Karimun Jawa tidak bisa bergabung dengan klaster lain dan membentuk klaster bagi dirinya sendiri. Meskipun tidak memiliki kemiripan dengan kecamatan, Kecamatan Karimun Jawa berhasil melakukan laju pertumbuhan PDRB yang cepat dari komoditi unggulannya di sektor pariwisata bahari. Kecamatan yang paling tidak mirip kedua adalah Kecamatan Bangsri. Hal ini kemungkinan besar diakibatkan jumlah sarana pendidikannya yang melampaui jumlah kecamatan lain meskipun kepadatan penduduknya adalah sedang. Meskipun secara kualitas tidak dapat disebutkan yang terbaik, namun sarana pendidikan di Kecamatan Bangsri seringkali diminati oleh masyarakat dari kecamatan lain sehingga jumlah sarananya menjadi banyak.

Dendogram Proses aglomerasi kemudian ditampilkan secara grafis dalam bentuk dendogram. Dendogram merupakan grafik yang berfungsi untuk mempermudah cara pembacaan pembentukan klaster yang dihasilkan, meskipun demikian hasil yang ditampilkan juga sama dengan tabel Cluster Membership. Berikut merupakan dendogram yang dihasilkan oleh analisis SPSS terhadap kecamatan di Kabupaten Jepara: * * * * * * * * * * H I E R A R C H I C A L C L U S T E R A N A L Y S I S * * * * * * * * * Dendrogram using Average Linkage (Between Groups) Rescaled Distance Cluster Combine C A S E Label Anggota klaster JEPARA MLONGGO KEMBANG DONOROJO BATEALIT TAHUNAN NALUMSARI MAYONG KELING KEDUNG WELAHAN KALINYAMATAN PAKIS AJI PECANGAAN BANGSRI Anggota klaster 3 KARIMUNJAWA Num 5 5 5 +---------------------------------------- 9 3 5 8 6 5 4 4 3 6 Terbentuk tiga ---- klaster: Anggota +---------- klaster Anggota klaster (empat +---------------------------- klaster) ---- Anggota klaster ------------------ ------------------------------------------------ Anggota klaster 3 Anggota klaster 4 Terbentuk dua klaster: Anggota klaster Anggota klaster

4. Kesimpulan Melalui analisis yang telah dilakukan dengan bantuan software SPSS dapat disimpulkan bahwa dari 6 kecamatan yang ada, Kecamatan Karimun Jawa merupakan kecamatan yang paling tidak memiliki kemiripan dengan kecamatan lain. Selanjutnya ada Kecamatan Bangsri yang juga tidak memiliki kemiripan dengan lainnya ketika terbentuk 3 klaster. Keduanya kemudian membentuk dua klaster yang berbeda (memisahkan diri dari kecamatan lain) ketika program memerintahkan terbentuknya 3 klaster atau 4 klaster. Untuk Kecamatan Kedung, Welahan, Pecangaan, Pakis Aji, dan Kalinyamatan memiliki kemiripan yang paling banyak sehingga mereka membentuk satu klaster, sedangkan 9 kecamatan sisanya (Kecamatan Jepara, Mlonggo, Kembang, Donorojo, Batealit, Tahunan, Nalumsari, Mayong, dan Keling) membentuk satu klaster lain karena saling memiliki kesamaan karakteristik. Kedung, Welahan, Pecangaan, Pakis Aji Kalinyamatan Jepara, Mlonggo, Kembang, Donorojo, Batealit, Tahunan, Nalumsari, Mayong, dan Keling Bangsri Karimun Jawa Dengan demikian, hal ini mengindikasikan bahwa Kecamatan Karimun Jawa membutuhkan penanganan perencanaan yang berbeda dan tidak bisa disamakan dengan kecamatan lainnya. Hal ini berbanding lurus dengan keadaan lapangan dimana saat ini oleh pemerintah daerah menjadikan Kecamatan Karimun Jawa lebih condong pada sektor pariwisata, bukan sektor industri, perdagangan, dan jasa seperti kecamatan pada umumnya. Sedangkan klaster lain seperti Kecamatan Bangsri juga membutuhkan perencanaan yang tidak sama dengan kecamaran lain karena perbedaan karakteristik yang cukup signifikan (terlihat dari banyaknya sarana pendidikan). Adanya pengelompokan karakteritik ini kemudian akan mempermudah perencana dalam melakukan perencanaan didalamnya, sebab pada umumnya kesamaan karakteristik akan menghasilkan perencanaan dan menanganan kebijakan yang relatif sama. 5. Daftar Pustaka B.J. Prayudho. 8. Analisis Cluster dalam bentuk.pdf. Diunduh pada hari Selasa, 4 April 5. Hidayat, Anwar. 4. Analisis Cluster dalam statistikian.com. Diakses pada hari Selasa, April 5. Ulwan, M. Nashihun. 4. Cara Analisis Cluster Metode Hirarkis dengan SPSS dalam portalstatistik.com. Diakses pada hari Selasa, April 5.

6. Lampiran. Buka jendela baru software SPSS, buka tab variable view dan ketik nama data apa saja yang akan di-input. Berikut adalah beberapa data yang akan diolah beserta settingannya:. Masukkan data yang digunakan dari Microsoft Excel ke dalam software SPSS untuk diolah. 3. Karena data masih dalam bentuk rasio, maka yang harus dilakukan adalah mengklasifikasikan data tersebut menjadi data ordinal. 4. Klik Transform Record Into Same Variables dan kemudian sesuaikan klasifikasi masing-masing seperti yang sudah diatur. Data yang diklasifikasi hanya Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk, dan Laju Pertumbuhan PDRB, untuk Jumlah Sarana Pendidikan tidak perlu diklasifikasi. Klasifikasi untuk data Luas wilayah: : Kecil : Sedang 3: Besar

Klasifikasi untuk data Kepadatan Penduduk. : Sedikit : Sedang 3: Padat Klasifikasi untuk data Laju Pertumbuhan PDRB ADHB. : Lambat : Sedang 3: Cepat 5. Setelah selesai proses klasifikasi, tentukan nilai data ordinal yang tadi dimasukkan/buat ke kolom values (tab variable view). Kemudian kembali ke tab data view 6. Selanjutnya adalah proses inti: mengklasterkan kecamatan-kecamatan yang ada di kabupaten Jepara. Klik analyze classify Hierarchical Cluster

. Muncul koak dialog dari hierarchical cluster analysis. Pindahkan data Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk, Jumlah Sarana Pendidikan, dan Laju Pertumbuhan PDRB dari kotak kiri ke kotak kanan atas (kolom Variables) dan data Kecamatan dari kotak kiri ke kotak kanan bawah (kolom Label Cases By). Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan gambar di bawah ini: 8. Klik option statistic, plots, dan method-nya dan atur seperti berikut: (option Save tidak perlu diatur)

Merupakan pengaturan berapa jumlah cluster yang diinginkan. Pada kesempatan kali ini user menentukan jumlah cluster minimal adalah cluster dan maksimal adalah 4 cluster. 9. Setelah semuanya telah diatur, maka tinggal klik OK dan tunggu hingga jendela output SPSS keluar menampilkan hasil analisis cluster. (Pastikan pada kotak Cluster yang dipilih adalah Cases dan kotak Display dicentang semua).muncul jendela output menampilkan hasil analisis: