Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari

C. Pengaruh Sinar Fototerapi Terhadap Bilirubin Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama sekali diperhatikan dan dilaporkan oleh seorang perawat di

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan, perkembangan otak dan pertumbuhan bayi. 9

dr.ika Setyawati, M.Sc. Blok 6 1

berusia 21 tahun mengalami ikterus dan untuk dirawat. Ikterus ini ia alami sudah 1 menunjukkan banyak kelainan kecuali

Author : Olva Irwana, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UR (

METABOLISME BILIRUBIN

ASUHAN HIPERBILIRUBIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kanan bawah diafragma. Hati terbagi atas dua lapisan utama :

TATALAKSANA FOTOTERAPI PADA BAYI KURANG BULAN. Roro Kurnia Kusuma W

REFERAT PENDEKATAN DIAGNOSIS IKTERUS

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana

Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ± 1500 cc/ menit atau 1000

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. retikuloendotelial. Neonatus akan memproduksi bilirubin dua kali lipat dari

HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berat badan pada neonatus cenderung menurun secara fisiologis karena

BAB I PENDAHULUAN. Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbentuk akibat terbukannya cincin karbon- dari heme yang berasal dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bilirubin Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan

Katabolisme Heme Katablisme Heme Menghasilkan Bilirubin Metabolisme Bilirubin di Hati Pengambilan Bilirubin oleh Hati Konjugasi Bilirubin

[ BIOKIMIA ] Urobilirubin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah alkohol berasal dari bahasa Arab Al Kuhl, yang artinya

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3

1 Universitas Kristen Maranatha

PENGANTAR FARMAKOLOGI

STUD! KADAR TP, SGOT DAN SGPT DALAM KAITANNYA DENGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METABOLISME HEME T. HELVI MARDIANI. Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura

Etiologi Alkohol Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering

Farmakologi. Pengantar Farmakologi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM. Farmakodinamik. ., M.Med.Ed. normal tubuh. menghambat proses-proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

Pengantar Farmakologi Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

Pengantar Farmakologi

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengantar Farmakologi

IKTERUS OBSTRUKTIF I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2-5% dari berat badan pada orang dewasa normal yang terletak pada kwadran

Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak -oksidasi asam lemak

BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

IKTERUS NEONATORUM A. PENGERTIAN B. EPIDEMIOLOGI C. KLASIFIKASI

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas

BAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus

Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

BAB II PEMBAHASAN. Kernicterus Suatu sindroma neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan bilirubin tak terkonyugasi dalam sel sel otak.

SIROSIS HEPATIS R E J O

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

SINDROM DOWN HIPERBILIRUBINEMIA

Shabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H

ANEMIA HEMOLITIK. A. Definisi Anemia yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan destruksi eritrosit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai dengan 4000 gram, lahir langsung menangis, dan tidak ada. kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim, 2012).

ATRESIA BILIER. Embriologi dan Anatomi Traktus Biliaris

3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis. 4. Ligamentum Coronaria Anterior dan Posterior kiri-kanan

Anemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum terhadap Total Protein Darah Ayam Lokal Jimmy Farm

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Marianne, S.Si., M.Si., Apt.

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

EFEK DAN MEKANISME TOKSIK

Proses pencernaan di dalam Rongga mulut Saliva gl.salivarius Proses mengunyah memecah makanan dengan menaikkan kelarutannya, memperluas daerah permuka

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

Sistem Ekskresi Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S., FIK 2009

VIII. Metabolisme Heme ( metabolisme porfirin = porphyrin ).

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

Toksikokinetik racun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI

Metabolisme karbohidrat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suplemen berenergi adalah jenis minuman yang ditujukan untuk. stamina tubuh seseorang yang meminumnya. (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA 1, HbA 2, HbF( fetus)

Fungsi Empedu dalam Pencernaan Lemak

Transkripsi:

Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat dalam sel hati, dan organ lain. Biliverdin yang larut dalam air kemudian akan direduksi menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase. Bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada ph normal bersifat tidak larut. Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial, selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin. Bilirubin yang terikat dengan albumin serum ini tidak larut dalam air dan kemudian akan ditransportasikan ke sel hepar. Bilirubin yang terikat pada albumin bersifat nontoksik. (Chowdhurry, 2001) 2. Transportasi bilirubin Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit, albumin akan terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin, ditransfer melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin (protein Y), mungkin juga dengan protein ikatan sitotoksik lainnya. Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak terkonjugasi akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis. (Chowdhurry, 2001) 3. Uptake bilirubin oleh hati Bilirubin diambil oleh hati untuk kemudian dikonjugasikan membentuk bilirubin direk atau bilirubin larut lemak. (Chowdhurry, 2001) 4. Konjugasi bilirubin di hati Bilirubin yang tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang larut dalam air di retikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine diphosphate glucoronosyl transferase (UDPG-T). Bilirubin ini kemudian diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu. Sedangkan satu molekul bilirubin yang tak terkonjugasi akan kembali ke retikulum endoplasmik untuk rekonjugasi berikutnya. (Chowdhurry, 2001) 5. Sekresi Bilirubin Sekresi bilirubin diglukuronida ke dalam empedu melalui transportasi aktif. Sistem transpor ini juga dapat dipicu oleh obat yang menginduksi konjugasi

bilirubin. Normalnya, bilirubin diglukuronida saja yg disekresikan ke dalam empedu. (Chowdhurry, 2001) 6. Ekskresi bilirubin Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan disekresikan ke dalam kandung empedu, kemudian memasuki saluran cerna dan diekskresikan melalui feces. Setelah berada dalam usus halus, bilirubin yang terkonjugasi tidak langsung dapat diresorbsi, kecuali dikonversikan kembali menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta-glukoronidase yang terdapat dalam usus. Setelah mencapai ileum terminalis dan usus besar bilirubin terkonjugasi akan dilepaskan glukoronidanya oleh enzim bakteri yang spesifik (bglukoronidase). Dengan bantuan flora usus bilirubin selanjutnya dirubah menjadi urobilinogen. Urobilinogen tidak berwarna, sebagian kecil akan diabsorpsi dan diekskresikan kembali lewat hati, mengalami siklus urobilinogen enterohepatik. Sebagian besar urobilinogen dirubah oleh flora normal colon menjadi urobilin atau sterkobilin yang berwarna kuning dan diekskresikan melalui feces. Warna feces yang berubah menjaadi lebih gelap ketika dibiarkan udara disebabkan oksidasi urobilinogen yang tersisa menjadi urobilin. (Chowdhurry, 2001)

Gambar 1. Metabolisme Bilirubin Patofisiologi Ikterus Ikterus terjadi karena adanya hiperbilirubinemia, yaitu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah sangat tinggi yang dapat disebabkan peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi atau peningkatan bilirubin terkonjugasi ataupun keduannya. Hiperbilirubinemia dan ikterus dapat timbul sebagai hasil dari produksi bilirubin yang meningkat, penurunan kecepatan penyerapan bilirubin oleh sel hati, gangguan konjugasi bilirubin dan gangguan ekskresi bilirubin terkonjugasi. (Cooper, 1968) 1. Over produksi. Peningkatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah yang sudah tua atau yang mengalami hemolisis akan meningkatkan produksi bilirubin. Penghancuran eritrosit yang menimbulkan hiperbilirubinemia paling sering akibat hemolisis intravaskular (kelainan autoimun, mikroangiopati atau hemoglobinopati) atau akibat resorbsi hematom yang besar. Ikterus yang timbul sering disebut ikterus hemolitik. Konjugasi dan transfer bilirubin berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin tak terkonjugasi melampaui kemampuan sel hati.

Pada keadaan ini peningkatan terjadi pada bilirubin tidak terkonjugasi dalam plasma. sebagai usaha tubuh untuk mengurangi kadar bilirubin tidak terkonjugasi ini, penyerapan ke dalam sel hati, begitu pula ekskresi bilirubin oleh sel hati meningkat. Hal ini mengakibatkan pembentukkan urobilinogen meningkat sehingga peningkatan ekskresi dalam urine feces (warna gelap). Beberapa penyebab ikterus hemolitik : Hemoglobin abnormal (cickle sel anemia hemoglobin), Kelainan eritrosit (sferositosis heriditer), Antibodi serum (Rh. Inkompatibilitas transfusi), Obat-obatan. (Cooper, 1968) 2. Penurunan kecepatan penyerapan bilirubin oleh sel hati. Pengambilan bilirubin tak terkonjugasi dilakukan dengan memisahkannya dari albumin dan berikatan dengan protein penerima. Pada keadaan ini kadar bilirubin tidak terkonjugasi dalam plasma meningkat tetapi tidak terjadi peningkatan kadar urobilinogen dalam urin. Beberapa kelainan genetik seperti sindrom Gilbert dan berbagai jenis obat-obatan seperti asam flavaspidat, novobiosin dapat mempengaruhi uptake ini. (Cooper, 1968) 3. Gangguan konjugasi bilirubin. Terjadi gangguan konjugasi bilirubin sehingga terjadi peningkatan bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini disebabkan karena defisiensi enzim glukoronil transferase. Apabila enzim glukoronil transferase sama sekali tidak terdapat, maka konsentrasi bilirubin tidak terkonjugasi dalam darah akan sangat tinggi. Selanjutnya karena bilirubin terkonjugasi tidak terbentuk, maka tidak terdapat bilirubin terkonjugasi dalam empedu. Empedu menjadi tidak berwarna, tinja berwarna pucat, tidak terdapat urobilinogen dalam urin. Terjadi pada: Sindroma Crigler Najjar I, Sindroma Crigler Najjar II. (Cooper, 1968) 4. Gangguan eksresi bilirubin ke dalam empedu Gangguan ekskresi bilirubin dapat disebabkan oleh kelainan intrahepatik dan ekstrahepatik, tergantung ekskresi bilirubin terkonjugasi oleh hepatosit akan menimbulkan masuknya kembali bilirubin terkonjigasi ke dalam sirkulasi sistemik sehingga timbul hiperbilirubinemia. Bilirubin terkonjugasi larut dalam air dan akan dikeluarkan ke dalam urin sehingga urin akan berwarna gelap. Sebaliknya tinja berwarna pucat dan kadar urobilinogen dalam urin menurun. Kelainan hepatoseluler dapat berkaitan dengan: reaksi obat, hepatitis alkoholik

serta perlemakan hati oleh alkohol. Ikterus pada trimester terakhir kehamilan hepatitis virus, sindroma Dubin Johnson dan Rotor, Ikterus pasca bedah. Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik akan menimbulkan hiperbilirubinemia terkonjugasi yang disertai bilirubinuria. Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik dapat total maupun parsial. Obstruksi total dapat disertai tinja yang alkoholik. Penyebab tersering obstruksi bilier ekstrahepatik adalah: sumbatan batu empedu pada ujung bawah ductus koledokus, karsinoma kaput pancreas, karsinoma ampula vateri, striktura pasca peradangan atau operasi. (Cooper, 1968) Ditinjau dari sudut terjadinya, ikterus dapat dibagi menjadi 2 golongan besar: Ikterus patologik yang dapat terjadi pada anak dan dewasa, dan dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti ketidak sesuaian golongan darah, kelainan genetik, hepatitis, sirosis hati, sumbatan empedu, infeksi atau obat-obatan, dan ikterus neonatorum. Keadaan ikterus yang secara fisiologis terjadi pada saat bayi baru dilahirkan. (Cooper, 1968) Gambar 2. Patofisiologi Ikterus

DAFTAR PUSTAKA Chowdhury, N. R., & Chowdhury, J. R. (2001). Disorders of bilirubin metabolism. The Liver: Biology and Pathobiology, Fifth Edition, 251-256. Cooper, R. A., & Jandl, J. H. (1968). Bile salts and cholesterol in the pathogenesis of target cells in obstructive jaundice. Journal of Clinical Investigation, 47(4), 809.