BAB I PENDAHULUAN. dikaitkan dengan kekerasan, seperti kerusuhan, separatisme, teroris, dan revolusi.

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2007 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2007 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2007 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan

atau negara tersebut dengan bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah peradaban Aceh begitu panjang, penuh liku dan timbul tenggelam.

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat

DINAMIKA PEMBENTUKAN REGULASI TURUNAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH DYNAMICS OF FORMATION OF DERIVATIVES REGULATION THE LAW ON GOVERNMENT OF ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan dengan memperhitungkan masyarakat Indonesia yang plural,

ESENSI DAN URGENSI IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU DETERMINAN PEMBANGUNAN BANGSA DAN KARAKTER

PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINANN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG IDENTITAS DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH

KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL. Modul ke: Syahlan A. Sume. Fakultas FEB. Program Studi MANAJEMEN.

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA SERANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RUU ACEH PRESENT UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. berbagai elemen di dalam masyarakat. Contohnya elemen pemerintah dengan

TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB I PENDAHULUAN. secara etimologi berarti keberagaman budaya. Bangsa Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai alat pemersatu bangsa demi merebut kemerdekaan (Rawantina,

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

LIPI PANDANGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA TENTANG RUU PEMERINTAHAN ACEH DISAMPAIKAN DALAM RAPAT DENGAR PENDAPAT DENGAN PANSUS RUU PA DPR RI

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

QANUN ACEH NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG BENDERA DAN LAMBANG ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

POLEMIK PENGUSULAN HAK ANGKET KASUS BANK CENTURY DALAM SURAT KABAR HARIAN UMUM JURNAL NASIONAL

PERMASALAHAN HUKUM TERHADAP ISI BUTIR-BUTIR PERJANJIAN RI-GAM DALAM HAL KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 50 TAHUN 2017 TENTANG

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. separuh APBN terkonsentrasi pada pemberian subsidi. Menurut Kompas.com

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 101 TAHUN 2009 TENTANG

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA PEKALONGAN

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia.

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG

DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVANEWS

ANSIS. PROLoGUE BENDERA ACEH PRODUK DAFTAR ISI. (analisis situasi) 3rd Edition Desember 2015

LATIHAN SOAL UUD 1945 ( waktu : 36 menit )

BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan rangkaian ribuan pulau di sekitar khatulistiwa yang

BAB IV PENUTUP. kondusif. SKH Radar Timika yang mengusung ideologi jurnalisme damai, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Aceh dengan fungsi merumuskan kebijakan (legislasi) Aceh, mengalokasikan

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

IDENTITAS NASIONAL/JATI DIRI BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keprihatinan bersama. Sampai dengan saat ini, tercatat beberapa kasus

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

2017, No Pedoman Tata Naskah Dinas dan perkembangan peraturan perundang-undangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

BAB I PENDAHULUAN. tempo.com, Jumat, 21 Juni 2013, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran Partai Politik Lokal di Aceh merupakan suatu bukti

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

Telah terjadi penembakan terhadap delapan TNI dan empat warga oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bagaimana tanggapan Anda terkait hal ini?

BAB 1 KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika Multikulturalisme Kanada ( ). Kesimpulan tersebut

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menjawab rumusan masalah sebagai berikut :

Berita Sidang MK : Langgar Kebebasan Berekspresi, Larangan Penggunaan Lambang Negara Dinyatakan Inkonstitusional

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH

H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Konflik antara Aceh dengan Pemerintah Pusat pertama kali terjadi pada saat diproklamirkannya Darul Islam (DI/TII) dibawah pimpinan Teungku Daud Beureueh. Di Indonesia istilah konflik dalam kajian politiknya seringkali dikaitkan dengan kekerasan, seperti kerusuhan, separatisme, teroris, dan revolusi. Konflik mengandung pengertian benturan, seperti pro dan kontra, persaingan dan pertentangan antara individu dan individu, kelompok dan kelompok, individu dan kelompok, dan antara individu atau kelompok dengan pemerintah (Surbakti, 1992:149). Polemik Rancangan Qanun Aceh (Perda) mengenai Bendera Aceh menimbulkan silang pendapat setelah DPR Aceh merilis bendera yang akan dijadikan sebagai salah satu identitas Aceh, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di Gedung AAC Dayan Dawood, Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh, akhir tahun 2012. Berdasarkan usulan eksekutif, bendera Aceh yang akan dipakai sebagai bendera daerah adalah bendera Bulan Bintang strip hitam putih dengan latar belakang berwarna merah. (Serambi Indonesia, 20 November 2012). Sebagai realisasi perdamaian dalam rangka penyelesaian konflik Aceh, maka dilakukan MoU antara pemerintah Indonesia dan kelompok separatis GAM di Helsinki, Finlandia pada hari Senin tanggal 15 Agustus 2005. Setahun setelah itu, dilakukan pengesahan Undang-Undang tentang Pemerintah Aceh (UUPA) pada tanggal 11 Juli 2006. MoU yang direpresentasikan dalam UUPA sudah memuat hampir semua aspek kehidupan masyarakat Aceh, tetapi tidak semua 1

2 memahami dan mengetahuinya secara komprehensif. Akibatnya terjadi berbagai interpretasi dalam masyarakat Aceh terhadap isi UUPA. Misalnya penafsiran pada Bab 36 tentang bendera, yang menyebutkan; lambang dan hymne, khususnya Pasal 246, bagian 2 menyatakan bahwa; Selain bendera Merah Putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Aceh dapat menentukan dan menetapkan bendera daerah Aceh sebagai lambang yang mencerminkan keistimewaan dan kekhususan. Namun pada Pasal 3 ayat (2) dijelaskan bahwa; Bendera daerah Aceh sebagai lambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan merupakan simbol kedaulatan, dan tidak diberlakukan sebagai bendera kedaulatan di Aceh. Pada bagian lain di ayat (4) disebutkan; Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk bendera sebagai lambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang diatur dalam qanun Aceh yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Pada pasal 247 UUPA, ayat (1) menyebutkan; Pemerintah Aceh dapat menetapkan lambang sebagaimana simbol keistimewaan dan kekhususan. Pada ayat (2) disebutkan; Ketentuan lebih lanjut mengenai lambang sebagai simbol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam qanun Aceh. Setahun kemudian, baru keluar Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2007 tanggal 10 Desember 2007 tentang Lambang Daerah. Pada Bab I tentang Ketentuan Umum, disebutkan pada pasal 1, yaitu: 1) Bendera Negara adalah Sang Merah Putih, 2). Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, 3). Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya. Sedangkan lambang daerah adalah panji kebesaran, dan simbol kultural bagi masyarakat daerah yang mencerminkan kekhasan daerah dalam Negara Kesatuan Republik

3 Indonesia (PP nomor 77 tahun 2007). Mengenai kedudukan dan fungsi lambang dan bendera daerah, seperti yang disebutkan Bab III Pasal 3, bahwa : 1) Lambang daerah berkedudukan sebagai tanda identitas daerah, 2) Lambang daerah berfungsi sebagai pengikat kesatuan sosial budaya masyarakat daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya Pasal 4 menyebutkan lambang daerah bukan merupakan simbol kedaulatan daerah. Khusus mengenai desain bendera dan lambang daerah, disebutkan sebagai berikut; dalam Pasal 6, bagian 1) Desain bendera daerah berbentuk segi empat panjang dengan ukuran panjang dan lebar 3 (tiga) berbanding 2 (dua) yang memuat logo daerah, 2) Desain logo daerah disesuaikan dengan isi logo yang menggambarkan potensi daerah, harapan masyarakat daerah, serta semboyan untuk mewujudkan harapan tersebut, 3) Desain logo dan bendera daerah tidak boleh mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan desain logo dan bendera daerah lain, partai politik, organisasi kemasyarakatan, atau negara lain, 4) Desain logo dan bendera daerah tidak boleh mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan desain logo dan bendera organisasi terlarang atau organisasi/ perkumpulan/ lembaga/ gerakan separatis dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kondisi obyektif di provinsi Aceh saat ini adalah tidak terlepas dari adanya pro dan kontra di seputar permasalahan identitas lokal, khususnya mengenai bendera dan lambang Aceh. Latar belakang pro-kontra tersebut sebenarnya hanyalah ketidaksepahaman interpretasi terhadap bendera dan lambang yang telah disahkan oleh Pemerintah Aceh melalui Qanun Nomor 3 tahun 2013, pada tanggal 25 Maret 2013.

4 Berkaitan dengan bendera dan lambang daerah, di dalam UUPA Pasal 246 tentang Bendera, Lambang dan Hymne, disebutkan bahwa Pemerintah Aceh diperkenankan menggunakan bendera, lambang, dan hymne sebagai cerminan keistimewaan dan kekhususan, tetapi bukan bendera dan lambang sebagai suatu kedaulatan Aceh ((UUPA, Bab 36 pasl 246). Hal inilah yang memunculkan beragam interpretasi pada tataran masyarakat Aceh sehingga bermuara pada terjadinya polemik antara pihak pro dan pihak yang kontra terhadap penetapan bendera dan lambang daerah tersebut. Berbagai media massa lokal, nasional, dan bahkan internasional berdebat keras mengenai permasalahan ini. Pihak yang pro melakukan pengibaran bendera, karena sudah ditetapkan dalam lembaran daerah nomor 49 setelah melalui mekanisme penggodokan dan konsensus di DPRA. Keputusan Qanun No.3 tahun 2013 tentang bendera dan lambang daerah oleh pemerintah Aceh. Pihak yang pro juga larut dalam euforia dengan menaikkan bendera GAM sejak pengesahan sebagai identitas daerah dan menganggap sudah sesuai dengan amanat UUPA tahun 2006. Sedangkan pihak yang kontra mengatakan, bahwa lambang dan bendera Aceh masih dalam perdebatan historis dan belum mencapai final, karena tidak merepresentasikan masyarakat Aceh yang multikultur secara komprehensif. Bahkan ada juga daerah yang justru menginginkan bendera kerajaan Aceh dulu, yaitu Alam Peudeung. Bahkan ada yang menolak bendera Bintang Buleun. Ada juga yang mengatakan, bahwa bendera dan lambang Aceh saat ini identik dengan bendera

5 dan lambang Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagai identitas partai lokal tertentu atau identitas separatis. Pemerintah Indonesia mensahkan UUPA tanggal 11 Juli 2006 tentang Pemerintahan Aceh yang mengakui keistimewaan dan kekhususan Aceh dalam konstitusi Republik Indonesia. Dari keistimewaan dan kekhususan tersebut, Aceh diperbolehkan memiliki lambang dan bendera lokal sebagai identitasnya, bukan sebagai wujud kedaulatan Aceh. Namun, ada sebagian masyarakat Indonesia dan Aceh yang mengkhawatirkan, identitas Aceh seperti lambang dan bendera Aceh justru menjadi pencetus disintegrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena dianggap telah mengakui perjuangan separatisme yang pernah terjadi sejak berpuluh tahun yang lalu. Sementara kegusaran lainnya adalah bahwa keberadaan lambang dan bendera Aceh telah berbenturan dengan konsep NKRI. Konsep lambang dan bendera lokal, memang biasanya terdapat di negaranegara yang menganut konsepsi negara federal, tetapi di Inggris yang juga menganut konsep kesatuan ternyata juga memiliki daerah dengan identitas lokal, seperti partai, bendera, dan lambang lokal yang diberlakukan di wilayahwilayah yang mempunyai status otonomi khusus, seperti Skotlandia dan Irlandia Selatan. Hal itu tentu saja bisa diterapkan di Indonesia, khususnya di Aceh dalam rangka melestarikan keistimewaan, kekhususan, dan melestarikan perdamaian. Edward Aspinall, dari Australian National University, Canberra banyak meneliti tentang Aceh melihat konflik Aceh benang kusut yang berlarut-larut, GAM tumbuh besar akibat penyelesaian konflik masa lalu tidak tuntas. Ekpolitasi

6 kekayaan Aceh yang dan peleburan provinsi Aceh adalah pengkhianatan pemerintah pusat pada Aceh (Aspinall, 2007). Damien Kingsbury, guru besar ilmu politik Deakin University, Australia; adalah tokoh dibelakang layar lahirnya MoU Helsinki. Beliau aktif menjadi tim juru runding pihak GAM sekaligus sebagai penasehat organisasi separatis. Menurutnya penting bagi pemerintah Indonesia menyelesaikan masalah Aceh secara menyeluruh, dan memberikannya self goverment (Serambi Indonesia, 2005). Penyelesaian polemik bendera dan lambang Aceh tersebut, semata-mata bagian dari instrumen politik negara di dalam menjaga perjanjian damai, stabilitas dan agregasi kepentingan dalam menempatkan hak warga negara. Politik hukum bisa diterapkan, tanpa harus melihat apakah bentuk negara kesatuan ataupun federasi. Hal yang paling penting adalah tetap mengedepankan perdamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Aceh yang tetap dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah baik di level pusat dan Aceh harus bergerak cepat cari solusi polemik ini. Bendera dan lambang Aceh apapun warna dan logo yang nantinya dipilih secara konsensus, demi kebaikan bersama bukanlah lambang separatisme, juga bukan bendera dan lambang kedaulatan, seperti halnya bendera Merah Putih, dan lambang Burung Garuda, tetapi bendera dan lambang daerah tersebut hanyalah bentuk pengakuan keistimewaan dan kekhususan yang dimiliki provinsi Aceh. Penelitian analisis pembingkaian bendera dan lambang Aceh ini merujuk pada penelitian PJ Shoemaker dan Reese (1996). Bahwa kontruksi realitas

7 (framing) dalam berita tidaklah dibentuk dalam ruang hampa, melainkan diproduksi dari ideologi dominan. Proses membingkai dan menyajikan fakta itu sendiri sangat dipengaruhi oleh ideologi yang dimiliki media tersebut (Eriyanto, 2011:154). Peta ideologi menggambarkan bagaimana peristiwa dilihat dan diletakkan dalam tempat-tempat tertentu, ideologi juga memengaruhi bagaimana sesuatu itu dibahasakan sehingga menghasilkan makna atau pesan yang berbeda. Tahapan tahapan penting dalam proses membingkai sebuah berita pada media massa dari hasil penelitian P. Shoemaker dan Stephen D. Reese pada tahun 1996. (Sudibyo, 2001:7-10). Gambar 1.1 Level Framing 5 LEVEL KEPENTINGAN YANG MEMPENGARUHI TEKS MEDIA (P.SHOEMAKER & S. REESE) IDEOLOGICAL LEVEL EXTRA MEDIA LEVEL ORGANIZATION LEVEL MEDIA ROUTINES LEVEL INDIVIDUAL LEVEL 1.2. Fokus Masalah Dari uraian latar belakang diatas fokus masalah penelitian ini ialah pembingkaian (framing) pemberitaan polemik bendera Aceh oleh Serambi Indonesia dan Rakyat Aceh. Maka peneliti tertarik untuk meneliti masalah yang menjadi perhatian dunia internasional tersebut, dengan analisis framing sebagai berikut: 1) Bagaimana konstruksi realitas harian Serambi Indonesia dan harian Rakyat Aceh tentang pemberitaan Bendera Aceh.

8 2) Bagaimana harian Serambi Indonesia dan harian Rakyat Aceh membingkai berita bendera Aceh. 3) Bagaimana kebijakan redaksional Serambi Indonesia dan Rakyat Aceh dalam menentukan berita. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui konstruksi realitas kebijakan redaksional harian Serambi Indonesia dan Rakyat Aceh dalam memberitakan bendera dan lambang Aceh. 2) Untuk mengetahui bagaimana kedua harian ini membingkai berita terkait polemik bendera dan lambang Aceh. 3) Untuk mengetahui kebijakan keredaksional (news room management) harian Serambi Indonesia dan harian Rakyat Aceh. 1.4. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini peneliti berharap ada beberapa manfaat yang dihasilkan baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis, yaitu : 1) Manfaat Teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi studi komunikasi massa yang akhir-akhir ini makin banyak memperoleh kajian dari ilmuan komunikasi melalui kajian teoritis maupun melalui kajian riset di bidang terapan, secara khusus. 2) Manfaat Praktis: Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat merefleksikan penerapan jurnalisme damai. Sebagai acuan bagi kedua harian ini dalam merumuskan kebijaksanaan pemberitaan, bagaimana melihat kekhususan Aceh yang unik dalam bingkai kemajemukan NKRI.