PERANCANGAN BANGUNAN PENGERING KERUPUK MENGGUNAKAN PENDEKATAN PINDAH PANAS. Jurusan Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan 2

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN PENGERING KERUPUK RAMBAK DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI ENERGI SURYA DAN ENERGI BIOMASSA KAYU BAKAR

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

PENGERINGAN KERUPUK SINGKONG MENGGUNAKAN PENGERING TIPE RAK. Joko Nugroho W.K., Destiani Supeno, dan Nursigit Bintoro ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

DESAIN SISTEM PENGERING KERUPUK KEMPLANG DENGAN UAP SUPER PANAS BERBAHAN BAKAR BIOMASA

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

1. Pendahuluan PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK)

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perpindahan Massa Pada Pengeringan Gabah Dengan Metode Penjemuran

PENGARUH TEBAL ISOLASI TERMAL BAHAN GLASS WOOL TERHADAP LAJU PENGERINGAN IKAN PADA ALAT PENGERING IKAN

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

PERPINDAHAN MASSA PADA PENGERINGAN JAHE MENGGUNAKAN EFEK RUMAH KACA *

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

ABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015, bertempat di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA

RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN

PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

Analisis Efisiensi Pada Sistem Pengeringan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) Menggunakan Alat Pengering Tipe Lemari

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

PEMANFAATAN ALAT PENGERING DENGAN PENGONTROL SUHU UNTUK PAKAN IKAN PADA CV. FAJAR ABADI

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TERI KAPASITAS 12 KG/JAM

JENIS-JENIS PENGERINGAN

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar Lampung Selatan

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

PENENTUAN KONSTANTA PENGERINGAN PATHILO DENGAN MENGGUNAKAN SINAR MATAHARI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN KOLEKTOR SURYA SATU LALUAN TERHADAP WAKTU PROSES PENGERINGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 APLIKASI TUNGKU TAK PERMANEN UNTUK PEMBAKARAN BATA MERAH

TINJAUAN PUSTAKA. Proses pembuatan kopra dapat dilakukan dengan beberapa cara: 1. Pengeringan dengan sinar matahari (sun drying).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

APLIKASI TUNGKU TAK PERMANEN UNTUK PENGERINGAN BLOK BATA MENTAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

PENENTUAN LAJU PENURUNAN KADAR AIR RENGGINANG UBI DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR BERENERGI BIOMASSA LIMBAH KAYU AKASIA

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

Myristica Dryer, Mesin Pengering Biji Pala yang Efisien dengan Kontrol Suhu Otomatis.

PENGENTASAN KEMISKINAN KELOMPOK NELAYAN PANTAI CAROCOK KECAMATAN IV JURAI, PAINAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN USAHA TEPUNG IKAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

BAB IV PENGOLAHAN DATA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Devi Yuni Susanti 1), Joko Nugroho Wahyu Karyadi 1), dan Setiawan Oky Hartanto 2) Mada Jl. Flora No 1. Bulaksumur, Yogyakarta 55281; ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

ANALISIS PARAMETER FISIS KOLEKTOR BIOMASSA SEBAGAI PENGERING KERUPUK SINGKONG

Transkripsi:

PERANCANGAN BANGUNAN PENGERING KERUPUK MENGGUNAKAN PENDEKAAN PINDAH PANAS Okka Adiyanto 1*, Bandul Suratmo 2, dan Devi Yuni Susanti 2 1, Jurusan eknik Industri Universitas Ahmad Dahlan 2 Jurusan eknik Pertanian dan Biosistem Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta * Email: okka.adiyanto@ie.uad.ac.id Abstrak Kerupuk merupakan salah satu makanan ringan yang banyak digemari oleh masyarakat.salah satu desa di Kabupaten Klaten yang terkenal dengan industri kerupuk nya yaitu Desa Gesikan Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten. Permasalahan mendasar yang dirasakan oleh pengrajin kerupuk ini salah satunya adalah proses pengeringan pada produksi kerupuk tersebut. Pada penelitian ini dibuat bangunan pengering yang berbentuk rak. Bangunan pengering ini mengkombinasikan antara energi matahari dan biomassa kayu bakar pada saat terjadi proses penggorengan dan pengukusan. Metode yang digunakan dalam perancangan ini yaitu dengan pendekatan pindah panas, dimana dalam menentukan ketebalan dinding diasumsikan dengan persamaan hence. Berdasarkan hasil perhitungan maka dimensi dari bangunan pengering ini memiliki dimensi panjang 450 cm x 350 cm x 300 cm, ketebalan plaster yang melekat pada batu bata yaitu 27.735 cm pada setiap sisi sisinya. Selain itu untuk menyalurkan aliran panas dari tungku penggorengan dan tungku pengukusan maka dibuat cerobong asap dengan menggunakan pendekatan Robinson sehingga dapat diketahui ketinggian cerobong asap yang optimal yaitu 6 m. Kata kunci: Bangunan pengering, kerupuk, perancangan, pindah panas 1. PENDAHULUAN Pengeringan pada suatu bahan makanan merupakan salah satu cara pengawetan makanan dari suatu makanan. Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan pindah massa (uap air) secara bersamaan. Dimana untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan diperlukan energi panas dengan cara dikeringkan dengan menggunakan media pengering yang biasanya berupa panas (aib dkk, 1988). Pada proses pengeringan, sejumlah air dari dalam bahan menguap lewat permukaan yang terjadi secara difusi akibat energi panas. Selama proses pengeringan berlangsung ada dua peristiwa yang terjadi yaitu perpindahan panas (heat transfer) dan perpindahan massa (mass transfer). Proses ini dapat terjadi apabila tekanan uap bahan lebih besar daripada tekanan uap sekeliling bahan sehingga aliran terjadi dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang lebih rendah (Hall, 1971). Proses pindah panas pada pengeringan tergantung pada suhu, kelembaban, udara, laju aliran udara, permukaan bahan yang langsung berhubungan dengan udara serta tekanan. Laju perpindahan uap dari bahan ke udara tergantung pada sifat fisik bahan yang terdiri dari suhu, komposisi, konveksi ataupun radiasi pada proses pindah panas dari sumber panas ke bahan yang dikeringkan (Okos dkk., 1992). Brooker dkk (1992), menjelaskan bahwa beberapa produk pertanian menunjukkan laju kehilangan air konstan selama tahap awal pengeringan kemudian diikuti fase laju pengeringan menurun, saat pengeringan dilakukan pada kondisi eksternal yang konstan. Periode laju konstan berlangsung sampai bahan mencapai titik kritis yaitu suatu keadaan dimana kecepatan difusi air sudah tidak dapat lagi menyimbangi kecepatan penguapannya. Pada saat itulah pengeringan memasuki periode laju menurun. Selama ini kebanyakan petani melakukan pengeringan hasil-hasil pertanian dengan cara penjemuran langsung dibawah terik sinar matahari dengan suhu lingkungan sekitar 30 0C. Suhu pengeringan yang ideal untuk komoditas pertanian pada umumnya berkisar antara 60-70 0. Dengan demikian, jika hanya menggunakan energi panas radiasi matahari pada suhu lingkungan, maka akan membutuhkan waktu pengeringan yang lebih lama (Eici, 2017). Permasalahan yang timbul dari tidak efektivnya pengeringan salah satunya disebabkan oleh dinding dari bangunan pengering. Ketebalan 187

dinding yang tidak optimal dapat menyebabkan udara panas yang dihasilkan oleh sumber energi akan keluar. 2. MEODOLOGI Pada penelitian ini dirancang beberapa bagian dari bangunan pengering mulai dari ruangan pengering, tinggi cerobong asap, dan dinding dari pengering. 2.1. Perancangan ruang pengering 2.1.1. Perancangan kapasitas pengering untuk 1 tingkat Kapasitas bgnan = luas hamparan pengering luas rak X ukuran rak luas kerupuk X berat kerupuk 2.1.2. Perancangan tinggi cerobong asap Pada perancangan tinggi cerobong asap dihitung penurunan tekanan masuk cerobong dan keluar cerobong, nilainya 1mm H 2O. Penurunan tekanan dapat dihitung dengan rumus (A.P. Robinson, 1976) : Δp = 0,256 x H x P ( 1 1 c ) 2.2. Perancangan dinding pengering Dinding pengering didekati menggunakan persamaan Hence seperti pada gambar Gambar 3.2. Ilustrasi perpindahan panas lewat dinding Dimana A dan C merupakan lapisan semen, dan B merupakan batu bata. Sehingga panas yang diterima oleh dinding yaitu (Incropera, 1990). qx =,1,4 [( 1 h1a )+( L A k A A )+( L B K B A )+( L C K C A )+( 1 h2a ) Pada perancangan ini bangunan pengering berbentuk balok dengan dimensi 350 cm x 450 cm x 300 cm. Lantai bangunan dirancang menggunakan plaster dari semen dengan tujuan untuk meminimalkan panas hilang dari pipa penukar panas ke lapisan tanah. Dinding bangunan terbuat dari batu bata yang dilapisi oleh semen. Ada 3 lapisan yang menyelimuti batu bata tersebut yaitu semen (plaster), batu bata, dan semen (plaster), hal ini dapat dilihat pada ilustrasi Gambar 1. 188

Gambar 1 Ilustrasi lapisan pada dinding 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Bangunan pengering yang dirancang ini berbentuk balok serta berbahan dasar batu bata. Dimensi dari bangunan pengering ini panjang 350 cm, lebar 450 cm, dan ketinggian 300 cm. Didalam ruangan pengering ini disusun rak-rak yang terbuat dari bambu yang berguna untuk meletakkan rigen atau tempat untuk mejemur kerupuk basah tersebut gambar bangunan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 bangunan pengering Kapasitas ruangan bangunan pengering tersebut dapat memuat sekitar 110 kg kerupuk basah dengan susunan 12 rak dan diasumsikan bila berat potongan kerupuk basah tersebut 7 gram. Bangunan pengering tersebut juga dirancang memiliki efisiensi hanya 20 %. Penentuan efisiensi 20% tersebut berdarkan bangunan pengering tersebut menerapkan sistem yang manual sehingga suhu udara didalam ruangan tidak dapat dikontrol secara otomatis. Bahan bakar yang dibutuhkan agar dapat mencapai efisiensi 20% maka diperlukan 269,787 kg kayu mahoni yang digunakan untuk mensuplai satu buah tungku pembakaran selama 35 jam. Pemilihan kayu mahoni ini dikarenakan bahawa kayu mahoni banyak dijumpai di daerah Gantiwarno dan banyak digunakan masyarkat untuk kayu bakar. Proses pengeringan menggunakan bangunan pengering ini dapat mengeringkan dari bahan baku kerupuk rambak dengan kondisi kadar air 60% hingga menjadi 13%. Lapisan dinding merupakan salah satu bagian terpenting untuk menyimpan panas sehingga panas yang ditimbulkan dari tungku bakar. Hasil perhitungan penentuan tebal dinding dapat dilihat abel 1. 189

abel 1 Hasil perhitungan penentuan tebal dinding qtotal (kj/jam) P ( C) l ( C) f ( C) α x 10-6 (m 2 /s) vx10-6 (m 2 /s) k x 10-3 (W/mK) Pr h (W/m 2 K) Dinding 35 30 32,5 24 16,69 26,89 0,706 2,39 Luar 9385,625 Dinding 45 40 315 24,664 17,7 27,632 0,704 2,365 Dalam Ket : p = Suhu Permukaan l = Suhu Lingkungan f = Suhu film L (m) 0,5407 Berdasarkan hasil perhitungan penentuan tebal dinding maka diperlukan lapisan plaster pada dinding minimal 0,5407 m untuk kedua sisinya atau 27,03 cm untuk masing-masing lapisan dinding. Panas yang hilang akibat adanya buka tutup pintu dan panas yang hilang melewati celah-celah pintu maupun jendela diasumsikan sebesar yaitu 50% sehingga qtotal = 9385,625 kj/jam. Asap yang timbul dari tungku penggorengan dan tungku pengukusan haruslah dapat dikeluarkan melalui cerobong asap maka, penurunan tekanan masuk cerobong dan keluar cerobong harus 1mm H 2O (Robinson, 1976). Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode trial and error maka hasil penentuan ketinggian cerobong dapat dilihat pada abel 2. abel 2 Hasil penentuan ketinggian cerobong H (m) P (mmh 2O) 3 0,499 4 0,669 5 0,832 6 0,994 7 1,146 Berdasarkan hasil perhitungan abel 2 maka ketinggian cerobong yang optimal berdasarkan metode Robinson yaitu 6 m hal ini dikarenakan nilai beda tekanan mendekati 1 mmh 2O. Cerobong asap yang digunakan berbahan dasar tanah liat. Pemilihan tanah liat ini didasarkan pada suhu yang dihembuskan dari tungku penggorengan maupun tungku pengukusan memiliki suhu yang tinggi. Cerobong asap yang terbuat dari tanah liat memiliki ketahanan panas mencapai suhu 1500 0 C dan memiliki konduktivitas yang rendah yaitu yaitu k = 0,030 W/m 0 C (Anonim, 2006). 4. KESIMPULAN Perancangan bangunan pengering tipe rak yang tertutup ini dapat membuat bahan kerupuk lebih hygienis apabila dibandingkan dengan pengeringan secara langsung. Bangunan pengering rambak memiliki ukuran dimensi panjang 450 cm, lebar 350 cm dan tinggi 300 cm. untuk mengurangi panas yang keluar dari bangunan pengering tersebut maka diperlukan plaster yang digunakan untuk mengurangi panas yang hilang. Ketebalan plaster pada dinding yang optimal yaitu 0.5407 m untuk kedua sisi-sisinya. DAFAR PUSAKA Anonim, 2006. ungku dan Refraktori, Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri. http: //energyefficiencyasia.org. Diakses pada 8 juni 2013, Pukul 18.00. Brooker,D.B,F,w. Bakker-arkema, dan C.W. Hall.1992. Drying and storage of grains and oilseeds. AVI, New York. Eici, Basri. 2017. Efisiensi Pengering Produk Menggunakan Alat Pengering Surya ype Down Draf. Skripsi eknik Mesin Universitas Halu Oleo Kendari. 190

Hall, C, W,. 1971. Drying Farm Crops. he AVI Publishing Company Inc. Westport Connecticus. USA. Hall, C.W.1957. Drying of Farm Crops. Eduart Brothers Co. Michigan Okos, M.R. G. Narsimhan, R.K. Singh and A. C. Weitnauer. 1992. Food Dehydration. In : Handbook of Food Engineering. D.R. Heldman and D.B. Lund (ed). Marcel Dekker. Inc. New York. Robinson, A.P. 1976. he Design Construction and Operation of a Unit for the Carbonisation of Coconut Shell With Recovery of Waste Heat. ropical Devolepment and Research Institute. England. aib, G.B. Gumbara Said dan S. Wiraatmaja.1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian. P. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta 191