BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
KUALITAS PAPAN PARTIKEL TANDAN KOSONG SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGGUNAKAN PEREKAT LIKUIDA DENGAN PENAMBAHAN RESORSINOL YULIANI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN UKURAN PARTIKEL OPTIMAL

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Nilai kerapatan papan semen pada berbagai perlakuan Anak petak

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Bahan

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian di laksanakan bulan September - November Penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kualitas Papan Partikel Kenaf. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1(1): (2008) Surdiding RUHENDI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

Pengembangan Perekat Likuid dan Papan Partikel dari Limbah Tandan Kosong Sawit

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel

FORTIFIKASI LIKUIDA TANDAN KOSONG SAWIT (Elaeis guinensis Jacq.) DENGAN FENOL FORMALDEHIDA DALAM PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL ADESNA FATRAWANA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN GIPSUM DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN PERLAKUAN PERENDAMAN DAN VARIASI KADAR GIPSUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Kualitas Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba M.) dilaksanakan mulai dari bulan. Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

17 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(1), 16-20

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3 PENGARUH JENIS KAYU DAN KADAR PEREKAT TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT DARI SABUT KELAPA DAN LIMBAH PLASTIK BERLAPIS BAMBU DENGAN VARIASI KERAPATAN DAN LAMA PERENDAMAN

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

Sifat-sifat papan semen partikel yang diuji terdiri atas sifat fisis dan mekanis. Sifat fisis meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal dan

Abstract. oil palm trunk waste, mahogany s, phenol formaldehyde, physical and mechanical properties, particle board.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun seluas 8,91 juta

DENGAN PEREKAT LIKUIDA KAYU. (Quality of Particle Board of Rubber Wood (Hevea brasiliensis. Muell. Arg) DAN BAMBU TALI ( Gigantochloa apus Kurz)

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

METODOLOGI. Kehutanan dan pengujian sifat mekanis dilaksanakan di UPT Biomaterial

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh : Febriana Tri Wulandari Prodi Kehutanan Faperta Unram

BAB III BAHAN DAN METODE

Pendahuluan Bahan dan Metode Penyiapan bahan

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI

Medan (Penulis Korespondensi : 2 Staf Pengajar Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

(Penulis Korespondensi: 2 Dosen Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH PEMANENAN KAYU Physical and Mechanical Properties of Particleboard Made of Logging Residue

Anwar Kasim, Yumarni dan Ahmad Fuadi. Abstract. Key words: Elaeis guineensis Jacq., trunk, Uncaria gambir Roxb., adhesive, particleboard.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Papan Partikel

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya. Oleh :

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kalibrasi Lensa Mikroskop pada Penggunaan Mikronmeter

PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU (Saccharum officinarum)

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN

KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI TANDAN KOSONG SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DAN LIKUIDANYA DENGAN MODIFIKASI MELAMIN FORMALDEHID RIZKY AGUNG PRASETYO

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL BERBAHAN DASAR KULIT DURIAN (Durio zibethinus murr.)

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL

PENDAHULUAN Latar Belakang

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI BATANG DAN CABANG KAYU JABON (Anthocephalus cadamba Miq.)

PENGARUH BESARAN KEMPA TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL SERUTAN KAYU. (The Effect of Pressing Rate on Wood Shaving Particleboard Properties)

TINJAUAN PUSTAKA. struktural seperti papan pelapis dinding (siding), partisi, plafon (celing) dan lis.

Transkripsi:

17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Papan Partikel 4.1.1 Kerapatan Kerapatan merupakan perbandingan antara massa per volume yang berhubungan dengan distribusi partikel dan perekat dalam contoh uji, distribusi partikel dan perekat yang menyebar secara merata cenderung menghasilkan kerapatan papan yang lebih merata (Massijaya 2005). Gambar 5 menunjukkan kerapatan papan partikel tertinggi dihasilkan oleh perekat likuida dengan penambahan 5% resorsinol pada kadar perekat 20% sebesar 0,78 g/cm 3. Sedangkan kerapatan terkecil dihasilkan oleh perekat likuida tanpa penambahan resorsinol dengan kadar perekat 10% sebesar 0,70 g/cm 3. Nilai kerapatan papan hasil penelitian berkisar antara 0,70 g/cm 3 sampai 0,78 g/cm 3. JIS A 5908 (2003) mensyaratkan nilai kerapatan berkisar antara 0,4 g/cm 3 sampai 0,9 g/cm 3. Dengan demikian nilai kerapatan papan telah memenuhi standar. Nilai kerapatan papan partikel dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan penambahan resorsinol, kadar perekat, dan interaksi diantara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan papan partikel. Hal ini berarti penambahan 5% resorsinol dan kadar perekat 10%, 15% dan 20% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kerapatan papan. Nilai kerapatan papan bervariasi, hal ini diduga dikarenakan tebal dinding serat dan diamater lumen yang berbeda untuk bagian pangkal dan ujung. Untuk tandan kosong sawit bagian pangkal memiliki diamater lumen sebesar 8,04 μm dan tebal dinding serat sebesar 3,49 μm. Sedangkan tandan kosong sawit bagian ujung memiliki diamater lumen 6,99 μm dan tebal dinding serat 3,68 μm (Purwito 2005). Variasi kerapatan terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan ketebalan dinding serat, cenderung serat yang memiliki dinding serat yang tebal dan lumen yang kecil memiliki kerapatan yang tinggi (Ruhendi et al. 2007).

18 Pengujian kerapatan papan menjadi parameter dasar untuk membandingkan nilai dari sifat fisis dan mekanis papan. Oleh karena itu kerapatan papan harus memiliki nilai yang seragam (Massijaya 2005). Kerapatan (g/cm 3 ) Kadar Air (%) 0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 13,00 12,00 11,00 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 0,75 0,70 0,74 0,77 0,78 0,73 Gambar 5 Histogram kerapatan papan partikel TKS. 4.1.2 Kadar Air Kadar air papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 5,82% sampai 7,93%. JIS A 5908 (2003) mensyaratkan nilai kadar air berkisar antara 5% sampai 13%. Dengan demikian kadar air papan partikel telah memenuhi standar. Hasil pengujian kadar air dapat dilihat pada Gambar 6. 7,78 7,79 7,93 6,60 5,82 5,97 JIS A 5980 (2003) JIS A 5908 (2003) Gambar 6 Histogram kadar air papan partikel TKS. Gambar 6 menunjukkan nilai kadar air tertinggi dihasilkan oleh perekat likuida tanpa penambahan resorsinol dengan kadar perekat 20% sebesar 7,93%.

19 Sedangkan kadar air terendah dihasilkan oleh perekat likuida dengan penambahan 5% resorsinol pada kadar perekat 15% sebesar 5,82%. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan resorsinol berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air papan partikel. Hal ini berarti pada perlakuan penambahan 5% resorsinol memberikan pengaruh yang berbeda dengan perekat likuida tanpa penambahan resorsinol. Sedangkan kadar perekat dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap papan partikel. Hal ini berarti kadar perekat 10%, 15% dan 20% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air papan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 5% resorsinol memiliki nilai kadar air yang lebih rendah dibandingkan tanpa penambahan resorsinol. Hal ini diduga dikarenakan nilai solid content yang dihasilkan oleh perekat likuida dengan penambahan resorsinol lebih tinggi sebesar 42,37% dibandingkan tanpa penambahan resorsinol sebesar 34,47%. Menurut Massijaya (2005) menyatakan bahwa semakin rendah nilai solid content maka semakin tinggi nilai kadar airnya, hal ini dikarenakan dengan semakin rendahnya solid content berarti semakin tinggi pengenceran sehingga semakin banyak air yang tidak teruapkan ketika proses pengempaan panas sehingga air masih tersimpan di rongga dan dinding sel. Berdasarkan Gambar 6 yang tidak mendapatkan perlakuan resosinol memiliki kecenderungan dengan semakin besar kadar perekat semakin besar kadar air papan. Hal ini diduga dikarenakan nilai kekentalan (viscositas) yang rendah sebesar 34 cps sehingga perekat banyak mengandung air. Kekentalan perekat likuida yang rendah disebabkan oleh penggunaan larutan NaOH dan formaldehida yang cukup banyak dan adanya penyaringan residu perekat dengan kain saring (Sucipto 2009). Hal ini didukung oleh pernyataan Vick (1999), faktor yang menyebabkan kadar air meningkat karena sebagian besar perekat kayu mengandung air sebagai pembawa dan pada proses perekatan. 4.1.3 Daya Serap Air (Water Absorption) Nilai daya serap air setelah perendaman 24 jam berkisar antara 159,61% sampai 281,18%. Gambar 7 menunjukkan bahwa nilai daya serap air papan partikel tertinggi terdapat pada papan partikel yang menggunakan perekat likuida

20 tanpa resorsinol dengan kadar perekat 10% sebesar 281,18% dan nilai daya serap air terendah terdapat pada papan partikel yang menggunakan perekat likuida dengan penambahan 5% resorsinol pada kadar perekat 20%. Hasil pengujian nilai daya serap air papan partikel setelah perendaman 24 jam dapat dilihat pada Gambar 7. Daya Serap Air (%) 300 250 200 150 100 50 281,18 225,99 237,08 203,46 268,77 159,61 0 Gambar 7 Histogram daya serap air papan partikel TKS. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan resorsinol berpengaruh sangat nyata terhadap daya serap air. Hal ini berarti pada perlakuan penambahan 5% resorsinol memberikan pengaruh yang berbeda dengan perekat likuida tanpa penambahan resorsinol. Sedangkan kadar perekat dan interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap daya serap air. Hal ini berarti perlakuan kadar perekat 10%, 15%, dan 20% memberikan pengaruh yang berbeda pada daya serap air papan partikel yang dihasilkan. Papan partikel yang menggunakan perekat likuida dengan penambahan 5% resorsinol lebih sedikit menyerap air dibandingkan perekat likuida tanpa penambahan resorsinol. Hal ini dikarenakan papan yang menggunakan perekat likuida dengan penambahan 5% resorsinol memiliki nilai kerapatan yang lebih tinggi sehingga adanya kecenderungan semakin tinggi nilai kerapatan papan maka semakin rendah daya serap air. Siringoringo (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi kerapatan papan, maka ikatan antar partikel semakin kompak sehingga rongga udara dalam papan semakin kecil dan air sulit masuk untuk mengisi rongga tersebut.

21 Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kadar perekat 10% berbeda nyata dengan kadar perekat 15% maupun 20%, sedangkan kadar perekat 15% tidak berbeda nyata dengan kadar perekat 20%. Hal ini berarti kadar perekat 15% sudah cukup untuk menurunkan nilai daya serap air papan partikel. Interaksi antara perlakuan penambahan resorsinol dan kadar perekat mempengaruhi nilai nilai daya serap air. Semakin tinggi kadar perekat serta adanya perlakuan penambahan resorsinol dapat menurunkan nilai daya serap air. Hal ini didukung Ruhendi et al. (2007) menyatakan bahwa semakin banyak perekat yang digunakan maka semakin rendah daya serap air papan, karena kontak antar partikel semakin rapat sehingga kemampuan papan untuk menyerap air semakin berkurang. 4.1.4 Pengembangan Tebal Nilai pengembangan tebal setelah perendaman 24 jam berkisar antara 72,61% sampai 151,23%. JIS A 5908 (2003) mensyaratkan nilai pengembangan tebal maksimal sebesar 12%. Dengan demikian pengembangan tebal papan partikel yang dibuat tidak memenuhi standar. Gambar 8 menunjukkan nilai pengembangan tebal terendah sebesar 72,61% diperoleh dari hasil perlakuan perekat likuida dengan penambahan 5 % resorsinol pada kadar 20% dan nilai pengembangan tebal tertinggi sebesar 151,23% diperoleh dari hasil perlakuan perekat likuida tanpa resorsinol pada kadar perekat 15%. Hasil pengujian pengembangan tebal dapat dilihat pada Gambar 8. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan resorsinol, kadar perekat, dan interaksi diantara keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap pengembangan tebal. Papan partikel yang menggunakan perekat likuida dengan penambahan 5% resorsinol lebih sedikit pengembangan tebalnya dibandingkan perekat likuida tanpa penambahan resorsinol. Hal ini diduga dikarenakan sifat perekat likuida tanpa resorsinol memiliki nilai viskositas yang rendah mengakibatkan perekat banyak mengandung air sehingga menurunkan mutu rekatan dan menurunkan nilai pengembangan tebal. Perekat kayu yang nilai viskositasnya rendah menyebabkan perekat mengandung molekul air yang tinggi. Hal ini dapat menurunkan mutu rekatan antara perekat dengan partikel kayu (Santoso 2001).

22 Faktor lain yang mempengaruhi nilai pengembangan tebal pada papan partikel yaitu kerapatan dan nilai daya serap air. Semakin tinggi kerapatan papan partikel, semakin kecil pengembangan tebalnya. Hal ini dikarenakan pada kerapatan yang tinggi maka papan akan semakin rapat dan rongga-rongga yang kosong terisi oleh perekat sehingga air sulit masuk ke dalam papan. Riyadi (2004) menyatakan bahwa pengembangan tebal berhubungan dengan absorpsi air, karena semakin banyak air yang diserap dan memasuki struktur serat maka semakin besar perubahan dimensi yang dihasilkan. Pengembangan Tebal (%) 160 140 120 100 80 60 40 20 0 150,84 151,23 147,66 143,65 101,62 72,61 JIS A 5908 (2003) max 12% Gambar 8 Histogram pengembangan tebal papan partikel TKS. Pengembangan tebal menurun seiring meningkatnya kadar perekat papan. Untuk kadar perekat 15% yang diperoleh dari hasil perlakuan tanpa resorsinol memiliki nilai pengembangan tebal yang lebih tinggi daripada kadar perekat 10%, hal ini dikarenakan pencampuran perekat dan partikel yang tidak merata sehingga bagian papan yang tidak terkena perekat akan lebih mudah menyerap air. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan penambahan resorsinol dengan kadar perekat. Semakin besar kadar perekat dan adanya penambahan resorsinol dapat menurunkan nilai pengembangan tebal. 4.2 Sifat Mekanis Papan Partikel 4.2.1 Modulus of Rupture (MOR) Nilai MOR untuk seluruh papan berkisar antara 23,36 kg/cm 2 sampai 86,94 kg/cm 2. Hasil pengujian MOR pada papan partikel dapat lihat pada Gambar 9.

23 MOR (kg/cm 2 ) 98 91 84 77 70 63 56 49 42 35 28 21 14 7 0 83,49 86,93 56,87 23,36 24,52 25,13 JIS A 5908 (2003) minimal 82 kg/cm 2 Gambar 9 Histogram nilai MOR papan partikel TKS. Gambar 9 menunjukkan nilai MOR tertinggi sebesar 86,94 kg/cm 2 diperoleh dari hasil perlakuan perekat likuida dengan penambahan resorsinol pada kadar perekat 20%. Sedangkan nilai MOR terendah sebesar 23,36 kg/cm 2 diperoleh dari hasil perlakuan perekat likuida tanpa penambahan resorsinol dengan kadar perekat 10%. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan resorsinol berpengaruh sangat nyata terhadap nilai MOR papan. Hal ini berarti pada perlakuan penambahan 5% resorsinol memberikan pengaruh yang berbeda dengan perekat likuida tanpa penambahan resorsinol. Sedangkan kadar perekat dan interaksi diantara keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap MOR papan partikel. Hal ini berarti kadar perekat 10%, 15% dan 20% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai MOR papan. Hasil pengujian perlakuan penambahan resorsinol terhadap nilai MOR papan partikel menunjukkan nilai rata-rata MOR dengan penambahan 5% resorsinol lebih tinggi sebesar 75,77 kg/cm 2 dibandingkan dengan perekat likuida tanpa resorsinol sebesar 24,33 kg/cm 2. Hal ini dikarenakan sifat perekat yang diperoleh dari hasil perlakuan penambahan resorsinol memiliki nilai solid content yang lebih tinggi sebesar 42,37% dibandingkan dengan papan yang menggunakan perekat likuida tanpa resorsinol sebesar 34,47%. Semakin rendah solid content maka daya atraksi perekat semakin rendah dalam menyatukan bahan (Massijaya

24 2005). Menurut Santoso (2001) menyatakan bahwa peningkatan sifat mekanis (MOE & MOR) sejalan dengan meningkatnya kadar padatan perekat, dan hal ini menunjukkan bahwa ikatan yang kuat antara molekul-molekul kayu dengan perekat terjadi dengan sempurna. Faktor lain yang menyebabkan nilai MOR meningkat pada papan karena semakin besar kadar perekat maka semakin tinggi nilai MOR nya. Amelia (2009) menyatakan bahwa tingginya nilai MOR seiring dengan penambahan kadar perekatnya, hal ini disebabkan oleh semakin kuat ikatan antara partikel dengan perekat. Semakin banyak resin yang digunakan maka akan semakin tinggi sifat mekanis dan stabilitas papan partikel (Haygreen dan Bowyer 1986) Secara umum nilai MOR hasil pengujian tidak memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan minimal 82 kg/cm 2. Hanya terdapat dua papan yang memenuhi standar yaitu papan yang menggunakan perekat likuida dengan penambahan resorsinol pada kadar perekat 15% dan 20%. 4.2.2 Modulus of Elasticity (MOE) Berdasarkan hasil pengujian nilai MOE pada papan partikel berkisar antara 2780,81 kg/cm 2 sampai 10608,56 kg/cm 2. Hasil penelitian menunjukkan nilai MOE papan partikel sangat rendah. JIS A 5908 (2003) mensyaratkan minimal 20400 kg/cm 2. Dengan demikian nilai MOE papan partikel yang dibuat tidak memenuhi standar. Hasil pengujian MOE pada papan partikel dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 menunjukkan nilai MOE tertinggi terdapat pada papan partikel yang mendapatkan perlakuan penambahan resorsinol dengan kadar perekat 20% sebesar 10608,56 kg/cm 2 dan nilai MOE terendah terdapat pada papan partikel dengan perekat likuida tanpa penambahan resorsinol pada kadar perekat 10% sebesar 2780,81 kg/cm 2. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan resorsinol berpengaruh sangat nyata terhadap nilai MOE. Hal ini berarti pada perlakuan penambahan 5% resorsinol memberikan pengaruh yang berbeda dengan perekat likuida tanpa penambahan resorsinol. Sedangkan untuk kadar perekat dan interaksi diantara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap nilai MOE. Hal ini berarti kadar

25 perekat 10%, 15% dan 20% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kerapatan papan. 20000 JIS A 5908 (2003) minimal 20400 kg/cm 2 MOE (kg/cm 3 ) 15000 10000 5000 5901,62 2780,81 3387,28 8408,81 4156,239 10608,55 0 Gambar 10 Histogram nilai MOE papan partikel TKS. Dari hasil pengujian pengaruh perlakuan penambahan resorsinol terhadap nilai MOE menunjukkan bahwa nilai MOE rata-rata papan partikel tertinggi terdapat pada papan yang menggunakan perekat likuida dengan penambahan resorsinol. Hal ini diduga dikarenakan sifat perekat likuida dengan penambahan 5% resorsinol memiliki nilai solid content yang lebih tinggi sebesar 42,37% dibandingkan dengan perekat likuida tanpa penambahan resorsinol sebesar 34,47%. Oleh sebab itu kemampuan perekat untuk mengikat partikel menjadi lebih rendah. Semakin rendah solid content maka daya atraksi perekat semakin rendah dalam menyatukan bahan (Massijaya 2005). Menurut Pizzi (1994) menyatakan bahwa peningkatan kekuatan perekat berbahan dasar lignin yang ditambahkan resorsinol disebabkan adanya reaksi antara resorsinol dengan lignin, dirnana satu unit resorsinol bereaksi dengan dua unit senyawa lignin dan akan rnenjadi perekat yang rnarnpu mengeras pada suhu ruangan. Faktor lain yang menyebabkan meningkatnya nilai MOR karena semakin tinggi kadar perekatnya maka semakin tinggi nilai MOE papan partikelnya, hal ini dikarenakan semakin kuatnya ikatan antara perekat dengan partikel. 4.2.3 Keteguhan Rekat (Internal Bond) Hasil pengujian internal bond pada papan partikel berkisar antara 0,16 kg/cm 2 sampai 0,36 kg/cm 2. Nilai rata-rata keteguhan rekat papan partikel sebesar

26 0,24 kg/cm 2. JIS A 5908 (2003) mensyaratkan nilai keteguhan rekat minimal 1,5 kg/cm 2. Dengan demikian keteguhan rekat papan partikel tidak memenuhi standar. Nilai pengujian internal bond pada papan partikel dapat dilihat pada Gambar 11. Internal Bond 1,5 1,2 0,9 0,6 0,3 0,21 0,26 0,22 0,36 0,21 0,16 Minimum 1,5 kg/cm 2 (JIS A 5908(2003)) 0 Gambar 11 Histogram nilai keteguhan rekat papan partikel TKS. Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan penambahan resorsinol, kadar perekat maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai internal bond papan. Menurut Puspita (2008) menyatakan bahwa nilai internal bond menunjukkan kualitas pencampuran, pembentukan, dan proses pengempaan yang baik. Gambar 11 mununjukkan nilai keteguhan rekat yang dihasilkan dari perlakuan penambahan resorsinol lebih tinggi dibandingkan tanpa penambahan resorsinol. Hal ini dikarenakan sifat perekat likuida yang mendapat perlakuan penambahan resorsinol memiliki nilai solid content yang lebih tinggi yaitu sebesar 42,37% dibandingkan dengan papan yang menggunakan perekat likuida tanpa penambahan resorsinol sebesar 34,47%. Semakin tinggi kadar padatan tertentu, maka keteguhan rekat papan yang dihasilkan semakin meningkat karena semakin banyak molekul penyusun perekat yang bereaksi dengan kayu saat perekatan (Rowell 2005). Faktor lain yang menyebabkan nilai kekuatan rekat semakin menurun karena pengaruh nilai kekentalan perekat yang sangat rendah untuk perekat likuida tanpa resorsinol sebesar 34 cps mengakibatkan mobilitas perekat menjadi tinggi sehingga pada waktu dikempa panas perekat keluar dari garis perekatan sehingga memperlemah kekuatan rekat. Kekentalan terlalu rendah, maka akan

27 terjadi penetrasi perekat ke dalam permukaan void sirekat yang berlebihan dan menyebabkan miskinnya garis rekat yang terbentuk (Ruhendi 1997). Semakin tinggi tingkat pengenceran akan menghasilkan nilai internal bond yang semakin rendah, kondisi tersebut karena semakin lemahnya daya rekat perekat untuk mempersatukan bahan, dengan semakin encer perekat menyebabkan semakin lemahnya daya atraksi perekat dalam mengikat materi (Massijaya 2005). Rendahnya nilai internal bond dapat terjadi akibat rendahnya ikatan rekat antara perekat dengan sirekat karena saat proses pencampuran perekat distribusinya kurang merata (Nurawan 2009). Bowyer et al. (2003) menyatakan bahwa internal bond dipengaruhi blending (pencampuran partikel dengan perekat), pembentukan lembaran, dan pengempaan. 4.2.4 Kuat Pegang Sekrup Berdasarkan hasil pengujian nilai kuat pegang sekrup berkisar antara 22,935 kg sampai 35,401 kg. Nilai kuat pegang sekrup seluruh papan dapat lihat pada Gambar 12. Hasil sidik ragam menunjukkan penambahan resorsinol berpengaruh nyata terhadap nilai kuat pegang sekrup. Hal ini berarti pada perlakuan penambahan 5% resorsinol memberikan pengaruh yang berbeda dengan perekat likuida tanpa penambahan resorsinol. Sedangkan kadar perekat dan interaksi di antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kuat pegang sekrup papan. Hal ini berarti kadar perekat 10%, 15% dan 20% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kerapatan papan. Nilai rata-rata kuat pegang sekrup yang diperoleh dari hasil perlakuan perekat likuida dengan penambahan 5% resorsinol lebih tinggi sebesar 0,28 kg dibandingkan dengan perekat tanpa perlakuan penambahan resorsinol sebesar 0,19 kg. Hal ini diduga karenakan sifat perekat yang terdapat pada perekat likuida dengan penambahan resorsinol memiliki tingkat kekentalan dan solid content yang lebih tinggi dibandingkan dengan perekat likuida tanpa resorsinol. Kenaikan nilai viskositas sejalan dengan kenaikkan nilai kadar padatan perekat. Peningkatan kadar padatan perekat dapat meningkatnya kuat pegang sekrup, hal ini menunjukkan bahwa ikatan yang kuat antara molekul-molekul kayu dengan

28 perekat terjadi secara sempurna (Santoso 2001). Faktor lain yang menyebabkan meningkatnya kuat pegang sekrup karena semakin tinggi kerapatan maka semakin tinggi nilai kerapatan papan. Menurut Bowyer et al. (2003), kekuatan menahan sekrup terutama ditentukan oleh kerapatan papannya, semakin tinggi kerapatan papan maka kuat pegang sekrupnya pun semakin tinggi. Kuat Pegang Sekrup (kgf) 42 35 28 21 14 7 16,00 30,66 31,38 24,65 22,93 35,40 Minimum 31 kg (JIS A 5908:2003) LTR LR 0 Gambar 12 Histogram nilai kuat pegang sekrup papan partikel TKS. Secara umum nilai kuat pegang sekrup tidak memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan minimal 31 kg. Hanya dua buah papan yang memenuhi standar yaitu papan yang menggunakan perekat likuida dengan penambahan resorsinol pada kadar perekat 15% dan 20%.