BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

DAFTAR ALAMAT MASJID SUMATERA BARAT KABUPATEN LIMAPULUH KOTA. Alamat Kabupaten/Kota

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin pesat serta lingkungan dan

PENGADILAN AGAMA PAYAKUMBUH KEPUTUSAN WAKIL KETUA PENGADILAN AGAMA DI PAYAKUMBUH. Nomor : W3-A5/65/HK.05/I/2016

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT

DAFTAR ALAMAT MASJID DAN MUSHALLA KABUPATEN LIMAPULUH KOTA. No Nama Mesjid/Mushala

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

04. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA BARAT

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 44 TAHUN 1990 (44/1990) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1990 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN I - 1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Lima Puluh Kota didominasi oleh sektor pertanian. Jika dilihat secara

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN

PULAU 1. IV Koto Pulau 1. Pulau Punjung

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut

LOKASI TPS DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT DI KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2015

STATUS DESA BERDASARKAN INDEKS DESA MEMBANGUN

LAPORAN PERKEMBANGAN STOK BENIH 10 (SEPULUH) HARIAN

LAPORAN PERKEMBANGAN STOK BENIH 10 (SEPULUH) HARIAN

LAPORAN PERKEMBANGAN STOK BENIH 10 (SEPULUH) HARIAN

LAPORAN PERKEMBANGAN STOK BENIH 10 (SEPULUH) HARIAN

PEMERINTAH KOTA PADANG

BAB III GAMBARAN UMUM PENGADILAN AGAMA TANJUNG PATI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 19 TAHUN 2016 T E N T A N G

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

POTENSI LAHAN PENGEMBANGAN SAPI POTONG MENUNJANG KETERSEDIAAN DAGING DI KABUPATEN 50 KOTO SUMATERA BARAT

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

DAFTAR MAHASISWA PESERTA KKN PPM TAHUN 2017 UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEPERAWATAN

Data Kebutuhan Harga Satuan (Rp.)

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Peramalan OPT dan Bencana Alam di Sumatera Barat Periode Januari - Juni 2015 # 1

SURVEI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT DI PROPINSI SUMATERA BARAT] Kuliah Kerja Nyata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PERKEMBANGAN STOK BENIH 10 (SEPULUH) HARIAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013

DATA PERPUSTAKAAN NAGARI, DESA DAN KELURAHAN YANG TELAH MENERIMA BANTUAN DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2009 S.D. 2013

INDONESIA: West Sumatra Earthquake Gazetteer of Sub Villages in Alphabetical Order

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2017 PEMBIAYAAN APBD KABUPATEN SIJUNJUNG. Indikator Kinerja Program/ Kegiatan.

BUPATI PADANG PARIAMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN NAGARI BUKIT BUAL DI KECAMATAN KOTO VII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NON FORMAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR 046/K/SK/AKR/2016

Kota Sawahlunto. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SAWAHLUNTO Jl Bagindo Aziz Chan Telp (0754) Sawahlunto

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

RGS Mitra 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SAWAHLUNTO

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam

DAFTAR MAHASISWA PESERTA KKN PPM TAHUN 2017 UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

DAFTAR RAYONISASI SMP KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NO RAYON SEKOLAH ASAL 1 SMP NEGERI 1 PADANG BEBAS RAYON (PSB ONLINE 30%)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN KELURAHAN OMPANG TANAH SIRAH

Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Payakumbuh Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

DAFTAR CALON PESERTA SERTIFIKASI GURU RA/MADRASAH DALAM JABATAN DEPARTEMEN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI MUARO NOMOR : W3.U14/ 01 /HPDT/IV/2015

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NON FORMAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR 088/K/SK/AKR/2016

INDONESIA: West Sumatra Earthquake Gazetteer of Sub Villages (Jorong/Korong/Kampung) by Village (Nagar

DAFTAR PAKET BIDANG BINA MARGA TAHUN 2013 DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK SELATAN

BUPATI SOLOK PERATURAN BUPATI SOLOK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

DINAS PEKERJAAN UMUM PEJABAT PENGADAAN BIDANG PSDA Jln. Sultan Alam Bagarsyah Telp Batusangkar (27281)

Wilayah Minangkabau. Wilayah Minangkabau : Wilayah Darek Wilayah Rantau Wilayah Pasisia

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

ANALISIS SPASIAL DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN FILARIASIS DI KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KABUPATEN LIMA PULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT

PENGADILAN AGAMA SIJUNJUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Alamat Kabupaten/Kota

KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KodeAgen Nama Alamat Kabupaten / Kota Provinsi Kode Pos BNI YENNY ELFIRA Padam Jorong Aro Kandikir 00 Gaduk Tilatang Kamang Kab Agam

Kabupaten Padang Pariaman

BUPATI PESISIR SELATAN

UNTUK TINGKAT SEKOLAH DASAR / SLB

Wilayah I (hingga jarak 15 Km) Wilayah II (jarak 16 hingga 30 Km) Sirakuk Utara

DAFTAR MAHASISWA PESERTA KKN PPM TAHUN 2017 UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KERAGAAN USAHATANI GAMBIR

Presiden Republik Indonesia,

BAB I. PENDAHULUAN A.

Unit Kerja : Dinas Pengelolaan SDA Provinsi Sumatera Barat (termasuk Balai Kuantan Indragiri & Batanghari) Status : Januari 2009

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

Transkripsi:

1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memiliki akses air minum yang layak adalah harapan seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran dan pedesaan, baik masyarakat yang berpenghasilan tinggi maupun masyarakat yang berpenghasilan rendah. Untuk dapat memiliki akses air minum yang layak ini, bisa diupayakan sendiri oleh masyarakat secara mandiri, berkelompok atau melalui bantuan pemerintah dalam proyek dan program pembangunan. Salah satu upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan akses air minum yang layak bagi masyarakat adalah melalui Perusahaan Air Minum (PAM) dan untuk di daerah melalui Perusahaan Air Minum Daerah. Sedangkan untuk menjangkau memenuhi kebutuhan air minum yang layak bagi masyarakat di pedesaan dan pinggiran kota yang belum terjangkau PAM/PDAM pemerintah telah menerapkan suatu program berbasis masyarakat yakni program Pamsimas. Program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) merupakan program pembangunan infrastruktur pemerintah dalam meningkatkan akses masyarakat pedesaan yaitu desa dengan penghasilan masyarakatnya tergolong masih rendah (miskin) dan periurban terhadap fasilitas air minum dan sanitasi yang layak dengan pendekatan berbasis masyarakat agar lebih terjangkau dan tentunya dapat menunjang kesejahteraan masyarakat. Menurut petunjuk teknis Pamsimas (2015) pendekatan berbasis masyarakat menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan utama dan penanggung jawab dalam seluruh tahapan mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap pengoperasian dan pemeliharaan. Proses tersebut mengajak masyarakat untuk menemu-kenali berbagai permasalahan terkait dengan air minum dan sanitasi, kemudian dibimbing untuk melakukan berbagai langkah solusi dan pencegahannya

2 termasuk dalam pembangunan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, serta membangun kesadaran dan kapasitas masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Semua tahapan dalam setiap proses kegiatan berpengaruh terhadap kinerja dan kesinambungan dari keberhasilan program Pamsimas, namun tahap perencanaan sangatlah penting, karena dengan adanya perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang baik dapat berpengaruh dalam keberlanjutan pemanfaatan bangunan yang telah dibuat atau tahap pasca konstruksi. Pada tahapan pasca konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan berada ditangan masyarakat pemanfaat, mengelola dan mengembangkan sarana air minum dan sanitasi yang telah terbangun secara mandiri, sehingga memberikan pelayanan yang berkelanjutan bagi masyarakat penerima manfaat. Program Pamsimas diberikan kepada lokasi yang membutuhkan dan bersedia memelihara serta mengelola sistem yang dibangun. Salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang telah melaksanakan program Pamsimas adalah Kabupaten Lima Puluh Kota. Sejak tahun 2008 hingga 2015 sebanyak 93 desa yang telah mendapatkan alokasi dalam pelaksanaan program Pamsimas. Adapun uraian lokasi program Pamsimas di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah: No Tabel 1.1 Lokasi Program Pamsimas di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun Anggaran Kecamatan Jorong Status 1 Suliki Ateh Koto 2 Akabiluru Koto Baru 3 4 2008 Mungka Mungka Simpang Tiga Kenanga Kampung Tangah 5 Harau Hulu Aia 6 Mangunai 7 Kapur IX Sialang Atas Tidak

3 No 8 Tahun Anggaran Kecamatan Jorong Status Mungka Simpang Goduang 9 Pangkalan Koto Baru Koto Tangah 10 Situjuh Limo Nagari Ateh Koto 11 Situjuh Limo Nagari Sawah Laweh 12 Situjuh Limo Nagari Tanjung Bungo 13 Akabiluru Koto Malintang 14 Harau Gurun 15 Harau Tanjung Ateh 16 Tareh 17 2009 Batu Payung Tidak 18 Sungai Ipuh 19 Payakumbuh Pabatungan 20 Kapur IX Alai Baru 21 Pangkalan Koto Baru Koto Ronah 22 Pangkalan Koto Baru Balik Bukit 23 Gunuang Omeh Aie Angek 24 Akabiluru Beringin 25 Akabiluru Sawah Padang 26 Guguak Sipingai 27 Kapur IX Koto Tangah 28 Atas Laban 29 30 31 2010 Payakumbuh Situjuh Limo Nagari Bulakan Bukik Tapuang Kubang Bungkuak 32 Suliki Taratak 33 Suliki Botuang 34 35 Gunuang Omeh Gunuang Omeh Kampung Melayu Kampuang Gaduang 36 Akabiluru Nagari Gadang

4 No Tahun Anggaran Kecamatan Jorong Status 37 Bukit Barisan Pauah 38 Guguak Siamang Bunyi 39 Gunuang Omeh Lokuang 40 Kubang Rasau 41 2011 Mungka Maur 42 Mungka Sopan 43 Pangkalan Koto Baru Simpang Tigo 44 Suliki Korek Hilia 45 Suliki Soriak 46 Guguak Limo Koto 47 Padang Mangunai 48 Payakumbuh Gando 49 Pangkalan Koto Baru Polong duo 50 Pangkalan Koto Baru Sungai pimpiang 51 Gunuang Omeh Kampuang Patai 52 Gunuang Omeh Lubuk Aur 53 2012 Gunuang Omeh Sungai Dadok 54 Bukit Barisan Banja Laweh Gadang 55 Bukit Barisan Banda Raid 56 Bukit Barisan Bigau 57 Suliki Padang Laweh 58 Suliki Batang Linjuang 59 Bukit Barisan Koto Tangah 60 AkaBiluru Batu hampa 61 Tanjuang Gadang rumah 62 Guguak Manganti 63 Tampuang Kodok 64 2013 Lompek 65 Suliki Mudiak Liki 66 Suliki Tanah longiah

5 No Tahun Anggaran Kecamatan Jorong Status 67 Pangkalan Koto Baru Banja Ranah 68 Gunuang Omeh Sungai Mangkirai 69 Bukit Barisan Koto Tinggi I 70 Kapur IX Mongan 71 Kapur IX Koto Tuo 72 Bukit Barisan Datar 73 Suliki/Tj. Bungo Lancaran 74 Pangkalan Koto Baru Mudik Pasar 75 Bukit Barisan Sopan Tanah 76 Guguak Taratak 77 Larleh Sago Halaban Padang Aur 78 79 2014 Kapur IX Taratak Galugua Tidak 80 Kapur IX Koto Tangah 81 82 Kapur IX Tanjuang Jajaran Tanah Mungguak Tidak 83 Gunung Omeh Pua Data 84 Gunung Omeh Sungai Siriah 85 Kabun 86 Guguak 87 Bukik Barisan Ampang Gadang 1 88 2015 Bukik Barisan Bungo Tanjung 89 Suliki Kubu Tongah 90 Suliki Kurai 91 Mungka Simpang Abu 92 Situjuah Limo Nagari Bumbuang 93 Luhak Subaladuang Sumber: Data Pamsimas Kab. Lima Puluh Kota, 2016 Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pelaksanaan program Pamsimas di Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan program yang berhasil

6 dilaksanakan, karena dari 93 lokasi program Pamsimas terdapat 10 lokasi (9,3% ) yang berfungsi sebagian dan tidak berfungsi sama sekali. Ada empat lokasi Pamsimas yang tidak berfungsi yakni Jorong Sialang Atas, Jorong Tanjung Jajaran, Jorong Batu Payung, dan Jorong Taratak. Sedangkan lokasi yang berfungsi sebagian terdapat enam lokasi yakni, Jorong Kampung Tangah, Jorong Balik Bukit, Jorong Bulakan, Jorong Buki t Tapuang, Jorong Maur, dan Jorong Galugua. Lokasi yang tidak berfungsi dan berfungsi sebagian ini menunjukkan bahwa infrastuktur yang telah dibangun belum menunjukkan hasil yang optimal, sehingga membuat tidak tercapainya tujuan pelaksanaan program tersebut dan menyebabkan kerugian. Hal ini patut untuk dicermati, mengapa masalah ketidakberfungsian fasilitas sarana penyediaan air minum di beberapa lokasi dapat terjadi. Fakta-fakta yang menjadi akar permasalahan di lokasi ini perlu untuk di teliti. Hal inilah yang menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Forensic Engineering Infrastruktur Sistem Jaringan Air Minum Pedesaan pada programpamsimas Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian dilakukan dengan membandingkan 3 lokasi yang berfungsi dan 3 lokasi yang sarana penyediaan air minumnya berfungsi sebagian dan tidak berfungsi sama sekali. Dari keenam lokasi tersebut diharapkan dapat mewakili dari keseluruhan permasalahan yang ada di lokasi-lokasi lainnya. 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi tidak berfungsinya infrastruktur air pada program Pamsimas Kabupaten Lima Puluh Kota. 2. Menemukan solusi untuk dapat menjadi perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan program Pamsimas selanjutnya di lokasi Pamsimas pada Kabupaten Lima Puluh Kota. 3. Mengetahui apakah ada pengaruh ketidakfungsian infrastruktur Pamsimas terhadap keberlanjutan pelaksanaan program Pamsimas di lokasi yang menjadi daerah penelitian.

7 Maksud dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan berbentuk data-data yang dapat digunakan bagi kajian atau penelitian selanjutnya yang berkaitan, serta dapat menjadi bahan evaluasi dalam menrencanakan infrastruktur khususnya pada penyediaan jaringan air minum dan sanitasi. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah diperlukan agar penelitian dapat terarah dan fokus pada hal-hal yang diperlukan, adapun batasan itu adalah: 1. Wilayah penelitian dilakukan di lingkup Kabupaten Lima Puluh Kota. 2. Penelitian difokuskan pada permasalahan-permasalahan yang terjadi pada bidang infrastruktur penyediaan air minum yang dibangun dalam program Pamsimas di Kabupaten Lima Puluh Kota. 3. Penelitian dilakukan pada 3 lokasi yang sarana penyediaan air minumnya berfungsi dan 3 lokasi yang sarana penyediaan air minumnya berfungsi sebagian dan tidak berfungsi pada program Pamsimas di Kabupaten Lima Puluh Kota. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Pada bab ini dikemukakan tentang informasi secara keseluruhan, yang meliputi latar belakang penelitian, maksud dan tujuan penelitian, batasan masalah penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka Pada bab ini disajikan tentang teori-teori yang dijadikan dasar pembahasan dan penganalisaan masalah, serta beberapa definisi dari studi pustaka yang berhubungan dengan penelitian ini. Bab III : Metodologi Penelitian Pada bab ini dikemukankan tentang pendekatan dari teori yang kemudian diuraikan menjadi suatu usulan pemecahan masalah,

8 meliputi antara lain: pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa yang dilakukan pada penelitian. Bab IV : Hasil dan Pembahasan Pada bab ini diuraikan prosedur kerja di lapangan dalam rangka pengumpulan data sekunder dan data primer, variabel-variabel penelitian, indikator-indikator penelitian, dan pertanyaanpertanyaan yang akan diajukan. Bab VI : Kesimpulan dan Saran Pada bab ini disajikan kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian dan memberikan usulan rekomendasi perbaikan untuk penelitian yang akan datang.