BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Indeks Kebugaran a. Pengertian Indeks Kebugaran Kebugaran jasmani sering disebut juga dengan istilah kesegaran jasmani atau physical fitness. Semua orang memerlukan tingkat kebugaran jasmani tertentu sesuai dengan fungsinya dalam proses kehidupan, untuk mengembangkan kesanggupan dan kemampuannya. Kebugaran jasmani adalah kemampuan jasmani untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih sanggup melakukan aktivitas yang sifatnya mendadak atau keadaan emergency (Margono, 2012: 36). Menurut Engkos Kosasih (1995: 10) kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan mudah tanpa merasa lelah dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggang atau keperluan yang sewaktu-waktu dapat digunakan, dengan demikian kebugaran jasmani merupakan wujud dari loyalitas fungsional seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan secara tertentu dengan hasil baik atau memuaskan tanpa kelelahan yang berarti. Menurut Sumintarsih (2007: 26) kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan
kelelahan yang berlebihan, sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Menurut Nurhasan (2005: 2) yang dimaksud kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan fisik tertentu yang sesuai dengan bidang tugasnya yang memerlukan usaha otot. Menurut Yunusul Hairy (2002: 17) kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-hari dengan giat dan dengan penuh kewaspadaan, tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Seseorang dapat menikmati waktu senggangnya dan menghadapi hal-hal yang darurat atau dengan kata lain dapat menghadapi hal-hal yang tidak terduga sebelumnya dengan energi yang cukup. Kebugaran jasmani secara umum sering diartikan sebagai derajat kemampuan seseorang untuk menjalankan tugas berikutnya. Definisi ini memang lebih menggambarkan kemampuan biologis dan proses fisiologis bahwa seluruh organ tubuh manusia berfungsi secara normal. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 7) untuk menunjang kesegaran jasmani meliputi tiga upaya, yakni: 1) Makan Untuk mempertahankan hidup manusia memerlukan makan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitas, yakni memenuhi syarat makanan sehat, berimbang, cukup energi, dan nutrisi.
2) Istirahat Tubuh manusia tersusun atas organ, jaringan, dan sel yang memiliki kemampuan kerja terbatas. Kelelahan merupakan indikator keterbatasan fungsi tubuh manusia, untuk itu istirahat diperlukan agar tubuh melakukan pemulihan. 3) Berolahraga Merupakan cara salah satu alternatif paling efektif dan aman untuk memperoleh kesegaran, sebab berolahraga mempunyai multi manfaat fisik, psikis, maupun manfaat sosial. Pendapat selanjutnya yang dikemukakan oleh Sumaryanto yang dikutip oleh Tutiek R. (2004: 47) olahraga memberikan kesempatan yang tepat untuk menyalurkan tenaga yang kita miliki dengan jalan yang baik menuju kehidupan yang selaras, seimbang, dan serasi demi mendapat manfaat meraih kebahagiaan hidup yang sejati. Kita dalam berolahraga harus memperhatikan beberapa hal seperti : a) Intensitas latihan : setiap latihan hendaknya mencapai training zone berupa 80% dari denyut nadi maksimal (DNM), sedangkan untuk mengetahui denyut nadi maksimal menggunakan rumus 220 umur ( dalam tahun). b) Lamanya latihan : lama atau durasi latihan yaitu selama 40 45 menit harus dipertahankan masuk training zone.
c) Frekuensi latihan : setiap minggu idealnya latihan sebanyak 3 kali, namun lebih baik lagi jika latihan 4-5 kali perminggunya. Setiap sesi latihan terdiri dari (1) latihan pemanasan selama 5 sampai dengan 10 menit, (2) latihan inti selama 15 sampai 60 menit dan (3) pendinginan selama 5-10 menit. Pemanasan dirancang untuk meningkatkan tingkat metabolisme. Latihan inti dapat dilakukan secara kontinyu maupun diskontinyu yang meliputi aktivitas aerobik dan melibatkan otot-otot besar serta menaikkan frekuensi denyut jantung. Latihan pendinginan meliputi latihan yang membantu adaptasi tubuh dalam menurunkan kapasitas latihan sampai latihan dihentikan. Latihan ini baik untuk memulihkan sirkulasi tubuh secara perlahan-lahan. Aliran darah yang semula terutama didistribusikan pada otot secara perlahan dialihkan pula agar merata keseluruh bagian tubuh. b. Komponen Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani terdiri atas beberapa komponen. Mengetahui dan memahami komponen kesegaran jasmani sangatlah penting, karena komponen tersebut penentu baik buruknya kondisi fisik atau tingkat kesegaran jasmani seseorang. Menurut Wahjoedi (2000: 59-61) kebugaran jasmani terdiri atas dua, yaitu kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dan kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
1) Kesegaran Jasmani yang Berhubungan dengan Kesehatan Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri atas lima komponen dasar yang saling berhubungan antara yang satu dan yang lainnya (Emi Rachmawati. 2005. Tingkat Kesegaran Jasmani Anggota Paguyuban Lansia Sehat. Diakses dari http://digilib.unnes.ac.id gsdl/ collect/ skripsi/archives/hash915c/9d25fce3.dir/doc.pdf. pada tanggal 26 November 2016, pukul 16.45). Komponen dasar itu adalah: a) Daya tahan jantung-paru (kardiorespirasi) Komponen ini menggambarkan kemampuan dan kesanggupan melakukan kerja dalam keadaan aerobik, artinya kemampuan sistem peredaran darah dan pernapasan untuk mengambil dan menyediakan oksigen yang dibutuhkan seseorang. Latihan fisik akan mempengaruhi konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida. Kadar oksigen dalam jumlah yang besar akan terdifusi dari alveoli ke dalam darah vena kembali ke paru-paru.. Oleh itu, ventilasi akan meningkat untuk memungkinkan pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Permulaan aktivitas fisik ini disertai dengan peningkatan dua tahap ventilasi. Hampir segera dapat terlihat peningkatan pada inspirasi dan kenaikan bertahap pada kedalaman dan tingkat pernapasan. Kedua tahap penyesuaian menunjukkan bahwa kenaikan awal dalam ventilasi diproduksi oleh mekanisme gerakan tubuh setelah latihan dimulai, namun sebelum
rangsangan secara kimia, korteks motor menjadi lebih aktif dan mengirimkan impuls stimulasi ke pusat inspirasi, yang akan merespon dengan meningkatkan respirasi juga. Secara umpan balik proprioseptif dari otot rangka dan sendi aktif memberikan masukan tambahan tentang gerakan ini dan pusat pernapasan dapat menyesuaikan kegiatan itu berdasarkan kesesuaiannya. (Guyton, 2006: 250). Tahap kedua lebih bertahap dengan kenaikan respirasi yang dihasilkan oleh perubahan status suhu dan kimia dari darah arteri. Sambil latihan berlangsung, peningkatan proses metabolisme pada otot menghasilkan lebih banyak panas, karbon dioksida dan ion hidrogen. Semua faktor ini meningkatkan penggunakan oksigen dalam otot, yang meningkatkan oksigen arteri juga. Akibatnya, lebih banyak karbon dioksida memasuki darah, meningkatkan kadar karbon dioksida dan ion hidrogen dalam darah. Hal ini akan dirasakan oleh kemoreseptor, yang sebaliknya merangsang pusat inspirasi, dimana terjadi peningkatan dan kedalaman pernapasan. Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa kemoreseptor dalam otot juga mungkin terlibat iaitu dengan meningkatkan ventilasi dengan meningkatkan volume tidal. (Willmore, 1999: 179). Menurut Wahjoedi (2000: 59) daya tahan jantung adalah kapasitas sistem jantung-paru, dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Daya tahan kardiorespirasi yaitu
kemampuan paru mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam jangka waktu lama (Djoko Pekik Irianto, 2004: 4). Selama latihan, permintaan oksigen di otot aktif meningkat, lebih banyak nutrisi digunakan dan proses metabolisme dipercepatkan serta menghasilkan sisa metabolisme. Jadi, untuk memberikan lebih banyak nutrisi dan untuk menghilangkan sisa metabolisme, sistem kardiovaskuler harus beradaptasi untuk memenuhi tuntutan sistem muskuloskeletal selama latihan. Respon akut atau langsung yang terlihat sewaktu latihan adalah peningkatan kontraktilitas miokard, peningkatan curah jantung, peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan respon perifer termasuk vasokonstriksi umum pada otot-otot dalam keadaan istirahat, ginjal, hati, limpa dan daerah splanknikus ke otot-otot kerja dan juga ada peningkatan tekanan darah sistolik akibat curah jantung yang meningkat. Dengan pelatihan yang ada akan ditandai penurunan denyut nadi dan pengurangan tekanan darah saat istirahat dengan peningkatan volume darah dan hemoglobin. (Guyton, 2006: 690) Selama tenaga digunakan, akan masih terjadi penurunan denyut nadi, peningkatan stroke volume, peningkatan curah jantung dan peningkatan ekstraksi oksigen oleh otot bekerja karena perubahan enzimatik dan biokimia pada otot serta peningkatan konsumsi oksigen maksimal untuk setiap intensitas latihan yang diberikan. Jantung di bagian ventrikel kiri memompakan darah masuk ke aorta. Darah aorta disalurkan masuk kedalam aliran yang terpisah secara
progressive memasuki arteri sistemik yang membawa darah tersebut ke organ ke seluruh tubuh kecuali paru-paru yang disuplay oleh sirkulasi pulmonal. Arteri bercabang menjadi arteriol yang berdiameter lebih kecil yang akhirnya masuk ke bagian yang lebar dari kapiler sistemik. Pertukaran nutrisi dan gas terjadi melalui dinding kapiler yang tipis, darah melepaskan oksygen dan mengambil CO2 pada sebagian besar kasus darah mengalir hanya melalui satu kapiler dan kemudian masuk ke venule sistemik. Sel tubuh yang dituju termasuk sel-sel tubuh yang berada di tubuh bagian atas dimana terdapat selsel otak. Otak merupakan bagian sistem koordinasi pusat yang berfungsi memproses kegiatan fisiologis tubuh meliputi berjalan, makan, dan berfikir. Sel-sel otak seperti sel umumnya membutuhkan oksigen dan bahan makanan untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk kegiatan sel tersebut. Respirasi selular adalah proses di mana sel-sel kita mendapatkan energi untuk menjalankan fungsi mereka. Ada dua jenis respirasi selular: aerobik dan anaerobik. Selama respirasi aerobik, oksigen, dan ini menghasilkan jumlah energi yang lebih besar. Respirasi selular aerobik menggunakan oksigen dan menghasilkan lebih banyak molekul ATP dari respirasi sel anaerob, yang tidak menggunakan oksigen, dan hanya menghasilkan 2 molekul ATP. Ada tiga tahap dalam proses transformasi glukosa menjadi ATP: glikolisis, siklus asam sitrat, dan rantai transpor elektron. Sebagian besar proses berlangsung di pembangkit tenaga listrik sel, mitokondria. Hasil akhir dari respirasi selular aerobik maksimal 38 molekul ATP, energi yang dibutuhkan oleh sel untuk melakukan fungsi yang
diperlukan yang memungkinkan kita untuk hidup. Proses kehidupan yang dimaksud dalam hal ini menghasilkan energi untuk memproses impuls syaraf sehingga tercipta konsentrasi yang baik. b) Kekuatan Otot Kekuatan adalah komponen yang sangat penting guna untuk meningkatkan kondisi fisik seseorang secara keseluruhan. Kekuatan otot adalah kemampuan badan dalam menggunakan daya, serabut otot yang ada dalam otot akan memberikan respons apabila dikenakan beban dalam latihan (Rusli Lutan, 1999: 66). Kekuatan otot juga dapat didefinisikan kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot, merupakan suatu kemampuan untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan otot penting untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Kekuatan otot dipengaruhi oleh: usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, suhu otot (Depkes, 1996: 35). Peningkatan aliran darah ke otot-otot yang bekerja memberikan oksigen tambahan. Ekstraksi oksigen lebih banyak dari sirkulasi darah dan penurunan po2 jaringan lokal dan peningkatan pco2. Latihan daya tahan mengakibatkan peningkatan aktivitas enzim mitokondria pada kedua serat lambat dan cepat tanpa mengubah kecepatan kontraksi serat. Latihan meningkatkan kemampuan kedua jenis serat untuk menyediakan energi selama latihan berkepanjangan. Kegiatan intensitas tinggi mengakibatkan perbaikan besar dalam kekuatan otot dan kapasitas aerobik tinggi dan akan terjadi peningkatan
ukuran otot-otot yang terlibat yaitu hipertrofi setelah mengikuti latihan kekuatan. c) Daya Tahan Otot Daya tahan otot adalah kemampuan dan kesanggupan otot untuk kerja berulang-ulang tanpa mengalami kelelahan. Daya tahan dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau kondisi tubuh yang mampu bekerja dalam waktu yang cukup lama (Rusli Lutan, 1999: 71). Djoko Pekik Irianto (2004: 35) mengartikan daya tahan otot adalah kemampuan sekelompok otot melakukan serangkaian kerja dalam waktu lama. d) Kelenturan Kelenturan dalah luas bidang gerak tubuh pada persendian, yang selain dipengaruhi oleh jenis sendi itu sendiri juga dipengaruhi oleh jaringanjaringan disekitar sendi, seperti oleh otot, tendon, dan ligamen. Kelenturan tubuh yang baik dapat mengurangi terjadinya cedera olahraga (Depkes, 1996: 55). Faktor fisiologis yang mempengaruhi kelenturan antara lain: usia dan aktivitas. Kelenturan dapat berkurang sebagai akibat menurunnya elastisitas otot karena kurang latihan pada usia lanjut. Kelenturan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan persendian melalui gerak yang luas. Jangkau gerak alami tiap sendi pada tubuh
bergantung pada pengaturan tendon-tendon, ligamen, jaringan penghubung, dan otot-otot (Rusli Lutan, 1999: 75). e) Komposisi Tubuh Komposisi tubuh berhubungan dengan pendistribusian otot dan lemak di seluruh tubuh. Pengukuran komposisi tubuh ini memegang peranan penting, baik untuk kesehatan tubuh maupun untuk berolahraga. Kelebihan lemak tubuh dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas dan meningkatkan risiko untuk menderita berbagai macam penyakit. Kelebihan lemak dapat memperburuk kinerja, karena tidak memberikan sumbangan tenaga yang dihasilkan oleh kontraksi otot, bahkan memberikan bobot mati yang menambah beban, karena memerlukan energi tambahan untuk menggerakkan tubuh. 2) Kesegaran Jasmani yang Berkaitan dengan Keterampilan meliputi: Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan a) Keseimbangan Keseimbangan adalah komponen yang berhubungan dengan sikap mempertahankan keadaan seimbang ketika sedang diam atau bergerak.
b) Daya Ledak Daya ledak adalah komponen yang berhubungan dengan laju ketika seseorang melakukan kegiatan, atau daya ledak merupakan hasil dari daya kali percepatan. c) Kecepatan Kecepatan adalah komponen yang berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sangat singkat. Menurut Munajir (2005: 6) kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Menurut Mochamad Sajoto (1988: 58) kecepatan sebagai kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. d) Koordinasi Koordinasi adalah komponen yang berhubungan dengan kemampuan untuk menggunakan pancaindra, seperti penglihatan dan pendengaran bersama-sama dengan tubuh tertentu di dalam melakukan kegiatan motorik dengan harmonis dan ketepatan tinggi. e) Kelincahan Kelincahan adalah komponen yang berhubungan dengan kemampuan dengan cara mengubah arah posisi tubuh dengan kecepatan dan ketepatan tinggi.
f) Kecepatan Reaksi Kecepatan reaksi adalah komponen yang berhubungan dengan kecepatan waktu yang digunakan antara mulai adanya rangsangan dan mulainya reaksi. Kecepatan reaksi adalah waktu yang digunakan untuk menanggapi suatu rangsangan yang diberikan. Misalnya, kecepatan reaksi berupa penglihatan (Emi Rachmawati. 2005. Tingkat Kesegaran Jasmani Anggota Paguyuban Lansia Sehat Di Kecamatan Candisari Semarang. Diakses dari http://digilib.unnes.ac.id gsdl/ collect/ skripsi/archives/hash915c/9d25fce3.dir/doc.pdf. pada tanggal 26 November 2016, pukul 16.45). c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani berikut : Faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani adalah sebagai 1) Umur Kesegaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia dewasa, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya. Anak usia 6-9 tahun sedang mengalami masa pertumbuhan sehingga memiliki kondisi kebugaran yang relatif baik ( Sola. 2012. Kesegaran Jasmani. Diakses dari http://solaangsa.blogspot.com pada 2 Maret 2017 pukul 14.58).
2) Jenis Kelamin Kesegaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan selama masa pubertas, tapi setelah pubertas anak laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar. 3) Genetik Berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, haemoglobin, sel darah dan serat otot. 4) Makanan Untuk mempertahankan hidup manusia memerlukan makan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitas, yakni memenuhi syarat makanan sehat, berimbang, cukup energi, dan nutrisi (Afandi Kusuma. 2009. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani. Diakses dari http://afand.abatasa.com/post/detail/6966/faktor-faktor pada tanggal 17 November 2016, pukul 14.24). 2. Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Tes kebugaran jasmani Indonesia untuk anak 6-9 tahun terdiri dari lari 30 meter, gantung tekuk siku, baring duduk 30 detik, loncat tegak dan lari 600 meter. Pelaksanaan serangkaian kegiatan tes ini lebih kurang memerlukan waktu 10-12 menit tiap anak, dapat dilakukan bersamaan 4-5 anak dengan pencatat hasil tes menyesuaikan jumlah anak tiap gelombang tes (Yuliati, 1999: 10).
TKJI untuk anak usia 6-9 Tahun yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) Tahun 2010, yaitu : a. Lari/Sprint 30 meter Sprint atau lari cepat bertujuan untuk mengukur kecepatan jarak yang ditempuh untuk siswa putra dan putri adalah sama, yakni 30 meter sedangkan penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Penilaian Lari 30 Meter Anak TKJI Usia 6-9 Tahun No. Putra (detik) Putri (detik) Nilai 1. 5,5 5,8 5 2. 5,6 6,1 5,9 6,6 4 3. 6,2 6,9 6,7 7,8 3 4. 7,0 8,6 7,9 9,2 2 5. 8,7 9,3 1 b. Gantung siku tekuk/ Pull-Up Pull-Up bertujuan untuk mengukur kekuatan otot lengan dan bahu, penilaian untuk gantung siku tekuk dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Penilaian Gantung Siku Tekuk TKJI Anak Usia 6-9 Tahun No Putra (detik) Putri (detik) Nilai 1. 40 33 5 2. 22 39 18 32 4 3. 9 2 9 17 3 4. 3 8 3 8 2 5. 0 2 0 2 1 c. Baring Duduk/Sit Up 30 detik Baring duduk atau Sit-up bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut. Kelompok umur 6-9 tahun melakukan selama 30 detik dengan kriteria penilaian, sebagai berikut : Tabel 3. Penilaian Baring Duduk/Sit Up 30 detik TKJI Anak Usia 6-9 Tahun No Putra Putri Nilai 1. 17 17 5 2. 13 16 11 14 4 3. 7 12 4 10 3 4. 2 6 2 3 2 5. 0 1 0 1 1
d. Loncat Tegak/ Vertical Jump Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak (eksplosif) otot tungkai, penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini : Tabel 4. Penilaian Loncat tegak/ Vertical Jump TKJI Anak Usia 6-9 Tahun No Putra Putri Nilai 1. 38 38 5 2. 30 37 29 37 4 3. 22 29 22 28 3 4. 13 21 13 21 2 5. 13 13 1
e. Lari 600 Meter Lari jarak sedang dilakukan untuk mengukur daya tahan paru, jantung, dan pembuluh darah, pada usia 6-9 tahun jarak yang digunakan adalah 600 meter dengan ketentuan penilaian sebagai berikut : Tabel 5. Penilaian Lari 600 meter TKJI Anak Usia 6-9 Tahun No Putra Putri Nilai 1. sd- 2 39 sd- 2 53 5 2. 2 40 3 00 2 54 3 23 4 3. 3 01 3 54 3 24 4 08 3 4. 3 46 4 48 4 00 5 30 2 5. 4 49 - dst 5 04 dst 1
Pengumpulan data dicatat dalam formulir TKJI, sebagai berikut : Tabel 6. Formulis Tes Kesegaran Jasmani Indonesia No. Jenis Tes Hasil Nilai Keterangan 1. Lari 30 meter... detik 2. Gantung Siku Tekuk... detik 3. Baring Duduk 30 detik... kali 4. Loncat Tegak a. Tingkat raihan :... cm b. Loncatan I :... cm c. Loncatan II :... cm d. Loncatan III :... cm... cm 5. Lari 600 meter... menit 6. Jumlah nilai 7. Klasifikasi Sumber Kemendiknas (2010:30) Untuk menentukan klasifikasi tingkat kesegaran jasmani digunakan norma tes kesegaran jasmani Indonesia, pada tabel berikut :
Tabel 7. Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia 3. Konsentrasi Belajar a. Definisi konsentrasi belajar Konsentrasi adalah pemusatan atau pengerahan (perhatiannya ke pekerjaannya atau aktivitasnya) (Hornby dan Siswoyo, 1993: 205). Menurut Slameto (2003: 87) konsentrasi merupakan pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap mata pelajaran dengan mengenyampingkan semua hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Djamarah (2008: 103) mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti konsentrasi pikiran, perhatian dan sebagainya. Dalam belajar dibutuhkan konsentrasi dalam bentuk perhatian yang terpusat pada suatu pelajaran. Maka dari itu konsentrasi merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi yang baik dan apabila konsentrasi ini berkurang maka dalam mengikuti pelajaran di kelas maupun belajar secara pribadi akan terganggu.
b. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar Menurut Thursan Hakim (2003: 6-9) faktor pendukung tersebut meliputi faktor internal dan faktor eksternal, berikut akan dijelaskan secara rinci : 1) Faktor Internal Pendukung Konsentrasi Belajar Faktor internal merupakan faktor pertama dan utama yang sangat menentukan apakah seseorang dapat melakukan konsentrasi secara efektif atau tidak.secara garis besar, faktor-faktor ini meliputi faktor jasmaniah dan faktor rohaniah. a) Faktor Jasmaniah Hal ini dapat dilihat dari kondisi jasmani seseorang yang meliputi kesehatan badan secara menyeluruh, artinya kondisi badan yang normal menurut standar kesehatan atau bebas dari penyakit yang serius, kondisi badan di atas normal atau fit akan lebih menunjang konsentrasi, cukup tidur dan istirahat, cukup makan dan minum serta makanan yang dikonsumsi memenuhi standar gizi untuk hidup sehat, ( seluruh panca indera berfungsi dengan baik, (f) tidak mengalami gangguan fungsi otak karena penyakit tertentu, seperti sering kejang, ayan, dan hiperaktif, (g) tidak mengalami gangguan saraf, (h) tidak dihinggapi rasa nyeri karena penyakit tertentu, seperti maag dan sakit kepala, (i) detak jantung normal. Detak jantung ini mempengaruhi ketenangan dan sangat mempengaruhi konsentrasi, dan (j)
irama napas berjalan baik. Sama halnya dengan jantung, irama napas juga sangat mempengaruhi ketenangan. b) Faktor Rohaniah Untuk dapat melakukan konsentrasi yang efektif, kondisi rohani seseorang setidak-tidaknya harus memenuhi hal-hal berikut (a) kondisi kehidupan sehari-hari cukup tenang, (b) memiliki sifat baik, terutama sifat sabar dan konsisten, (c) taat beribadah sebagai penunjang ketenangan dan daya pengendalian diri, (d) tidak dihinggapi berbagai jenis masalah yang terlalu berat, (e) tidak emosional, (f) tidak sedang dihinggapi stres berat, (g) memiliki rasa percaya diri yang cukup, (h) tidak mudah putus asa, (i) memiliki kemauan keras yang tidak mudah padam, dan (j) bebas dari berbagai gangguan mental, seperti rasa takut, was-was, dan gelisah. Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa faktor jasmani dan rohani merupakan faktor internal yang sangat dibutuhkan dalam mendukung konsentrasi belajar efektif. Keduanya harus ada secara seimbang, apabila salah satu faktor tidak terpenuhi maka kemungkinan tidak akan terjadi konsentrasi belajar yang efektif.
2) Faktor Eksternal Pendukung Konsentrasi Belajar Faktor eksternal adalah segala hal-hal yang berada di luar diri seseorang atau lebih tepatnya segala hal yang berada di sekitar lingkungan.hal-hal tersebut juga menjadi pendukung terjadinya konsentrasi yang efektif. Beberapa faktor eksternal yang mendukung konsentrasi efektif yaitu (a) lingkungan, (b) udara, (c) penerangan, (d) orang-orang sekitar lingkungan, (e) suhu, (f) fasilitas. Lingkungan sekitar harus cukup tenang, bebas dari suarasuara yang terlalu keras yang mengganggu pendengaran dan ketenangan. Sebagai contoh, suara bising dari pekerja bangunan, suara mesin kendaraan bermotor, suara keramaian orang banyak, suara pesawat radio, dan televisi yang terlalu keras. Selain itu udara sekitar harus cukup nyaman, bebas dari polusi dan bau-bauan yang mengganggu rasa nyaman.sebagai contoh, bau bangkai dan kotoran binatang, bau sampah, bau WC, atau keringat. Disamping itu penerangan di sekitar lingkungan juga harus cukup, tidak lebih dan tidak kurang sehingga tidak menimbulkan kesukaran bagi pandangan mata. Kemudian hal lain yang menunjang yaitu orang-orang yang ada di sekitar lingkungan juga harus terdiri dari orang-orang yang dapat menunjang suasana tenang, apalagi jika lingkungan tersebut merupakan lingkungan belajar. Lingkungan belajar akan lebih nyaman jika suhu di sekitar lingkungan tidak terlalu ekstrim karena suhu harus menunjang kenyamanan dalam melakukan kegiatan yang memerlukan konsentrasi. Untuk itu, perlu diperhatikan sirkulasi udara, pendingin ruangan, atau setidaknya kipas angin. Selain itu juga harus tersedia fasilitas yang cukup
menunjang kegiatan belajar, seperti ruangan yang bersih, kursi, meja, dan perlatan untuk keperluan belajar. Menurut Tonienase (2007: 55) konsentrasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti di bawah ini: a. Lingkungan Lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan dalam berkonsentrasi, siswa akan dapat memaksimalkan kemampuan konsentrasi. Jika siswa dapat mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsentrasi, siswa mampu menggunakan kemampuan siswa pada saat dan suasana yang tepat. Faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah suara, pencahayaan, temperatur, dan desain belajar. 1) Suara. Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap suara, ada yang menyukai belajar sambil mendengarkan musik, belajar ditempat ramai, dan bersama teman. Tetapi ada yang hanya dapat belajar ditempat yang tenang tanpa suara, atau ada juga yang dapat belajar ditempat dalam keadaan apapun. 2) Pencahayaan. Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar ditempat terang, atau senang belajar ditempat yang gelap, tetapi kenyamanan visual dapat juga digolongkan sebagai salah satu faktor
yang mempengaruhi tingkat kenyamanan di dalam ruangan maupun bangunan. 3) Temperatur. Temperatur sama seperti faktor pencahayaan, merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar ditempat dingin, atau senang belajar ditempat yang hangat, dan juga senang belajar ditempat dingin maupun hangat. 4) Desain Belajar. Desain belajar merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh juga, yaitu sebagai media atau sarana dalam belajar, misalnya terdapat seseorang yang senang belajar ditempat santai sambil duduk di kursi, sofa, tempat tidur, maupun di karpet. Cara mendesain media dan sarana belajar merupakan salah satu cara yang dapat membuat kita lebih dapat berkonsentrasi. b. Modalitas Belajar Modalitas belajar yang menentukan siswa dapat memproses setiap informasi yang diterima. Konsentrasi dalam belajar dan kreativitas guru dalam mengembangkan strategi dan metode pembelajaran di kelas akan meningkatkan konsentrasi belajar siswa sehingga hasil belajarnya pun akan meningkat pula.
Semakin banyak informasi yang diterima dan diserap oleh siswa, maka kemampuan berkonsentrasi pun harus semakin baik dan fokus dalam mengikuti setiap proses pembelajaran. Banyak cara yang ditawarkan oleh para ahli dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa, misalnya dengan cara meningkatkan gelombang alfa agar setiap siswa dapat berkonsentrasi dengan baik, kemudian dapat juga dengan mengatur posisi tubuh pada saat belajar, dan mempelajari materi (informasi) sesuai dengan karakteristik siswa itu sendiri. c. Pergaulan Pergaulan juga dapat mempengaruhi siswa dalam menerima pelajaran, perilaku dan pergaulan mereka, dapat mempengaruhi konsentrasi belajar yang dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, seperti faktor teknologi yang berkembang saat ini contohnya televisi, internet, dll hal ini sangat berpengaruh pada sikap dan prilaku siswa. d. Psikologi Faktor psikologi juga dapat mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku siswa dalam berkonsentrasi, misalnya karena adanya masalah dalam lingkungan sekitar dan keluarga. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kedadaan psikologis siswa, karena siswa akan kehilangan semangat dan motivasi belajar mereka, tentunya akan berpengaruh juga terhadap tingkat konsentrasi siswa yang akan semakin menurun.
Nugroho (2007: 68) mengungkapkan aspek aspek konsentrasi belajar sebagai berikut : a. Pemusatan pikiran : Suatu keadaan belajar yang membutuhkan ketenangan, nyaman. b. Motivasi : Keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri individu untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. c. Rasa kuatir : Perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa tidak optimal dalam melakukan pekerjaannya. d. Perasaan tertekan : Perasaan seseorang yang bkan dari individu melainkan dorongan / tuntutan dari orang lain maupun lingkungan. e. Gangguan pemikiran : Hambatan seseorang yang berasal dari dalam individu maupun orang sekitar. Misalnya : masalah ekonomi, keluarga, masalah pribadi individu. 4. Bourdon-Test Bourdon Wiersma test merupakan salah satu dari tes kognitif yang dikembangkan pada tahun 1982, salah satu dari tes kelelahan. Tes ini dipakai untuk mengevaluasi konsentrasi, perhatian, dan kecepatan dalam bekerja untuk tugas-tugas yang rutin dan monoton, ketelitian kerja, dan daya tahan dalam bekerja. Material yang diperlukan yaitu form kelompok berisi titik-titik dari 3 sampai dengan 5 titik (satu baris berisi 20 kelompok titik-titik dan
semuanya berjumlah 30 baris), formulir pencatatan waktu, pensil, dan stopwatch. Hal yang dinilai dalam tes ini adalah kecepatan yaitu rata-rata waktu yang dipakai oleh 25 baris (perhitungan mulai baris 3 sampai baris 27), ketelitian adalah jumlah kesalahan kerja (banyak kelompok 4 titik yang terlewati atau salah coret), konstansi yaitu perbandingan rasio antara jumlah kuadrat dari deviasi dan rata-rata waktu. Makin kecil perbedaan jumlah kuadrat dari deviasi dan waktu rata-rata, makin konstan hasil kerja seseorang. Sebaliknya makin besar jumlah kuadrat dari deviasi dan waktu rata, makin tidak konstan hasil kerja seseorang (Joko Susetyo dkk, 2012: 35). Interpretasi kualitatif didasarkan oleh skala 0-9, norma standar yang digunakan adalah Weight Scores (WS), anak-anak usia 10-14 tahun nilai yang diperoleh harus dipertinggi, orang berusia 15 tahun atau dewasa, menggunakan tabel berikut:
Tabel 8. Intepretasi kualitatif B. Kerangka berpikir Faktor mempengaruhi konsentrasi belajar 1. Kesehatan Jasmani Dengan parameter ( Indeks Kebugaran) 2. Rohani dilakukan TKJI Tingkat Konsentrasi Belajar ( dilakukan tes bourdoun weirsman ) 3. Lingkungan Gambar 1 Skema Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajar anak siswa SD usia 7-9 tahun di SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta.