SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tikupon. b) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tomini

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

BAB I PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

S T O P T U B E R K U L O S I S

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai usia 60 tahun. Begitu pula menurut Smith (1994) yang menyatakan bahwa di Nepal dan secara umum di

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ini menular dan menyebar melalui udara, apabila tidak diobati

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

GAMBARAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH EKS KAWEDANAN INDRAMAYU


Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna terletak kurang lebih 100 M 2 dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak lepas terkait dengan status gizi ataupun kesehatan setiap. individu. Indikator yang digunakan salah satunya adalah Indeks

Transkripsi:

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 NURHAYATI WADJAH 811408078 ABSTRAK Di Indonesia TBC merupakan masalah utama untuk kesehatan masyarakat juga merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kandiovaskular dan penyakit saluran pernapasan. Sekitar 75% penderita TBC Paru adalah kelompok usia produktif secara ekonomis (15-50 Tahun).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengambarkan karakteristik penderita BTA TBC paru yang diantaranya adalah umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, dan kondisi rumah (ventilasi) serta kebiasaan merokok. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian survey deskritif. Pengolahan data dan analisa data menggunakan program SPSS sedangkan penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Dengan populasi sebanyak 255 penderita TBC Paru dan jumlah sampel sebanyak 188 penderita TBC Paru yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian untuk karakteristik yang didapat di lapangan penelitian bahwa faktor-faktor karakteristik yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaaan pendidikan dan pendapatan berpengaruh terhadap kejadian TBC paru. Dan pada kondisi rumah khususnya ventilasi yang mempengaruhi terjadinya TBC paru yaitu ventilasi yang tidak memenuhi syarat dengan jumlah sampel 11 rumah (10,10%) yang menderita TBC paru. Sedangkan yang suspek terdapat sebanyak 98 rumah (89,9%) kemudian pada kebiasaan merokok yang mempengaruhi kejadian TBC paru yaitu pada orang mengonsumsi rokok dengan jumlah sampel 16 orang (10,1%). Diharapkan agar lebih meningkatkan penyuluhan berupa pencegahan dan pemahaman kepada masyarakat agar cepat dan peka terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya. Kata Kunci : TBC Paru, Ventilasi rumah, dan Kebiasaan Merokok.

1. Pendahuluan Penyakit TBC (tuberkulosis) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC, karena pada sebagian besar Negara di dunia, penyakit TBC tidak terkendali. Hal ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita penular (BTA positif). Menurut data di Sulawesi Tengah bahwa kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dimasyarakat sesuai jumlah penduduk di Sulawesi Tengah kurang lebih 5.000 orang. Jumlah kasus yang baru berhasil ditemukan tahun 2010 kurang lebih 2.300 kasus positif. Dalam penemuan kasus Suspek dan Penderita TBC Paru (CDR) di wilayah kerja Puskesmas Pagimana pada tahun 2010 berjumlah 209 kasus dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 255 kasus, dan pada tahun 2011 Angka kesembuhan (Cure Rate) TBC Paru di wilayah kerja Puskesmas Pagimana mencapai 9,41% pada 24 penderita. Berdasarkan data tahun 2011, di wilayah kerja Puskesmas Pagimana bahwa jumlah penderita TBC mencakup 255 penderita, di mana 230 adalah suspek dan 25 adalah penderita BTA positif. 2. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah Survei Deskriptif di mana dilakukan survei terhadap sekumpulan objek (masyarakat/penderita) yang bertujuan untuk melihat gambaran karakteristik Suspek dan Penderita TBC Paru di wilayah kerja Puskesmas Pagimana Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua suspek dan penderita TBC Paru yang tercatat pada data Puskesmas Pagimana yang terdiri dari 11 desa,yang memiliki jumlah 255 penderita,dengan suspek 230 dan 25 BTA positif. Sedangkan jumlah sampel adalah sebagian suspek dan penderita TBC Paru yang ada di Kecamatan Pagimana yang terdiri dari 5 desa yang memiliki jumlah suspek dan penderita TBC Paru 188 orang. Di mana Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Di mana dalam pengambilan sampel ini sesuai persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri, dan kriteria) dengan alasan dan tujuan tertentu. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian Analisis univariat dilakukan terhadap satu variabel yang menggambarkan suatu kejadian yyang dlihat dari segi karakteristik diantaranya umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan dan pendapatan yang diperoleh perbulan.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Umur Jumlah Persentase (%) 21-25 tahun 1 0,5 26-30 tahun 3 1,6 31-35 tahun 5 2,7 36 40 tahun 13 6,9 41 45 tahun 38 20,2 46 50 tahun 44 23,4 51 55 tahun 56 29,8 56 60 tahun 23 12,2 61 65 tahun 5 2,7 Berdasarkan tabel tersebut yang lebih banyak terdistribusi adalah responden yang berusia 51 tahun 55 tahun sebanyak 56 responden (29,8%), dan yang paling sedikit adalah responden yang berusia 21-25 tahun sebanyak 1 responden (0,5%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Laki-Laki 149 79.3 Perempuan 39 20.7 Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa presentase orang yang banyak terdistribusi pada jenis kelamin laki laki yaitu 149 responden (79,3 %) dan yang paling sedikit terdistribusi pada jenis kelamin perempuan yaitu 39 responden (20,7 %).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Alamat Responden Alamat Responden Jumlah Persentase (%) Pagimana 44 23.4 Basabungan 33 17.6 Sinampangnyo 33 17.6 Taloyon 12 6.4 Jaya Bakti 66 35.1 Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa distribusi orang menurut alamat terbanyak didesa Jaya Bakti yakni sebanyak 66 orang (35.1 %) dan terendah terdapat didesa Taloyon sebanyak 12 orang (6.4 %). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Persentase (%) PNS 13 6.9 Buruh 20 10.9 URT 8 4.3 Pedagang 52 27.7 Petani 28 14.9 Nelayan 67 35.6 Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa presentase jenis pekerjaan orang lebih banyak terdistribusi pada pekerjaan Nelayan yaitu 61 sampel (35,6%) dan presentase jenis pekerjaan yang paling sedikit terdistribusi pada pekerjaan PNS yaitu 13 sampel (6.9%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) PT 12 6.4 SMA/Sederajat 31 16.5 SMP/Sederajat 63 33.5 SD 58 30.9 Tidak Sekolah 24 12.8 Berdasarkan tabel tersebut, menunjukan bahwa presentase orang untuk pendidikan terakhir lebih banyak terdistribusi pada SMP sebanyak 63 orang (33,5%), dan yang paling sedikit terdistribusi pada PT sebanyak 12 orang (6,4%). Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendapatan Kejadian TBC Paru No Menderita Gejala Jumlah Pendapatan TBC Paru TBC Paru (BTA) (Suspek) n % n % n % 1 < Rp. 1 juta 10 10,5 85 89,5 95 100 2 Rp. 1 juta - > Rp.2juta 8 8,6 85 91,4 93 100 Jumlah 18 9,6 170 90,4 188 100 Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa sampel lebih banyak didapatkan pada pendapatan keluarga < 1.000.000 yaitu sebanyak 95 sampel. Di mana yang menderita TBC paru sebanyak 10 sampel (10,5%) sedangkan yang tidak menderita TBC paru sebanyak 85 sampel (89,5%). Sedangkan paling sedikit terdapat pada pendapatan keluarga 2.000.000 sebanyak 93 sampel, dimana yang menderita TBC paru sebanyak 8 sampel (8,6%) dan yang tidak menderita TBC paru sebanyak 85 sampel (91,4%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kejadian TBC Paru Pemeriksaan Jumlah Persentase (%) BTA 18 9.6 Suspek 170 90.4 Berdasarkan tabel tersebut dari jumlah sampel sebanyak 188 terlihat bahwa penderita TBC paru yang terdistribusi BTA positif adalah 18 sampel (9.6%) lebih rendah dari yang tidak mennderita TBC paru sebanyak 170 sampel (90.4 %). Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendapatan Ventilasi Jumlah Persentase Memenuhi Syarat 79 42.0 Tidak Sesuai Syarat 109 58.0 Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa presentase ketersediaan ventilasi rumah yang banyak terdistribusi adalah ventilasi yang tidak memenuhi syarat sebanyak 109 rumah (58,0%) dan presentase sedikit yaitu pada rumah yang telah memenuhi syarat ventilasi sebanyak 79 rumah (42,0%). Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kebiasaan Merokok No Pernyataan Jumlah Presentase (%) 1 Tidak 29 15.4 2 Ya 159 84.6 Total 188 100 Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa presentase kebiasaan merokok lebih banyak terdistribusi pada responden yang sering merokok sebanyak 159 sampel (84,6%) dan persentase sedikit terdistribusi pada responden yang tidak sering merokok sebanyak 29 sampel (15,4%).

3.2 Pembahasan Untuk mengetahui gambaran karakteristik dari TBC Paru maka dapat diuraikan: a. Karakteristik umur dapat mempengaruhi kejadian TBC Paru karena semakin tua umur seseorang maka semakin rentan terkena penyakit TBC paru. Faktor umur dalam kejadian penyakit tuberkulosis paru. Risiko untuk mendapatkan tuberkulosis paru dapat dikatakan seperti halnya kurva normal terbalik, yakni tinggi ketika awalnya, menurun karena diatas 2 tahun hingga dewasa memliki daya tahan terhadap tuberkulosis paru dengan baik. b. Jenis kelamin dapat juga menyebabkan terjadinya penyakit TBC Paru.Di mana hal ini di karenakan oleh faktor kebiasaan merokok pada laki-laki yang hampir dua kali lipat dibandingkan wanita. Penyakit TB Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan (menurut WHO), tetapi sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB Paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan. Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkansistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB Paru. c. Perbedaan pekerjaan yang dimiliki seseorang menyebabkan terdapat pula perbedaan status sosial ekonomi yang dimiliki ( Notoatmodjo 2007). Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud yaitu fisik, mental atau sosial pekerja. Kemampuan para kerja berbeda dari satu dengan lainnya yakni pada keterampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh. Pekerjaan dalam penelitian TBC Paru di wilayah kerja puskesmas Pagimana adalah pekerjaan sehari hari sampel untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. d. Pendidikan tentang TBC paru dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang memberi pengaruh positif dalam penyembuhan, hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh (Depkes RI, 2002) bahwa tingkat pendidikan yang relatif rendah pada penderita TBC paru menyebabkan keterbatasan informasi tentang gejala dan pengobatan TBC paru. Pendidikan yang rendah tidak menjamin dapat menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap ksesehatan diri dalam hal ini berupa pencegahan terhadap masalah penyakit. e. Pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TBC Paru (Mohammad 2008). f. Kondisi rumah (Ventilasi) aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini

jangan sampai terhalang oleh barangbarang besar, misalnya lemari, dinding, sekat dan lain lain. Secara umum, penilaian ventilasi rumah dengan cara membandingkan antara luas ventilasi dan luas lantai rumah, dengan menggunakan Role meter. Menurut indikator pengawaan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai rumah. Luas ventilasi rumah yang < 10 % dari luas lantai (tidak memenuhi syarat kesehatan)akan mengakibatkan berkurangnya konsentrasi oksigen dan bertambahnya konsentrasikarbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya. Disamping itu, tidak cukupnyaventilasi akan menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya prose spenguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk tumbuh dan berkembang biaknya bakteri bakteri patogen termasuk kuman tuberkulosis. Selain itu, fungsi kedua ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri bakteri, terutama bakteri patogen seperti tuberkulosis, karena di situ selalu terjadialiran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Selain itu, luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkanterhalangngya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk ke dalamrumah, akibatnya kuman tuberkulosis yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar dan ikutterhisap bersama udara pernafasan. g. Kebiasaan merokok adalah penyebab terbesar penyakit paru-paru, untuk prosentasenya sebesar 87%, sedangkan untuk penyebab lain oleh radiasi, arsen, zat asbes, nikel, klorometil eter, gas mustard, kromat dan pancaran oven. Neoplasma sel kecil yang mengalami transformasi dan berevolusi menjadi sel kanker (Yesner ). Seperti yang sudah dikemukakan di awal bahwa penyebab terbesar adalah merokok. Untuk penyakit kanker paru-paru ini ada pemicu lain terjadinya penyakit ini yaitu penyakit TBC dan pneumonia. Akibat yang dapat timbul adanya kedua penyakit ini yaitu timbulnya perlukaan pada jaringan sel organ paru sehingga di dalam rongga tersebut terjadi pertumbuhan sel abnormal. Kanker paru-paru yang biasanya berkembang dari kasus ini adalah jenis adenocarcinoma (adenoma). 4. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran karakteristik kejadian TBC Paru yang meliputi karakteristik umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan,, pendapatan, dan kondisi rumah khususnya ventilasi serta kebiasaan merokok di Wilayah kerja Puskesmas Pagimana Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai tahun 2012, dapat disimpulkan bahwa: Karakteristik umur dinyatakan bahwa sampel terbesar penderita TB berumur antara 51-55 tahun yakni sebanyak 56 sampel. Sedangkan yang paling sedikit terdapat pada umur 21-25 tahun dengan jumlah sampel 1, Pada jenis kelamin menunjukan bahwa distribusi menurut jenis kelamin bahwa yang paling besar penderitanya adalah jenis kelamin lakilaki sebayak 13 sampel yang menderita TBC paru, Pada pekerjaan

menunjukan bahwa distribusi menurut jenis pekerjaan ang paling besar presentasinya adalah nelayan, Pada pendidikan menunjukan bahwa distribusi menurut pendidikan terakhir yang paling banyak presentasinya adalah pendidikan terakhir SMK/SMA, Pendapatan menunjukan bahwa distribusi menurut pendapatan keluarga di wilayah kerja yang paling banyak adalah pendapatan keluarga yang kurang dari Rp1.000.000, Pada ventilasi menunjukan bahwa distribusi menurut ventilasi rumah yang paling banyak presentasinya adalah ventilasi yang tidak memenuhi syarat, Pada kebiasaan merokok menunjukan bahwa distribusi menurut kebiasaan meokok yang paling banyak angka penderita BTA positif adalah sampel yang sering/biasa merokok. Diharapkan Kepada masyarakat umum diharapkan untuk memelihara kesehatan lingkungan agar terhindar dari penyakit TBC, Kepada penderita TBC senantiasa berobat secara rutin dan selalu menjaga kesehatan dengan menghentikan kebiasaan merokok, mengupayakan adanya ventilasi udara sesuai kriteria rumah sehat, menghindari kontak serumah dengan penderita TBC, selalu menjaga kebersihan diri agar tidak mudah terserang penyakit, kepada instansi terkait diharapkan terus melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada seluruh masyarakat, khususnya warga penderita TBC, menyangkut pentingnya untuk menjaga kesehatan, kepada peneliti, diharapkan dapat lebih mengembangan dan mencari variable baru yang dapat menyebabkan kejadian TBC Paru, serta meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial terkait masalah kesehatan masyarakat.