I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup rakyat. Untuk mencapai tujuan tersebut, sub sektor peternakan meletakkan salah satu prioritas utamanya pada pengembangan usaha ternak sapi potong. Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Perkembangan ke arah komersial sudah ditata sejak puluhan tahun yang lalu, bahkan pada saat ini peternakan di Indonesia sudah banyak yang berskala industri. Apabila perkembangan ini tidak diimbangi dengan pengelolaan yang baik, produksi ternak yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan harapan, bahkan peternak bisa mengalami kerugian. Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Pada tahun 2006, tingkat konsumsi daging sapi diperkirakan 399.660 ton, atau setara dengan 1,70 2 juta ekor sapi potong (Tempo, 2 008), sementara produksi hanya 288.430 ton. Untuk mengantisipasinya, pemerintah melakukan impor daging sapi dan sapi bakalan untuk digemukkan (Priyanti et al., 1998). Sapi bakalan adalah bibit sapi untuk calon induk. Pemerintah memproyeksikan tingkat konsumsi daging pada tahun 2010 sebesar 2,72kg/kapita/tahun sehingga kebutuhan daging dalam negeri mencapai 654.400 ton dan rata-rata tingkat pertumbuhan konsumsi 1,49%/tahun (Badan Pusat Statistik, 2005).
Pemenuhan kebutuhan protein hewani yang tinggi dan kesadaran masyarakat dalam pemenuhan gizi, ternyata telah meningkatkan permintaan akan daging. Ada beberapa alternatif daging yang dapat memenuhi kebutuhan akan protein hewani. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi daging masyrakat Sumatera Utara Per Kapita sebagai berikut: Tabel 1.1. Konsumsi Daging Perkapita Sumatera Utara Tahun 2002-2006 (Kg/KPT/Tahun) No Sumber Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 1 Sapi Potong 0,58 0,58 0,58 0,81 0,82 2 Kerbau 0,59 0,6 0,56 0,56 0,57 3 Kuda 0 0 0,06 0,1 0,01 4 Kambing 0,21 0,21 0,17 0,23 0,19 5 Domba 0,06 0,06 0,06 0,06 0,09 6 Babi 1,56 1,6 2,31 2,05 2,2 7 Ayam Buras 2,1 2,11 2,15 1,97 1,78 8 Ayam Petelur 0,72 0,71 0,69 0,3 0,21 9 Ayam Pedaging 3,06 3,11 3,71 0,45 3,17 10 Itik 0,1 0,1 0,1 0,08 0,07 Jumlah 8,97 9,06 10,39 9,52 9,11 Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, (2007) Tabel 1.1. menunjukkan bahwa daging ayam pedaging, ayam buras dan babi merupakan jenis daging dengan jumlah konsumsi per Kapita terbesar. Secara umum konsumsi untuk semua jenis daging di propinsi Sumatera Utara setiap tahunnya meningkat. Peningkatan permintaan ini ternyata juga dapat diikuti oleh peningkatan jumlah produksi daging dari setiap jenis daging. Sehingga secara umum Sumatera Utara tidak pernah kekurangan daging. Keadaan ini menyebabkan angka impor daging sangat kecil, kecuali daging sapi potong. Menurut Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara kita masih harus mengimpor daging sapi potong dari Australia sekitar 7790 ekor setiap tahunnya.
Populasi sapi potong pada tahun 2007 tercatat 11,366 juta ekor (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Laju peningkatan populasi sapi potong relatif lamban, yaitu 4,23% pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Kondisi tersebut menyebabkan sumbangan sapi potong terhadap produksi daging nasional rendah (Mersyah, 2005) sehingga terjadi kesenjangan yang makin lebar antara permintaan dan penawaran (Setiyono, 2007). Usaha ternak sapi potong merupakan salah satu bagian kegiatan usahatani yang banyak dilakukan oleh petani ternak di Kabupaten Serdang Bedagai. Serdang Bedagai merupakan salah satu sentra produksi peternakan sapi potong di Sumatera Utara. Usaha ternak sapi potong digolongkan memberikan peluang agribisnis dan kesempatan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak dan juga sebagai tabungan bagi pemiliknya. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan daerah yang memiliki potensi cukup besar untuk pengembangan agribisnis peternakan. Di kabupaten ini pengembangan agribisnis peternakan sebenarnya dapat memberikan peluang kerja, mulai dari penyediaan sarana produksi, produksi, pasca panen dan pengolahan maupun pemasaran. Akan tetapi potensi yang dimiliki tersebut masih sebagian kecil yang dapat dikembangkan karena keterbatasan yang dimiliki oleh pelaku agribisnis peternakan baik keterbatasan ilmu, keterampilan, modal maupun teknologi dan bisnis. Pengembangan agribisnis peternakan di Kabupaten Serdang Bedagai cukup tinggi namun belum dikembangkan secara optimal. Pengembangan yang diharapkan adalah dalam pemeliharaan, produksi maupun produktivitasnya.
Pertumbuhan ternak sapi di Serdang Bedagai pada tahun 2007 mencapai 150% dibanding tahun 2006, yakni dari 10.542 ekor menjadi 25.316 ekor. Salah satu kecamatan penghasil ternak sapi terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai, adalah Kecamatan Pantai Cermin. Pada tahun 2009 di Kecamatan Pantai Cermin jumlah ternak sapi mencapai 5.221 ekor. Jumlah ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2008 sebanyak 2.743 ekor atau 100 %. Kecamatan lain yang menghasilkan ternak sapi yang banyak adalah Kecamatan Serbajadi. Populasi ternak sapi di Kecamatan Serbajadi pada tahun 2009 adalah sebanyak 1.445 ekor. Jumlah ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2008 yaitu sebanyak 1.100 ekor atau 31,36 %. Pola pemeliharaan peternakan sapi potong biasanya dilakukan secara tradisional dan intensif. Usaha secara tradisional dijalankan dengan ketrampilan sederhana dan menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan mutu yang relatif terbatas. Sapi digembalakan di padang umum, di pinggir jalan dan sawah, di pinggir sungai atau di tegalan sendiri. Usaha secara intensif dijalankan oleh golongan ekonomi yang mempunyai kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dengan teknologi yang agak modern. Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak terutama dibeli dari luar dalam jumlah yang besar. Pendapatan petani peternak secara intensif maupun tradisional sangat menentukan dalam analisis usaha ternak. Analisis usaha ternak sering digunakan untuk optimalisasi produksi sehingga dapat dilihat efisiensi penggunaan faktorfaktor produksi. Faktor produksi peternakan secara intensif maupun tradisional lebih berhubungan dengan aspek sumber daya seperti tenaga kerja serta modal. Selain itu juga ada faktor-faktor lain seperti bibit, pakan, pemasaran dan
manajemen yang menunjang produksi. Semua faktor produksi akan berpengaruh pada pendapatan usaha petani ternak. Produksi yang terus meningkat ditentukan oleh tersedianya teknologi maju yang lebih baik, penyediaan sarana dan prasarana, perbaikan sistem pemasaran dan harga serta keuntungan usaha yang lebih menarik. Arifin (2004), mengemukakan bahwa agrobisnis berbasis peternakan adalah salah satu fenomena yang tumbuh pesat ketika basis lahan menjadi terbatas. Tuntutan sistem usaha tani terpadu pun menjadi semakin rasional seiring dengan tuntutan efisiensi dan efektifitas penggunaan lahan, tenaga kerja, modal dan faktor produksi lain yang amat terbatas. Mengembangkan peternakan secara intensif atau tradisional merupakan pilihan mengingat besarnya kontribusi daging sapi potong di dua kecamatan tersebut terhadap permintaan daging sapi di Kabupaten Serdang Bedagai, maka perlu adanya penelitian. Bagaimana pengaruh factor-faktor terhadap pendapatan peternak. Bagaimana perbedaan pendapatan peternak secara tradisional dengan intensif. Masalah ini belum dapat dipecahkan/belum diketahui. Dengan demikian maka dalam penelitian ini akan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani peternak sapi potong tradisional dan intensif di Kecamatan Pantai Cermin dan Kecamatan Serba Jadi Kabupaten Serdang Bedagai.
1.2.Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas diperoleh perumusan masalah, yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana perbedaan pendapatan petani peternak sapi potong secara intensif dan secara tradisional di Kecamatan Pantai Cermin dan Serba Jadi Kabupaten Serdang Bedagai? 2. Bagaimana pengaruh bibit, pakan, dan tenaga kerja terhadap pendapatan petani peternak sapi potong di Kecamatan Pantai Cermin dan Serba Jadi Kabupaten Serdang Bedagai? 1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas diperoleh tujuan penelitian, yaitu untuk : 1. Menganalisis perbedaan pendapatan petani peternak sapi potong secara intensif dan secara tradisional di Kecamatan Pantai Cermin dan Serba Jadi Kabupaten Serdang Bedagai? 2. Menganalisis pengaruh bibit, pakan, dan tenaga kerja terhadap pendapatan petani peternak sapi potong di Kecamatan Pantai Cermin dan Serba Jadi Kabupaten Serdang Bedagai? 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat petani dan pihak swasta yang terlibat langsung dalam peternakan sapi potong untuk dapat lebih baik dalam mengelola usaha ternak sapi potong.
2. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang agribisnis. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat bagi para penelitian lain yang berminat melakukan kajian sejenis.