Babilangan Nama dan Jodoh dalam Tradisi Banjar. Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, 2004), cet. ke-2, h

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

Arni Nurul Djazimah BABILANGAN NAMA DAN JODOH DALAM TRADISI BANJAR

Arni Nurul Djazimah BABILANGAN NAMA DAN JODOH DALAM TRADISI BANJAR

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pengaruh Islam dalam Kepemimpinan Indonesia

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

KEBUDAYAAN SUKU BANJAR

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB III PENENTUAN TANAH TUNGGU BAHAULAN DI DESA SUNGAI ULIN BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

BAB II KERAJAAN BANJAR DI BANJARMASIN

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

BAB I PENDAHULUAN. untuk selamanya. Tetapi adakalanya karena sebab-sebab tertentu bisa

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

DIASPORA SUKU BANJAR DI TANJUNG JABUNG BARAT (STUDI KASUS DI KUALA TUNGKAL ) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

PUTUSAN. Nomor : 0279/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

PETA WILAYAH KEKUASAAN KERAJAAN MATARAM KUNO

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

SURAT PERJANJIAN KAWIN ADAT DAYAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA ISLAM DI INDONESIA *)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. 1 Masyarakat Kalimantan

MASUKNYA HINDU-BUDHA KE INDONESIA

KEHIDUPAN MASYARAKAT PESISIR KEPULAUAN RIAU

P U T U S A N. Nomor: 0211/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. dengan membuat Permohonan penetapan kepada Pengadilan Negeri. Surabaya yang isinya menyatakan bahwa benar telah didaftarkannya

BAB I PENDAHULUAN. Agama seperti yang kita ketahui bahwa dalam perspektif umat merupakan

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tergabung dalam suku-suku, baik suku yang besar maupun. kepercayaan yang melandasi tata aturan hidup keseharian.

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

2 Kebiasaan (Folksway) Norma yang menunjukan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama

BAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan khusus terkait dengan perkawinan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang)

BAB I PENDAHULUAN. orang lain yang bergantung hidup kepadanya. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

SYEKH AHMAD SYAMSUDDIN AL-BANJARI DAN KITAB HIKAYAT NUR MUHAMMAD

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

Sunan Ampel memiliki silsilah hingga sampai ke Nabi Muhammad SAW, yaitu : * Sunan Raden Sayyid Ahmad Rahmatillah bin

BAB I PENDAHULUAN. aspek pribadi manusia lahir dan batin, agar terbentuk menjadi manusia seutuhnya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. manapun (Pasal 3 Undang -Undang Nomor 30 Tahun 2002). Sebagai lembaga independen,

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. orang, dengan agama manusia dapat membedakan dan memilih mana yang baik dan

BAB IV DAMPAK PERANG BANJAR TERHADAP KERAJAAN BANJAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

ISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

P U T U S A N Nomor: 0407/Pdt.G/2011/PA.Kab.Mn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

Hukum Islam di Indonesia. Lena Hanifah, SH, LLM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki harapan untuk membentuk sebuah keluarga dan untuk

Transkripsi:

Bab I PENDAHULUAN Agama Islam masuk ke Kalimantan Selatan berlangsung secara perlahan tanpa paksaan dan tidak melalui proses peperangan, melainkan secara damai mulai disekitar abad ke 14 M, sebelum berdiri kerajaan Banjar. Islam disebarkan melalui jalur perdagangan, politik, ekonomi dan penyebaran mubaligh/ulama, waktu itu negara Daha dipimpin oleh Panyi Agung Maharaja Sari Kaburangan. Agama Islam semakin meluas setelah berdiri kerajaan Banjar yang mendapat bantuan dari Demak, dan juga hubungan Islam dengan pantai Utara Jawa Timur Gresik, Tuban, Surabaya yang ikut mempercepat proses penyebaran Islam di Kalimantan Selatan. Raden Paku yang dikenal sebagai sunan Giri putra Maulana Ishak, berlayar ke Kalimantan membawa barang dagangan dan dibagikan kepada pakir miskin dalam rangka penyebaran Islam di daerah ini. Raden Sekar Sungsang (keturunan raja Daha) pergi ke tanah Jawa untuk belajar kepada Sunan Giri, yang kemudian dia bergelar Sunan Serabut. Melalui jalur inilah kelak Raden Samudera (Pangiran Suriansyah) dapat memperoleh bantuan tentara kerajaan Demak dalam melawan Pangeran Tumenggung di kerajaan Daha yang merupakan pamannya sendiri. Bantuan kerajaan Demak itu baru terwujud setelah disetujui perjanjian bila memperoleh kemenangan perang melawan kerajaan Daha, maka raja dan para pejabat kerajaan akan masuk Islam, dan itu telah terbukti adanya. 1

Babilangan Nama dan Jodoh dalam Tradisi Banjar Kerajaan Banjar berdiri tanggal 24 September 1526 M., bersamaan pengislaman raja dan para menteri kerajaan, dan agama Islam menjadi agama resmi kerajaan. Agama Islam ini disebarkan dengan bahasa Melayu, dengan menggunakan huruf Arab-Melayu, dipakai dalam kerajaan Banjar, dan para ulamapun dalam menyusun kitab menggunakan bahasa tersebut. 1 Pada pertengahan abad ke 18 dan abad ke 19 perkembangan agama Islam di kerajaan Banjar semakin pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya seorang ulama yang bernama Syekh Arsyad al-banjari, dengan karya yang sangat terkenal yaitu kitab Sabilal Muhtadin. 2 Walaupun masyarakat Banjar sudah lama menganut agama Islam, dan dipandang sebagai masyarakat yang agamis, namun dalam kenyataan masih ditemukan unsur-unsur yang tidak dapat begitu saja dianggap sebagai bersumber dari ajaran Islam. Dalam berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari, banyak kebiasaan dan tradisi-tradisi yang bercampur dengan ajaran agama Islam. Percampuran antara agama dengan tradisi itu ternyata tidak mudah dihindari. Pischer menyebutkan adanya osmose (percampuran) antara religi kerakyatan dengan religi yang didatangkan. Religi kerakyatan adalah keberagamaan yang tumbuh secara natural dalam kehidupan rakyat. Keberagamaan ini melekat bersama ajaran agama dalam kehidupan masyarakat yang menganut agama itu. 1 Sjarifuddin, et.al, Sejarah Banjar, (Banjarmasin: Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, 2004), cet. ke-2, h. 122-123. 2 M. Suriansyah Ideham, et.al, Urang Banjar dan Kebudayaannya, (Banjarmasin: Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, 2005), cet. ke-1, h. 40 2

Pendahuluan Sinkretisme ini terjadi karena: (a) adanya pengakuan secara tidak nyata kepada adanya otoritas yang menentukan susana kehidupan kini dan akan datang. (b) Pengakuan itu mendasari cara kerja yang tidak memerlukan pengetahuan, hukum, sebab akibat yang lazim dalam dunia empiris. (c) Legitimasi cara kerja dan perbuatan yang sebenarnya bertentangan dengan Islam. 3 Dari sekian banyak tradisi yang masih dipertahankan oleh masyarakat kita adalah kepercayaan dalam melakukan perhitungan (babilangan) aksara nama untuk bayi/seorang yang dikaitkan dengan nasipnya, dan perhitungan (babilangan) nama untuk perjodohan serta kepercayaan perhitungan (babilangan) untuk mengetahui hari yang tepat untuk perkawinan. Kepercayaan dalam perhitungan tersebut tidak lenyap begitu saja walau masyarakat daerah ini dipandang sudah cukup maju baik dari segi keberagamaan, pendidikan, ataupun ekonomi. Kehidupan masyarakat ini tidak terlepas dari pengaruh budaya atau adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang sudah melekat sebelum kedatangan Islam, asimilasi dan akulturasi budaya tak terhindarkan pada masyarakat Banjar. Sehingga semua adatistiadat yang mereka lakukan seakan-akan semua berasal dari Islam, tak terkecuali masalah perhitungan (babilangan) secara irasional untuk memberi nama kepada seseorang/bayi, perhitungan untuk menentukan jodoh yang cocok atau paling tepat untuknya, termasuk masalah kepercayaan dalam menentukan hari yang bagus untuk melangsungkan suatu perkawinan. Orang tuanya baik ayah atau ibunya sering menanyakan kepada orang Pintar ataupun spiritulis, mengenai nama yang baik dan cocok untuk bayi/anaknya, yang diharapkan kelak dapat 3 Nordiansyah, Sinkretisme, (Banjarmasin: Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari, 1982), h. 19-20. 3

Babilangan Nama dan Jodoh dalam Tradisi Banjar memberi kebahagiaan/keberuntungan baginya dan keluarganya. Anak yang nakal, sering sakit, susah diatur, pemalas, dan lain-lain, oleh masyarakat Banjar sering dikaitkan karena aksara namanya terlalu tinggi atau nama itu tidak cocok untuk dimilikinya, walau nama itu baik/bagus menurut artinya. Sebagai contoh namanya Saleh atau Muhammad, dan nama-nama baik lainnya, bila tidak cocok untuk dimilikinya, akan membawa akibat jelek seperti keluar masuk penjara karena melakukan suatu kejahatan, ataupun akibat buruk lainya seperti, penangisan, penyakit yang aneh, durhaka dan sebagainya, padahal nama tersebut baik secara maknanya. Sebagian masyarakat Banjar bila seorang anak yang sudah diberi nama/tasmiyah, namun sering sakit, nakal, penangisan dan lain-lain, maka membuka kemungkinan nama itu akan diganti, karena dianggap tidak baik atau aksaranya dianggap terlalu tinggi. Kepercayaan dan aktivitas keagamaan sekitar pemberian nama ini berlanjut pada masalah perjodohan. Untuk menentukan calon isteri atau suami masyarakat Banjarpun selalu melakukan hal yang sama, dengan bertannya kepada orang Pintar ataupun spiritualis tentang baik tidaknya kalau mereka disatukan, yang dalam bahasa Banjarnya apakah satihang, saurat, sajodohkah. Bila ternyata dianggap tidak satihang/saurat/sajodoh, Maka tidak menutup kemungkinan perjodohan dibatalkan atau dicari jalan keluar dengan cara mengganti nama calon isteri atau suami. Walaupun secara lahir atau batin bagus untuk disatukan seseorang dengan pasangannya, namun masyarakat Banjar masih mempercayai hitungan (babilangan) kapan hari perkawinan yang tepat untuknya, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti hari hujan saat perkawinan atau semua masakan tidak enak atau basi, kesurupan waktu bersanding dan lain sebagainya. Berbagai cara yang dilakukan masyarakat Banjar sekitar perhitungan aksara secara irasional terhadap nama atau sekitar perjodohan yang dikaitkan dengan nasipnya kelak, serta kepercayaan mengenai nama seseorang serta sekitar perjodohan 4

Pendahuluan tersebut. Masalah tersebut sudah ada mahasiswa-mahasiswa yang meneliti atas bimbingan dan arahan penulis, dan adanya bukubuku yang membahas masalah tersebut. Di samping itu masih ada masalah perhitungan nama, perjodohan dan perhitungan waktu perkawinan ini yang berkembang di masyarakat dan belum ada yang menelitinya. Sehingga penulis ingin menghimpun atau menyatukan semua tradisi orang Banjar ini, yang berbeda-beda cara menghitungnya, baik yang sudah diteliti dan tertuang dalam buku-buku dan skripsi-skripsi, maupun yang belum dilakukan penelitian. Kesemuanya penulis jadikan sebuah penelitian yang utuh dan lengkap, yang mencakup berbagai cara dan kepercayaan masyarakat Banjar sekitar perhitungan nama, perjodohan dan waktu perkawinan. Kemudian dikaji secara Islam, sehingga akan nampak hal-hal yang bersesuaian dengan ajaran agama dan yang menyimpang. 5