ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN PERUMAHAN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjabaran analisis berikut :

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telukjambe Timur

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD AYUNG

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

BAB IV ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DAN ANALISIS DAYA DUKUNG AIR

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB III METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 63/PRT/1993 TENTANG

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

LOGO Potens i Guna Lahan

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

BAB II TINJAUAN TEORI...

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN DI KAWASAN WANEA KOTA MANADO LAND CAPABILITY CLASSIFICATION IN WANEA SUB-DISTRICT OF MANADO CITY

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

PENANGANAN KAWASAN BENCANA LONGSOR DAS WAI RUHU. Steanly R.R. Pattiselanno, M.Ruslin Anwar, A.Wahid Hasyim

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

PAPARAN MANAJEMEN BANJIR DI KOTA SIDOARJO DWIDJO PRAWITO. Oleh : KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN SIDOARJO

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. dimulai pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Juni 2016

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan tempat atau habitat suatu ekosistem keairan terbuka yang berupa alur jaringan pengaliran dan

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

III. KEADAAN UMUM LOKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG Oleh : Muhammad 3615100007 Friska Hadi N. 3615100010 Muhammad Luthfi H. 3615100024 Dini Rizki Rokhmawati 3615100026 Klara Hay 3615100704 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2016

BAB I LATAR BELAKANG 1.1 PENDAHULUAN Kota Malang merupakan salah satu Kota di Provinsi Jawa Timur. Kota Malang memiliki luas sebesar ± 11.002,5 Ha dan secara astronomis terletak 112,06 112,07 Bujur Timur dan 7,06 8,02 Lintang Selatan. Jumlah penduduk di Kota Malang pada tahun 2015 adalah 851 298 jiwa, mengalami pertumbuhan sebesar 0.69 % dari jumlah penduduk di tahun 2014 sebesar 845 973 jiwa. Perkembangan permukiman di Kota Malang terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan bertambahnya kebutuhan masyarakat akan rumah. Sementara itu, jika ditinjau dari kondisi geografis di Kota Malang tidak semuanya lahannya layak untuk dialih fungsikan menjadi permukiman. Sehingga perlu dilakukan evaluasi kemampuan lahan terhadap pembangunan permukiman dan perkembangan pembangunan permukiman di Kota Malang. Dalam mengimplementasikan analisis spasial terhadap evaluasi kesesuaian lahan untuk pembangunan permukiman dan pengembangan pembangunan permukiman di Kota Malang, penulis menggunakan software ArcGIS dengan analasis surface untuk menghitung luasan dari kelerengan tanah, ketinggian tanah, dan kontur tanah. Untuk memperdalam analisis spasial tersebut penulis juga melakukan analisis SKL dengan tujuan menentukan kemampuan masingmasing lahan di Kota Malang. Kemudian dari hasil analisis disesuaikan dengan kebijakan pemerintah. 1.2 TUJUAN Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk melakukan evaluasi analisis spasial terhadap kesesuaian lahan permukiman di Kota Malang 2. Untuk menentukan potensi lokasi pengembangan kawasan permukiman berdasarkan kesesuaian lahan di Kota Malang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH Kota Malang merupakan kota kedua terbesar setelah Kota Surabaya di Provinsi Jawa Timur. Penggunaan lahan di wilayah ini berupa hutan belukar yang menempati bagian barat, utara, dan timur. Tanah persawahan menempati bagian selatan yang merupakan pedataran, tanah perkebunan, dan selebihnya merupakan tanah permukiman penduduk perkotaan dan pedesaan. Penggunaan lahan dipengaruhi oleh kondisi medan dan jenis tanah yang berada di wilayah tersebut. Secara administratif, Kota Malang terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Kedungkadang, Kecamatan Klojen. Kecamatan Blimbing, Kecamatan Lowokwaru, dan Kecamatan Sukun serta 57 kelurahan. Sedangkan secara geografis wilayah Kota Malang berada antara 1

07 46'48" - 08 46'42" Lintang Selatan dan 112 31'42" - 112 48'48" Bujur Timur, kenaikan sebesar 0,63 % yaitu sebanyak 5.325 penduduk. Kota Malang memiliki dengan luas wilayah ±11.006 Ha dengan kepadatan penduduk sebesar 7.735 batas wilayah utara, selatan, timur dan barat orang/km 2 dengan kepadatan tertinggi berada berbatasan langsung dengan Kabupaten di Kecamatan Klojen yaitu sebesar 11.792 Malang. orang/ km 2. 2.2 REVIEW KEBIJAKAN Dalam membuat sebuah evaluasi ataupun pengembangan, maka perlu ditinjau pula dalam hal kebijakannya. Berikut adalah beberapa kebijakan yang digunakan oleh penulis : 2.2.1 Permen PU No. 20/PRT/M/2007 Permen PU 20/PRT/M/2007 membahas tentang SKL Berikut adalah review mengenai pedoman analisis aspek fisik dasar dan lingkungan : Analisis kemampuan lahan terdiri dari 9 satuan kemampuan lahan (SKL) yaitu SKL Gambar 1. Peta Administratif Kota Malang Morfologi, SKL Kemudahan Dikerjakan, SKL Kestabilan lereng, SKL Kestabilan Sumber : Peta Tematik Indonesia Pondasi, SKL Ketersediaan Air, SKL Kota Malang termasuk ke dalam Drainase, SKL Erosi, SKL Pembuangan kota/kabupaten besar. Hal tersebut Limbah, dan SKL Bencana Alam. Adapun dikarenakan jumlah penduduk Kota Malang pada tahun 2015 telah mencapai 851.298 penjelasan mengenai analisis kemampuan lahan adalah sebagai berikut : penduduk. Jumlah tersebut mengalami Tabel 1. Satuan Kesesuaian Lahan No. SKL Pengertian 1 Morfologi Tujuannya untuk memilah bentuk bentang alam/morfologipada wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan fungsinya. 2 Kemudahan Dikerjakan Tujuannya untuk mengetahui tingkat kemudahan lahan pada suatu kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses 2

pembangunan atau pengembangan. 3 Kestabilan Lereng Tujuannya untuk mengetahui tingkat kemantapan lereng di wilayah pengembangan dalam menerima beban. 4 Kestablian Pondasi Tujuannya untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis jenis pondasi yang sesuai untuk masing masing tingkatan. 5 Ketersediaan Tujuannya untuk mengetahui tingkat ketersediaan air dan Air kemampuan penyediaan air pada masing masing tingkatan, guna pengembangan kawasan. 6 Drainase Tujuannya untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal maupun meluas dapat dihindari. 7 Erosi Tujuannya untuk mengetahui daerah daerah yang mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi serta antispasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. 8 Pembuangan Limbah Tujuannya untuk mengetahui mengetahui daerah daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengeolahan limbah, baik limbah padat maupun cair. SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan wilayah tersebut cocok atau tidak sebagai lokasi pembuangan. 9 Bencana Alam Tujuannya untuk mengetahui mengetahui daerah daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengeolahan limbah, baik limbah padat maupun cair. SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan wilayah tersebut cocok atau tidak sebagai lokasi pembuangan. Analisis Kemampuan Lahan ini untuk arahan arahan kesesuaian lahan pada memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan kawasan budidaya dan kawasan lindung. Data data yang dibutuhkan meliputi petapeta pengembangan, sebagai acuan bagi hasil analisis SKL. Keluaran dari 3

analisis ini meliputi peta klasifikasi kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan, dan potensi dan kendala fisik pengembangan lahan. Berdasarkan hasil analisa kemampuan lahan nantinya akan terbentuk 5 kawasan dengan nilai lahan, diantaranya; a. Kawasan Kemampuan Lahan sangat rendah dengan arahan pengembangan sebagai kawasan lindung atau kawasan resapan air, b. Kawasan Kemampuan Lahan rendah dengan arahan pengembangan kawasan penyangga, kawasan lindung, atau kawasan resapan air. c. Kawasan Kemampuan Lahan sedang memiliki arahan pengembangan sebagai kawasan terbangun dengan kegiatan tertentu (kawasan perumahan). d. Kawasan Kemampuan Lahan agak tinggi dengan arahan pengembangan kawasan terbangun dengan berbagai kegiatan (perumahan), dan e. Kawasan kemampuan Lahan sangat tinggi dengan arahan pengembangan daerah terbangun diatas empat lantai untuk berbagai kegiatan. 2.2.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007 Peraturan tersebut membahas tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Untuk mengetahui kriteria kawasan budidaya perlu dilakukan pula analisis kesesuaian lahan. Kriteria dalam melakukan analisis kesesuaian lahan ini berupa; 1. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0-25%) 2. Tersedia sumber air. 3. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi) 4. Drainase baik sampai sedang 5. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api/ dan daerah aman penerbangan 6. Tidak berada pada kawasan lindung 7. Tidak terletak pada kawasan budidaya penyangga (pertanian, kebun, dll) 8. Menghindari sawah irigasi teknis. 2.2.3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 Peraturan tersebut membahas tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. Dalam penulisan ini, hanya diperlukan kebijakan mengenai garis sempadan sungai untuk melengkapi data yang diperlukan dalam analisis kesesuaian lahan. 1. Garis Sempadan Sungai Kriteria penetapan garis sempadan sungai terdiri dari, sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan. 4

Tabel 2. Kriteria Garis Sempadan Sungai Garis Sempadan Garis Sempadan Sungai tak Bertanggul Sungai Bertanggul Di luar Kawasan Perkotaan Di kawasan Perkotaan Di luar kawasan Sungai besar yaitu perkotaan ditetapkan sungai yang sekurang-kurangnya mempunyai daerah 5 meter di sebelah pengaliran sungai luar sepanjang seluas 500 km 2 atau kakitanggul. lebih. Di dalam kawasan Sungai kecil yaitu perkotaan ditetapkan sungai yang sekurang-kurangnya mempunyai daerah 3 meter di sebelah pengaliran sungai luar sepanjang kaki seluas kurang dari tanggul. 500 m 2. Kedalaman sungaitidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurangnya 10 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Kedalaman sungai tidak lebih dari 3 meter sampai dengan 20 meter, garis sempadan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan Kedalaman sungai maksimum lebih dari 20 meter, garis sempadan ditetapkan sekurangnya 30 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis 1. Analisis Kemampuan Lahan (Raster Weighted Overlay) Raster Overlay dengan melakukan analisa kemampuan lahan menggunakan raster weighted overlay dan kesesuaian lahan menggunakan vector intersect overlay. Analisa aspek fisik dasar dan lingkungan merupakan analisa yang digunakan untuk menentukan nilai kemampuan dan kesesuaian lahan suatu wilayah (Permen PU No. 20/PRT/M/2007). Langkah pertama yang harus dilakukan ialah mengumpulkan data spasial fisik dasar yang akan dirubah menjadi Peta Satuan Kemampuan Lahan. Terdapat Sembilan Peta SKL yang dihasilkan oleh weighted overlay yaitu, SKL Morfologi, SKL Kemudahan Dikerjakan, SKL Kesetabilan Lereng, SKL Kesetabilan Pondasi, SKL Ketersediaan Air, SKL untuk Drainase, 5

SKL terhadap Erosi, SKL Pembuangan Limbah, dan SKL Bencana Alam, yang 2. OVERLAY Terdapat beberapa tahapan atau kemudian dilakukan analisis langkah dalam menggunakan teknik kemamapuan lahan. Dari analisis analisis ini, yaitu: tersebut mendapatkan hasil yaitu analisis kemampuan lahan pada Kota Malang. 1. Membuat terlebih dahulu peta dasar wilayah penulisan. Berdasarkan hasil analisis, Kota Malang 2. Membuat peta-peta lain yang termasuk ke dalam kemampuan lahan sedang dan agak tinggi, artinya, seluruh mendukung dalam penulisan 3. Melakukan overlay antar peta sesuai wilayah di Kota Malang memiliki dengan kebutuhan kemampuan untuk dijadikan sebagai lahan permukiman. Tabel Hasil dari analisis overlay peta dasar Kota Malang adalah sebagai berikut : Tabel 3. Hasil Analisis Overlay Peta Dasar Kota Malng No. Hasil Analisis Overlay Hasil 1 Peta Kemampuan Kemampuan lahan sedang dan agak tinggi, artinya Lahan seluruh wilayah di kota Malang memiliki kemampuan untuk digunakan sebagai lahan permukiman 2 SKL Morfologi Morfologi kota Malang adalah datar, bergelombang, sampai berbukit. Artinya ada beberapa lahan di Kota Malang yang tidak cocok digunakan untuk lahan permukiman, karena morfologi yang cocok untuk permukiman adalah datar samapai bergelombang. 3 SKL Kelerengan Kelerengan kota Malang adalah 0%-40% dengan rincian 0-2%, 2-15%, 15-40%. Artinya ada beberapa lahan di Kota Malang yang tidak cocok digunakan untuk lahan permukiman, karena berada di kelerengan >15%. 4 SKL Ketersediaan Air Kemampuan air di Kota Malang adalah kemampuan air sedang sampai tinggi, artinya seluruh lahan di Kota Malang cocok digunakan sebagai lahan permukiman. 5 Longsor Kota Malang merupakan daerah longsor tingkat rendah sampai menengah, artinya tidak seluruh lahan di Kota Malang bisa digunakan sebagai lahan permukiman, karena yang cocok untuk permukiman adalah daerah 6

longsor tingkat rendah. 6 SKL Erosi Kota Malang merupakan daerah erosi tingkat sangat rendah sampai sedang, artinya tidak seluruh lahan di Kota Malang bisa digunakan sebagai lahan permukiman, karena yang cocok untuk permukiman adalah daerah erosi tingkat sangat rendah. 7 SKL Drainase Kota Malang merupakan daerah dengan drainase rendah sampai cukup, artinya tidak seluruh lahan di Kota Malang bisa digunakan sebagai lahan permukiman, karena yang cocok untuk permukiman adalah daerah dengan drainase cukup. 8 Sempadan Sungai Kota Malang merupakan Kota yang dilewati oleh beberapa sungai, artinya ada beberapa lahan yang tidak cocok digunakan sebagai permukiman dikarenakan berada di daerah sempadan sungai. 9 Landuse Secara garis besar penggunaan lahan di Kota Malang adalah hutan, kebun, perairan darat, permukiman, persawahan, tegalan, dan tanah 3. BUFFER Teknik analisa buffer dalam penulisan ini, berfungsi dalam menetukan garis sempadan sungai sesuai dengan pedoman yang telah ada. Jika ditinjau dari pedoman, maka garis sempadan sungai yang digunakan adalah sebesar 15 meter, karena sungai tersebut tidak bertanggul dan dengan kedalaman yang sedang. Dari analisis ini didapatkan hasil yaitu daerah sempadan sungai. Di Kota Malang sendiri menggunakan radius lima belas meter dikarenakan sungai yang melintas merupakan sungai sedang yang memiliki ke dalaman antara 3-20 m. Daerah sempadan sungai sendiri tidak diperbolehkan ada bangunan, apalagi permukiman. Selain teknik analisis di atas diperlukan pula query untuk mengetahui kesesuaian lahan berdasarkan pedoman yang ada. Dengan menggunakan teknik analisa diatas, penulis membuat ilustrasi teknik analisis yang akan digunakan dengan menggabungkan tiga teknik analisa di atas. Berikut adalah kerangka kerja penulis: 7

Gambar 2. Ilustrasi Kerangka Kerja Penulis dengan Menggunakan Beberapa Teknik Analisis Sumber : Penulis, 2016 3.2 PEMBAHASAN Berdasarkan langkah-langkah dari ilustrasi yang ditentukan didapatkan hasil permukiman, peta evaluasi kesesuaian lahan permukiman eksisiting, dan peta potensi lahan untuk dijadikan permukiman. berupa peta kesesuaian lahan untuk 1. Peta Kesesuaian Lahan Tabel 4. Kriteria Kesesuaian Lahan Permukiman di Kota Malang No. Kriteria Sesuai Tidak Sesuai 1. Kemampuan Lahan Kemampuan lahan sedang - dan kemampuan lahan agak tinggi 2. Penggunaan Lahan Bukan berada di Kawasan Berada di kawasan Lindung, Lindung, Kawasan Kawasan Penyangga, Sawah Penyangga, sawah irigasi irigasi teknis, dan jalan teknis, dan juga jalan 3. Morfologi Datar dan Bergelombang Berbukit Landai 4. Kelerengan 0-15% >15% 5. Ketersediaan Sumber Air Sedang sampai Tinggi Rendah 8

6. Bencana Aman banjir, aman gunung aman banjir, aman gunung api, longsor sangat rendah, api, longsor, dan erosi erosi sangat rendah sedang/menengah 7. Drainase Cukup Kurang 8. Sempadan Sungai Bukan Daerah Sempadan Derah Sempadan Sungai Sungai (15 meter dari tepi sungai) Sumber : Analisa Penulis, 2016 Berdasarkan hasil analisis tersebut merupakan daerah yang sesuai untuk lahan didapatkan bahwa terdapat beberapa daerah permukiman. Sedangkan 62% lainnya yang tidak sesuai diperuntukkan untuk lahan merupakan lahan yang tidak cocok permukiman. Hal tersebut dikarenakan ada digunakan untuk lahan permukiman. beberapa lahan yang memiliki drainase kurang, sumber air kurang, daerah rawan longsor, kelerengan lebih dari 15%, dll. 38% Penggunaan lahan yang diperhatikan dalam kesesuaian lahan adalah peruntukan jalan dan sungai. Berikut adalah peta kesesuaian lahan dari keseluruhan lahan Kota Malang permukiman di Kota Malang. Gambar 3. Peta Kesesuaian untuk Lahan Permukiman Kota Malang 9

2. Peta Evaluasi Kesesuaian Lahan Berikut adalah kriteria kesesuaian lahan Permukiman Eksisiting untuk permukiman di Kota Malang. Tabel 5. Kriteria Evaluasi Lahan Permukiman di Kota Malang No. Kriteria Sesuai Tidak Sesuai 1. Kemampuan Kemampuan lahan sedang dan - Lahan kemampuan lahan agak tinggi 2. Penggunaan Permukiman Permukiman Lahan 3. Morfologi Datar dan Bergelombang Berbukit Landai 4. Kelerengan 0-15% >15% 5. Ketersediaan Sumber Air Sedang sampai Tinggi Rendah 6. Bencana Aman banjir, aman gunung api, aman banjir, aman longsor sangat rendah, erosi sangat rendah gunung api, longsor, dan erosi sedang/menengah 7. Drainase Cukup Kurang 8. Sempadan Sungai Bukan Daerah Sempadan Sungai Derah Sempadan Sungai (15 meter dari tepi sungai) Sumber : Analisa Penulis, 2016 Data data di atas kemudian dioverlay Malang, 36.5% merupakan lahan dengan penggunaan lahan, khususnya permukiman yang telah cocok dijadikan penggunaan lahan permukiman. Berdasarkan permukiman, 10.5% lainnya sebenarnya hasil analisis tersebut didapatkan bahwa tidak cocok digunakan sebagai lahan terdapat beberapa lahan permukiman yang tidak sesuai jika menjadi permukiman. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa lahan yang memiliki drainase kurang, sumber air permukiman, dan sisanya 53% merupakan peruntukan lain, termasuk sungai, jalan, kawasan lindung, dan kawasan penyangga (persawahan, kebun, dll). Berikut adalah peta kurang, daerah rawan longsor, kelerengan evaluasi kesesuaian lahan permukiman lebih dari 15%, dll. Dari keseluruhan luas eksisiting di Kota Malang. lahan peruntukan permukiman di Kota 10

Gambar 4. Peta Evaluasi Lahan Permukiman Kota Malang 3. Peta Potensi Lahan Permukiman Peta potensi lahan permukiman kondisi eksisiting Kota. Berikut adalah ini didapatkan dari overlay data yang kriteria kesesuaian lahan untuk diperlukan dan disesuaikan dengan permukiman di Kota Malang. Tabel 6. Kriteria Potensi Lahan Permukiman di Kota Malang No. Kriteria Sesuai Tidak Sesuai 1. Kemampuan Kemampuan lahan sedang dan - Lahan kemampuan lahan agak tinggi 2. Penggunaan Lahan Bukan lahan permukiman, tidak berada di kawasan Lindung, Bukan lahan permukiman, berada di kawasan Lindung, kawasan penyangga, sawah kawasan Penyangga, Sawah irigasi teknis, dan juga jalan irigasi teknis, dan jalan 3. Morfologi Datar dan Bergelombang Berbukit Landai 4. Kelerengan 0-15% >15% 5. Ketersediaan Sedang sampai Tinggi Rendah Sumber Air 6. Bencana Aman banjir, aman gunung api, aman banjir, aman gunung longsor sangat rendah, erosi api, longsor, dan erosi 11

sangat rendah sedang/menengah 7. Drainase Cukup Kurang 8. Sempadan Sungai Bukan Daerah Sempadan Sungai (15 meter dari tepi sungai) Derah Sempadan Sungai Sumber : Analisa Penulis, 2016 Data data di atas kemudian dioverlay permukiman, 1.8% adalah lahan yang dengan penggunaan lahan (khususnya bukan berpotensi menjadi permukiman dan 51.2% penggunaan lahan permukiman, lindung dan lainnya merupakan lahan yang tidak penyangga). Berdasarkan hasil analisis berpotensi menjadi permukiman. tersebut didapatkan terdapat beberapa lahan Selain itu, penggunaan lahan yang yang berpotensi untuk dijadikan lahan diperhatikan dalam potensi lahan permukiman. Namun terdapat lahan terkait permukiman adalah peruntukan jalan dan yang tidak berpotensi menjadi permukiman sungai (sempadan sungai). Karena karena ada beberapa lahan yang memiliki drainase kurang, sumber air kurang, daerah rawan longsor, kelerengan lebih dari 15%, dll. Dari keseluruhan luas lahan terkait di peruntukan tersebut juga tidak bisa dialih fungsikan atau dijadikan sebagai lahan permukiman. Berikut adalah peta potensi lahan permukiman di Kota Malang. Kota Malang, 47% merupakan lahan Gambar 5. Peta Potensi Lahan Permukiman 12

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis menggunakan analisis kemampuan lahan, overlay, dan buffer yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya dan disesuaikan dengan kondisi eksisiting Kota Malang, didapatkan data mengenai kesesuaian lahan untuk permukiman, evaluasi kesesuaian lahan permukiman eksisting, dan potensi lahan untuk dijadikan permukiman. Berdasarkan hasil analisis masih terdapat ketidaksesuaian lahan di Kota Malang. 5.2 Rekomendasi Rekomendasi yang penulis sarankan adalah sebagai berikut : Pembangunan lahan permukiman beru dapat dilakukan di daerah yang berpotensi sebagai lahan permukiman. Pembangunan permukiman baru dapat dilakukan juga di lahan permukiman yang sudah terbangun yang telah sesuai dengan kesesuaian lahan. Tidak disarankan dilakukan pembangunan permukiman di daerah yang tidak berpotensi menjadi lahan permukiman. Tidak disarankan dilakukan penambahan permukiman yang seharusnya tidak sesuai untuk dijadikan lahan permukiman. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kota Malang. 2016. Kota Malang dalam Angka 2016. Kota Malang: Badan Pusat Statistik Kota Malang Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 41 /PRT/M/2007 Tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2007. Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Menteri Pekerjaan Umum. 1993. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 63/PRT/1993 Tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai. Jakarta. Menteri Pekerjaan Umum. Pemerintah Kota Malang. -. Sekilas Malang. http://malangkota.go.id/ diakses tanggal 5 Desember 2016 13