BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti

dokumen-dokumen yang mirip
2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu negara ke negara lain di dunia. Internet berasal dari kata Interconnection

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berfungsi secara efektif sebagai salah satu alat penyebar informasi kepada

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. global yang melanda semua wilayah maupun negara di dunia. Terkhususnya di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum legislatif sebagai agenda demokrasi yang telah dilaksanakan

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Memilih Calon Anggota DPR RI yang Cermat (Cerdas dan Bermanfaat) (16/U)

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran Partai Politik Lokal di Aceh merupakan suatu bukti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam fungsi,platform (program partai) dan dasar pemikiran. Fungsi Partai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. pusat atau disebut pemerintah dan sistem pemerintahan daerah. Dalam praktik

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara dimana saja kelompok manusia berada, sebab

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

Sambutan Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna Bidang Polhukam, 31 Agustus 2010 Selasa, 31 Agustus 2010

ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehat (Good Corporate Governance) pada setiap aktivitas bisnis yang

Outlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencatat banyak pemimpin yang dipilih oleh rakyat karena mengangkat isu

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.

(Tempo.co, 4 Juni 2012) mengatakan perusahaan perusahaan milik negara (BUMN) menjadi berantakan setelah dicampuri orang orang dari partai politik.

EVALUASI PEMILU 2014 DI SUMATERA UTARA 1. Muryanto Amin 2

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

Dermawan Zebua DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terbukti melakukan korupsi. Segala cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa

MAKALAH ISLAM. Membangun Kesadaran Politik Umat Menghadapi PEMILU

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2009 negara Indonesia melaksanakan pemilu yang ke-10

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di media massa maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas untuk memajukan kesejahteraan rakyat, namun kenyataannya sekarang justru banyak merugikan negara. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti melakukan tindak korupsi. Dalam kasus korupsi yang terjadi, tentunya masyarakat merasa sangat dirugikan. Itu sebabnya masyarakat secara terang-terangan merasa kecewa terhadap oknum atau pejabat yang melakukan tindakan korupsi belum lagi banyak kasus korupsi yang telah diketahui belum mendapatkan penyelesaian. Beberapa contoh kasus yang paling anyar yang tak kunjung memperoleh titik penyelesaian seperti kasus korupsi Soeharto dan kroninya, kasus Hambalang, dan Kasus Bank Century. Tidak sedikit kasus yang belum dapat diselesaikan oleh aparat pemberantas korupsi secara tuntas mengikuti prosedur hukum yang berlaku. Selain penyelidikan dan penyelesaian kasus korupsi terhadap pejabat negara yang tak kunjung selesai, budaya korupsi juga sudah mengakar dalam tubuh partai politik. Para pelaku tindak korupsi yang paling mendominasi berasal dari dalam partai politik. Seperti kasus dalam Partai Demokrat yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) bahwa empat orang petinggi 1

Partai Demokrat tersebut sudah ditetapkan sebagai tersangka. Hal yang sama juga terjadi pada Partai Golkar yang disebutkan bahwa Bambang Soesatyo terkaitkan dengan kasus dugaan korupsi Simulator SIM. Politisasi masalah korupsi dalam badan partai politik inilah yang membuat masyarakat Indonesia mulai merasakan kejenuhan dalam mengikuti pemberitaan penyelesaian kasus korupsi dalam partai politik tersebut. Masyarakat Indonesia sudah melihat bahwa budaya politik uang ini semakin berkembang. Kasus-kasus yang terjadi dan tidak memiliki penyelesaian yang tuntas mengakibatkan masyarakat tidak lagi percaya terhadap kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa sistem kepemimpinan di dalam internal partai politik yang ada di Indonesia memiliki sistem rekrutmen yang gagal. Seleksi calon legislatif yang diklaim secara ketat oleh partai politik yang bersangkutan dengan berbagai jenis ujian dan tes serta penandatangan integritas ternyata hanya sebatas omong kosong tanpa pembuktian yang nyata di tengah masyarakat. Tren korupsi di dalam badan partai politik yang dilakukan oleh anggota dan para pengurus partai politik itu sendiri semakin meningkat di mata masyarakat. Semakin meningkatnya tren budaya korupsi di dalam internal partai politik ini juga tidak lepas dari pemberian sanksi yang tidak tegas terhadap calon anggota dan calon pengurus partai politik oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Tahun 2014 merupakan tahun pesta politik bagi bangsa Indonesia, tepatnya tanggal 9 April 2014 akan dilangsungkan Pemilu untuk memilih para anggota dewan perwakilan rakyat tingkat nasional dan anggota dewan perwakilan rakyat tingkat daerah. Saat ini tingkat ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap 2

politik dan pemilu terasa sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 1999 sebesar 92,74 persen, pada Pemilu 2004 menurun menjadi sebesar 84,07 persen, dan Pemilu 2009 tingkat partisipasi masyarakat hanya sebesar 71 persen. Penurunan minat masyarakat dan keterlibatan para calon pemilih dalam politik dan pemilu tersebut tentu menjadi berita buruk bagi partai politik, terutama bagi kehidupan demokrasi Indonesia yang sedang berkembang (Satya Dewangga, Menyongsong Pemilu Legislatif 9 April 2014, http://news.detik.com/read/2014/04/08/190250/2549497/103/menyongsong-pemilu-legislatif-9-april-2014?nd772205103, Selasa, 08/04/2014 19:02 WIB). Kondisi di mana banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh wakilwakil rakyat yang telah menduduki kursi legislatif sebelumnya mengakibatkan masyarakat Indonesia semakin tidak memberikan respek terhadap partai politik yang anggotanya terlibat kasus korupsi. Akibatnya, ketika akan diadakannya pemilihan terhadap anggota calon legislatif dari struktur partai politik tersebut dilakukan, maka masyarakat Indonesia lebih sering bersikap acuh. Semua calon pemimpin maupun pengurus partai dianggap sama saja dan tidak memberikan perubahan apapun di tengah masyarakat. Intensitas korupsi yang semakin meninggi dalam tubuh partai politik ini menyebabkan masyarakat Indonesia tidak lagi memberikan kepercayaan mereka terhadap partai politik yang bersangkutan. Masyarakat Indonesia dapat melihat ini dari berbagai kasus yang diberitakan oleh media. Masyarakat Indonesia melihat bahwa pelaku tindak korupsi ini didominasi oleh para politisi. Bahkan sepanjang tahun 2012 Indonesia Corruption Watch (ICH) telah mencatat bahwa sebanyak 52 3

politisi yang berasal dari berbagai partai politik di Indonesia ditetapkan terjerat kasus korupsi. Tindakan para politisi dalam partai politik yang lebih mengutamakan kesempatan (opportunis) untuk dirinya sendiri menjadi budaya yang semakin terus tumbuh dan berkembang. Proses hukum yang seharusnya berjalan menjadi tidak berfungsi ketika kepentingan politik dalam sebuah partai politik sedang dijalankan. Contohnya adalah kasus Century yang merupakan kasus yang sudah pernah terungkap namun kemudian tenggelam dengan alasan diserahkan pada proses hukum yang sampai saat ini tidak memiliki kejelasan apapun untuk dipertanggungjawabkan di hadapan masyarakat. Partai politik di Indonesia yang mengedepankan tema Anti Korupsi dinilai hanya sebagai kepura-puraan dan sensasi untuk mendapatkan gengsi di mata masyarakat Indonesia. Program kerja yang tidak memberikan hasil atau memberikan hasil yang hanya jalan di tempat membuat masyarakat semakin tidak memberikan kepercayaan terhadap kinerja partai politik yang ada di tengah masyarakat. 1 Faktor lain adalah para politisi yang tidak mengakar, politisi yang dekat dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Sebagian politisi lebih dekat dengan para petinggi partai, dengan pemegang kekuasaan. Mereka lebih mengantungkan diri pada pemimpinnya dibandingkan mendekatkan diri dengan konstituen atau pemilihnya. Kondisi lain adalah tingkah laku politisi yang banyak berkonflik mulai konflik internal partai dalam mendapatkan jabatan strategis di partai, kemudian konflik dengan politisi lain yang berbeda partai. Konflik seperti ini 1 Bismar, Arianto, 2011, Analisis Penyebab Masyarakat Tidak Memilih Dalam Pemilu 4

menimbulkan anti pati masyarakat terhadap partai politik. Idealnya konflik yang ditampilkan para politisi seharusnya tetap mengedepankan etika politik (fatsoen). Politik pragamatis yang semakin menguat, baik di kalangan politisi maupun di sebagian masyarakat. Para politisi hanya mencari keuntungan sesaat dengan cara mendapatkan suara rakyat. Sedangkan sebagian masyarakat kita, politik dengan melakukan transaksi semakin menjadi-jadi. Baru mau mendukung, memilih jika ada mendapatkan keutungan materi, maka muncul ungkapan kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau sudah terpilih mereka akan lupa janji (Arianto, 2011:10). Berdasarkan kenyataan yang terjadi di masyarakat, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang persepsi masyarakat Medan Selayang Kelurahan Asam Kumbang terhadap partai politik terkait dengan munculnya kasus korupsi yang sedang hangat dibicarakan saat ini di Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang diteliti adalah bagaimana persepsi masyarakat Kelurahan Asam kumbang, Kecamatan Medan Selayang tentang partai politik di Indonesia pasca munculnya kasus korupsi? 1.3 Tujuan penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai untuk mengetahui persepsi masyarakat khususnya masyarakat Kelurahan Asam kumbang, 5

Kecamatan Medan Selayang terhadap partai politik pasca munculnya kasus korupsi yang sedang terjadi di Indonesia. 1.4 Manfaat penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan kepada peneliti lain sebagai bahan perbandingan referensi dalam meneliti masalah yang mirip dengan penelitian ini dalam bidang ilmu sosiologi tertentu terutama bidang sosiologi politik. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah rujukan bagi mahasiswa Sosiologi Fisip USU mengenai penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. 2. Manfaat praktis: a. Bagi penulis, penelitian ini dapat mengasah penulis dalam membuat karya tulis ilmiah serta menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti. b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi mengenai persepsi dan pandagan masyarakat itu sendiri dalam memandang kehadiran partai politik. 6

1.5 Definisi Konsep Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk memfokuskan penelitian sehingga memudahkan penelitian. Konsep adalah definisi, abstraksi mengenai gejala atau realita ataupun suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Meleong, 2006:67). Di samping berfungsi untuk memfokuskan dan mempermudah penelitian, konsep ini juga berfungsi sebagai panduan yang nantinya digunakan peneliti untuk menindak lanjuti sebuah kasus yang diteliti dan menghindari terjadinya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam sebuah penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini antara lain adalah: 1. Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (http://id.wikipedia.org/wiki/persepsi, diakses pada 2 Juli 2012, pukul 09.00 WIB). 2. Masyarakat menurut Robert Mac Iver adalah suatu sistim hubunganhubungan yang ditertibkan (society means a system of ordered relations). Dan menurut perumusan Harold J.Laski dari London School of Economics and Political Science maka masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginankeinginan mereka bersama (a society is a group of human beings living together and working together for satisfaction of their mutual wants). Dari kedua defenisi tadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat mencakup semua hubungan dan kelompok dalam suatu wilayah (Budiarjo, 1992:35). 7

3. Partai politik, Carl Friedrich memberi batasan partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin partainya,dan berdasarkan kekuasaan itu akan memberikan kegunaan materil dan idil kepada para anggotanya (Surbakti, 1992:116). 4. Kasus merupakan kesatuan kondisi yang di dalamnya terkandung satu atau sejumlah masalah yang dialami oleh seorang individu atau kelompok, keluarga, dan lembaga (http://id.wikipedia.org/wiki/persepsi, diakses pada 2 Juli 2012, pukul 20.00 WIB). 5. Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi maupun orang lain (KBBI). 8