Jurnal Elementary ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 Januari 2018, Hal A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A.

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KATA PENGANTAR. menengah.

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BADAN AKREDITASI PROVINSI SEKOLAH/MADRASAH TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yaitu: Melindungi

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRAM STUDI S2 MANAJEMEN SIKAP

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2016

Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI)

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2016

CAPAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

III. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN IPA. A. Identitas Program Studi

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan penelitian

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

2016, No Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN AKHIR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016 SEKOLAH/MADRASAH HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI RIAU TAHUN 2016

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

Rasional. Visi, Misi, dan Tujuan

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2016

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan peserta didik, baik secara mental maupun intelektual, digembleng agar

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

A. Tujuan Pelatihan Asesor

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SUMATERA BARAT

A. Identitas Program Studi

EVALUASI PROGRAM IbM PENDAMPINGAN PENYUSUNAN BORANG AKREDITASI BAGI SEKOLAH DASAR DI KOTA TERNATE

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

BAB II LANDASAN TEORI

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI PAPUA TAHUN 2016

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2016

II. PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI PENDIDIKAN. A. Identitas Program Studi

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI MALUKU TAHUN 2016

GRAND DESAIN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI BALI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

No Item Penilaian Keterangan/ Bukti Fisik

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

IV. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN KIMIA. A. Identitas Program Studi

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

Transkripsi:

Jurnal Elementary ISSN 2614-5596 FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 Januari 2018, Hal. 11-15 ANALISIS PENCAPAIAN 8 KOMPONEN STANDAR AKREDITASI SD/MI DI KOTA MATARAM Haifaturrahmah Dosen PGSD Universitas Muhammadiyah Mataram haifaturrahmah@yahoo.com INFO ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima: 25-11 - 2017 Disetujui: 16-12 - 2017 Kata Kunci: 1. Akreditasi 2. standar BAN-S/M, SD/MI ABSTRAK Abstrak: Pada konteks pendidikan nasional diperlukan standar yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah merupakan cara untuk mengawasi upaya peningkatan mutu layanan pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Oleh karena itu, pelaksanaan akreditasi menggambarkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh sekolah/madrasah. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data akreditasi SD/MI di Kota Mataram tahun 2014, 2015 dan 2016. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, dari delapan standar pada sekolah/madrasah yang terakreditasi A maupun B, nilai rata-rata standar kompetensi lulusan SD/MI masih rendah dibandingkan standar lainnya, sedangkan komponen standar tertinggi adalah standar pembiayaan. A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan dasar dari proses pembangunan sebuah bangsa, sehingga proses pendidikan dianggap sebagai investasi masa depan bagi seseorang atau suatu bangsa yang akan meraih suatu kehidupan lebih sejahtera. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peranan yang sangat tinggi bagi setiap individu sejak usia dini sampai usia lanjut. Untuk itulah suatu lembaga yang menyelenggarakan layanan pendidikan harus dapat memenuhi standar layanan yang berkualitas, memiliki infrastruktur dan berbagai komponen pendidikan lainnya sebagai pendukung yang akan mendorong berlangsungnya pendidikan sebagai proses pembudayaan, mengembangkan model proses pembelajaran dan sekuensinya (Soedijarto, 2000). Pada konteks pendidikan nasional diperlukan standar yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Kebijakan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengelola pendidikan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Sandar Nasional Pendidikan. Pada pasal 2 dalam PP tersebut menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dilakukan dalam tiga program yaitu evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. (BAN-S/M, 2016). Memetakan mutu setiap satuan pendidikan menjadi suatu keharusan dalam pencapaian standar layanan pendidikan yang diharapkan, maka untuk menentukan kelayakan sekolah/madrasah memberikan layanan pendidikan serta pengendalian mutu pendidikan, program akreditasi menjadi sangat penting bagi setiap lembaga dan program pendidikan. Mutu pada satuan pendidikan mempunyai makna menghasilkan dan memberikan yang terbaik, dan bertujuan untuk memenuhi atau jika perlu melampaui standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan. Pencapaian standar nasional pendidikan dapat diukur melalui hasil akreditasi yang dinilai berdasarkan standar. Didalam menentukan kualitas suatu lembaga pendidikan, sistem akreditasi memainkan peranan yang tidak hanya penting, tetapi juga strategis, antara lain: (Muhammad Irfan, 2001) a. Pertama, memberikan informasi yang komprehensif kepada masyarakat (Stakeholders) mengenai sekolah/madrasah tertentu. Dengan informasi hasil akreditasi tersebut masyarakat memperoleh gambaran tentang kekurangan, kelebihan, peluang, dan ancaman yang dihadapi sekolah/madrasah. b. Kedua, sebagai titik tolak para ahli pendidikan dan para Pembina sekolah/madrasah dalam menganalisis dan memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekolah/madrasah. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan terhadap sekolah/madrasah akan selalu kontekstual dan tepat sasaran. 11

c. Ketiga, sebagai alat pengendalian kualitas. Dengan akreditasi yang komprehensif akan didapatkan peta sekolah/madrasah dari segi kualitasnya. Informasi akurat yang didapat dari akreditasi akan menjadi titik tolak bagi sekolah/madrasah bersangkutan untuk melakukan review yang dapat dijadikan patokan dalam peningkatan kualitas. Proses akreditasi dilakukan secara berkala dan terbuka dengan tujuan untuk membantu dan memberdayakan program dan satuan pendidikan agar mampu mengembangkan sumber dayanya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Lebih lanjut dalam BAN-S/M (2016) menjelaskan bahwa akreditasi sekolah/madrasah adalah suatu proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan melalui kegiatan evaluasi diri dan visitasi, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan dan peringkat kelayakan. Dan untuk mendapatkan nilai akreditasi, sekolah/madrasah harus memenuhi lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi (1) Standar Isi, (2) Standar Proses, (3) Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5) Standar Sarana dan Prasarana, (6) Standar Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan, dan (8) Standar Penilaian. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah telah menetapkan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M). BAN-S/M adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. BAN-S/M merumuskan kriteria dan perangkat akreditasi sekolah/madrasah untuk diusulkan kepada Mendikbud. Perangkat akreditasi digunakan untuk mengukur sejauh mana sekolah/madrasah telah memenuhi standar nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan harus dijadikan sebagai acuan dalam pemetaan profil kualitas sekolah/madrasah. Oleh karena itu, perangkat akreditasi yang berisikan komponen instrumen akreditasi disusun berdasarkan pada delapan komponen standar nasional pendidikan. Dari penilaian kedelapan standar tersebut, suatu sekolah/madrasah memperoleh peringkat akreditasi A, B dan C. Pengakuan atas peringkat hasil akreditasi bagi setiap satuan pendidikan, diwujudkan dalam bentuk sertifikat akreditasi sekolah/madrasah. Kelayakan dengan peringkat akreditasi A akan memiliki reputasi lebih baik dibandingkan yang terakreditasi B, begitu pula yang terakreditasi B akan merasa lebih unggul dari yang terakreditasi C. Akan tetapi, berdasarkan data hasil akreditasi BAP-S/M NTB pada tingkatan Sekolah Dasar tahun dari 2014 sampai dengan tahun 2016, dari delapan standar pada sekolah/madrasah yang terakreditasi A maupun B, nilai rata-rata standar kompetensi lulusan SD/MI masih rendah dibandingkan standar lainnya. Terkait dengan standar kompetensi lulusan, dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 20 Tahun 2016 mengemukakan standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan. Artinya, dalam penilaian delapan komponen standar nasional pendidikan maka standar kompetensi lulusan merupakan acuan tercapainya mutu pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian delapan komponen standar akreditasi SD/MI di Kota Mataram selama tiga tahun terakhir dan menghasilkan rekomendasi yang dapat digunakan untuk pendidikan sesuai standar kelayakan khususnya standar kompetensi lulusan SD/MI di Kota Mataram.. B. METODE PENELITIAN Sumber Data Data nilai akreditasi SD/MI yang ada di Kota Mataram dari tahun 2014 sampai dengan 2016. Data tersebut diperoleh dari BAP-S/M Nusa Tenggara Barat. Data lapangan diperoleh melalui wawancara dan observasi. Metode Analisis Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif. Analisis deskripsi dilakukan untuk melihat gambaran rata-rata nilai akreditasi SD/MI pada masing-masing komponen standar (delapan standar). C. HASIL DAN PEMBAHASAN SD/MI Kota Mataram yang terakreditasi pada tahun 2014 adalah sebanyak 14 Sekolah, peringkat akreditasi A sebanyak 5 sekolah dan 9 sekolah lainnya terakreditasi B. Pada tahun 2015, jumlah SD/MI Kota Mataram yang terakreditasi A adalah sebanyak 4 sekolah dan 14 sekolah terakreditasi B. Sedangkan pada tahun 2016, hanya satu sekolah Kota Mataram yang terakreditasi C, 6 sekolah terakreditasi B dan 5 sekolah terakreditasi A. Nilai akreditasi yang dihitung adalah delapan standar penilaian terhadap masing-masing peringkat akreditasi. Kedelapan standar akreditasi nilainya cenderung lebih tinggi untuk sekolah yang berperingkat akreditasi A terhadap B. Akan tetapi, nilai rata-rata pada masing-masing standar akreditasi SD/MI dari tahun 2014 sampai tahun 2016 menunjukkan standar kompetensi lulusan paling rendah dibanding standar akreditasi lainnya. Dan komponen standar yang paling tinggi adalah standar pembiayaan. Selengkapnya dapat dilihat pada grafik 1. 12

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 2014 2015 2016 Grafik 1 Rata-rata nilai komponen standar akreditasi SD/MI Kota Mataram (2014-2016) Keterangan: S1 : Standar Isi S2 : Standar Proses S3 : Standar Kompetensi Lulusan S4 : Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan S5 : Standar Sarana dan Prasarana S6 : Standar Pengelolaan S7 : Standar Pembiayaan S8 : Standar Penilaian Rata-rata nilai komponen akreditasi SD/MI Kota Mataram dari tahun 2014 sampai tahun 2016, standar kompetensi lulusan adalah 72,8., 73,9., dan 74,7. Nilai tersebut adalah nilai terendah untuk masing-masing komponen standar lainnya selama tiga tahun terakhir di sekolah/madrasah, meskipun nilai dari sekolah/madrasah yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa komponen standar kompetensi lulusan perlu mendapatkan perhatian khusus. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Sandar Nasional Pendidikan pasal 25 menyatakan tentang standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pada dimensi sikap standar kompetensi lulusan SD/MI, ruang lingkup interaksinya dengan alam dilingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain. Dimensi pengetahuan mencakup faktual dan konseptual, sedangkan dimensi keterampilan pada produktif sesuai dengan yang ditugaskan kepada siswa SD/MI. Instrumen penilaian standar kompetensi lulusan terdiri dari 16 butir pertanyaan terkait dengan pengalaman belajar (sikap, pengetahuan dan keterampilan) yang diperoleh siswa melalui pemanfaatan lingkungan secara produktif selama proses pembelajaran. Komponen standar kompetensi lulusan lebih mengutamakan penilaian proses yang dilakukan oleh sekolah/madrasah dalam memungkinkan siswa memperoleh pengalamanpengalaman belajar yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya secara produktif. Peran aktif sekolah/madrasah sangat diperlukan dalam menunjang proses pembelajaran siswa dengan menyediakan fasilitasi yang memadai sehingga apa yang diharapkan oleh satuan nasional pendidikan dapat terwujud. Pengalaman belajar yang dimaksud dalam instrumen akreditasi adalah perilaku aktif siswa pada saat belajar melalui interaksi dengan lingkungan sekitar, dan sekolah dalam hal ini adalah guru memfasilitasi kegiatan siswa. Adanya interaksi siswa dengan lingkungan, mampu mendorong siswa untuk lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmani maupun mental untik mendalami apa yang menjadi perhatiannya. Pada standar kompetensi lulusan, terlihat dengan jelas bahwa guru masih kurang mengarahkan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar dan lebih mengutamakan mentransfer ilmu didalam kelas. Hal ini dibuktikan melalui rendahnya poin penilaian instrumen pada butir nomor 30, 31, 32, 33, 35, 36, 38, 41, 43, 44, dan 45. Hasil penilaian butir nomor 30 menunjukkan masih kurangnya mata pelajaran yang memuat tugas terstruktur baik secara kelompok maupun individu dalam bentuk pemecahan masalah sehingga kurannya kesempatan siswa untuk dapat berpikir kritis, logis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan. Keterkaitan antara penilaian butir nomor 30 dengan butir nomor 32, 35 dan 43, menunjukkan bahwa hanya mata pelajaran IPA dan IPS yang memberikan pengalaman belajar yang menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial, sedangkan di SD/MI tidak hanya terdiri kedua mata pelajaran itu saja. Proses pembelajaran di SD/MI adalah tematik, sehingga memungkinkan semua mata pelajaran dapat ditematikan berdasarkan isu lingkungan alam dan sosial. Dengan demikian, siswa memiliki kepedulian terhadap lingkungan sosial dan fisik melalui berpikir kritis, logis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan. Hasil penilaian butir nomor 31 menunjukkan masih kurangnya minat siswa untuk memanfaatkan sumber belajar lainnya seperti perpustakaan dan laboratorium, dalam hal ini siswa melakukan praktikum. Hal ini tidak terlepas dari sarana dan prasana yang dimiliki oleh sekolah/madrasah, sarana dan prasarana di SD/MI tidak seperti sarana dan prasana di SMP/MTs. Di SD/MI Kota Mataram tidak memiliki ruangan khusus sebagai labortaorium, akan tetapi pelaksanaan praktikum tetap dapat dilakukan dikelas maupun diluar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah/madrasah. Keterkaitan antara penilaian butir nomor 31 dengan butir nomor 33 dan 44, menunjukkan bahwa siswa juga jarang melakukan proses pembelajaran diluar sekolah/madrasah 13

seperti mengunjungi museum ataupun ke tempat bersejarah lainnya, kunjunga ke industri (tempe, tahu, maupun kerajinan tangan) dan melakukan kunjungan lapangan untuk lebih mengenal hewan serta tumbuhan disekitarnya. Kunjungan atau studi lapangan juga sangat diperlukan agar siswa tidak jenuh dengan proses pembelajaran didalam kelas dan mengenalkan kepada siswa mengenai proses pembuatan suatu alat maupun bahan. Dengan demikian mampu memberikan pengalaman belajar yang menunjukkan kemampuan dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan mengenai seperti membuat buletin siswa atau majalah dinding, portofolio, laporan melalui proses diskusi dan presentasi. Hal ini terkait juga dengan kemampuan siswa bagaimana berpikir kritis, logis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan. Hasil penilaian butir nomor 36 menunjukkan masih kurangnya peran aktif sekolah dalam mengikutsertakan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan untuk mengembangkan kepribadian maupun bakat siswa diluar bidang akademik. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa memperoleh pengalaman belajar yang menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan pentas seni dan budaya lokal, selain itu melalui kegiatan siswa lebih mengenal dan mencintai budaya sendiri, dengan demikian budaya lokal tidak akan punah. Keterkaitan antara penilaian butir nomor 36 dengan butir nomor 38 dan 41, menunjukkan bahwa sekolah/madrasah masih kurang mengadakan kegiatan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri siswa yang menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara dan tanah air. Melalui kegiatan ini, memberikan pengalaman belajar yang menunjukkan kemampuan siswa dalam menghormati dan menghargai keragaman atau perbedaan yang ada disekitarnya. Terlebih lagi dengan banyaknya isu terkait kerusakan lingkungan dan kepekaan sosial yang sensitif pada saat ini. Pada grafik 1 diatas, menggambarkan nilai komponen akreditasi tertinggi adalah standar pembiayaan dengan nilai rata-rata 91,8., 90,3., dan 92,7 dari tahun 2014 sampai tahun 2016. Sumber dana pembiayaan di SD/MI berasal dari bantuan operasional sekolah (BOS). BOS merupakan program dari pemerintah, sehingga SD/MI wajib memberikan laporan ke dinas setempat terkait penggunaan dana tersebut. Dalam laporan berisikan penggunaan dana sesuai Juknis dengan melampirkan bukti penggunan dana BOS. Hal ini lah yang memungkinkan tingginya nilai komponen standar pembiayaan karena pihak SD/MI tidak dapat memanipulasi data laporan yang akan berdampak pada dana BOS periode berikutnya. Penilaian delapan komponen standar akreditasi tidak saja melalui pengecekan kelengkapan administrasi, akan tetapi juga melalui proses yang dilakukan oleh pihak sekolah/madrasah yang tergambarkan dalam bentuk dokumentasi (foto). Berdasarkan uraian data diatas, penilaian delapan komponen standar akreditasi selama tiga tahun terakhir bersifat fluktuatif, artinya tidak mengalami perubahan yang signifikan pada masing-masing komponen standar. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya kesiapan sekolah/madrasah untuk diakreditasi, bahkan beberapa sekolah/madrasah mengundurkan diri untuk tidak diakreditasi. Penilaian akreditasi sekolah/madrasah dilakukan per lima tahun sekali, sehingga sekolah/madrasah memiliki waktu yang cukup untuk memenuhi standar nasional pendidikan (SNP). Sehingga hasil akreditasi digunakan sebagai acuan dalam memetakan mutu dan kelayakan sekolah/madrasah untuk mempermudah usaha-usaha pembinaan dan pemberdayaan serta sumber informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan kebijakan pembangunan pendidikan di setiap daerah. Oleh karena, dibutuhkan peran aktif sekolah dengan pihak terkait seperti dinas pendidikan kabupaten/kota, kantor kementerian agama termasuk lembaga penjaminan mutu pendidikan dalam memberikan asistensi kepada sekolah/madrasah untuk secara bertahap, sistematis dan terencana dalam mempersiapkan diri untuk diakreditasi. D. SIMPULAN DAN SARAN Ketercapaian standar nasional pendidikan menunjukkan bahwa dari delapan standar komponen akreditasi yang ada, standar yang masih rendah yaitu standar kompetensi lulusan terkait dengan pengalaman belajar yang diharapkan terbentuk dalam diri siswa. Hasil akreditasi menjadi salah satu penjaminan mutu sekolah/madrasah dapat dimanfaatkan dengan baik termasuk bagian apa saja yang perlu diperbaiki melalui koordinasi dengan pemerintah daerah. Perangkat akreditasi berisikan komponen instrumen berdasarkan pada delapan komponen standar nasional pendidikan. Dari penilaian kedelapan standar tersebut, suatu sekolah/madrasah memperoleh peringkat akreditasi A, B dan C. Peringkat dan status akreditasi sudah menjadi acuan bagi orang tua siswa dalam memilih sekolah/madrasah sehingga hasil akreditasi sekolah/madrasah diharapkan mampu memotivasi sekolah/madrasah untuk terus meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap, terencana, dan kompetitif baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan regional dan internasional. DAFTAR RUJUKAN [1] BAN-S/M. 2016. Pedoman akreditasi sekolah/madrasah. Jakarta: BAN-S/M. [2]. 2014. Perangkat akreditasi SD/MI. Jakarta: BAN-S/M. [3] Muhammad. Irfan. 2001. Menyoal sistem akreditasi madrasah, dalam jurnal madrasah. Jakarta : Departemen Agama Pusat, Vol. 5, No. 1, 2001.) Hal. 19. 14

[4] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan [5] Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. [6] Soedijarto. 2000. Pendidikan nasional sebagai wahana mencerdaskan bangsa dan membangun peradaban negara-bangsa. Jakarta: Cinaps. 15