JurnalIlmiahPlatax Vol. 3:(1),Januari 2015 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
JurnalIlmiahPlatax Vol. 3:(2), MEY 2015 ISSN:

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JurnalIlmiahPlatax Vol. 3:(2),Juli 2015 ISSN:

KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR PULAU YAMDENA, KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT ABSTRACT

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari luas daratan, oleh karena itu dikenal sebagai negara maritim. Total

JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN:

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

SIPUT GASTROPODA PADA ALGA MAKRO DI TANJUNG ARAKAN DAN PANTAI PULAU NAIN PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. tingkat genetika (Saptasari, 2007). Indonesia merupakan negara dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

ABSTRAK. Kata Kunci: Makroalga, Chlorophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, Pulau Serangan

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI KELURAHAN TONGKAINA MANADO

ANALISIS JENIS-JENIS PIGMEN ALGA COKLAT Padina australis Hauck DARI PERAIRAN LAUT SULAWESI

1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN:

Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado, * korespondensi:

HUBUNGAN KERAPATAN RUMPUT LAUT DENGAN SUBSTRAT DASAR BERBEDA DI PERAIRAN PANTAI BANDENGAN, JEPARA. Nur Ain, Ruswahyuni 1, Niniek Widyorini

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

DISTRIBUSI VERTIKAL KARANG BATU (SCLERACTINIA) DI PERAIRAN DESA KALASEY, KABUPATEN MINAHASA

JurnalIlmiahPlatax Vol. 3:(1),Januari 2015 ISSN:

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-2, Januari 2013 ISSN:

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN:

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

STRUKTUR KOMUNITAS MAKRO ALGA DI PESISIR PULAU KECAMATAN BULANG. Notowinarto, Ramses Firdaus dan Mulhairi

Struktur Komunitas dan Anatomi Rumput Laut di Perairan Teluk Awur, Jepara dan Pantai Krakal, Yogyakarta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DISTRIBUSI UKURAN KARANG PORITES SEBAGAI PENYUSUN UTAMA MIKROATOL DI DAERAH RATAAN TERUMBU (REEF FLAT) PERAIRAN KONDANG MERAK KABUPATEN MALANG

Distribusi Karang Batu Di Rataan Terumbu Pantai Selatan Pulau Putus- Putus Desa Ratatotok Timur Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

Diterima 16 Januari 2012, diterima untuk dipublikasikan 2 Februari 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

A study on bioecology of macroalgae, genus Caulerpa in northern Minahasa Waters, North Sulawesi Province

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG

MORFOLOGI Sargassum sp DI KEPULAUAN RAJA AMPAT, PAPUA BARAT

SEBARAN DAN KERAGAMAN KOMUNITAS MAKRO ALGAE DI PERAIRAN TELUK AMBON DISTRIBUTIONAND DIVERSITY OF MACRO ALGAE COMMUNITIES IN THE AMBON BAY

JurnalIlmiahPlatax Vol. 4:(1), Januari 2016 ISSN:

Perbedaan Presentasi Penutupan Karang di Perairan Terbuka dengan Perairan yang Terhalang Pulau-Pulau. di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Jakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

IDENTIFIKASI JENIS RUMPUT LAUT DARI PERAIRAN PULO MERAK CILEGON BANTEN (Identification of Seaweeds from Pulo Merak Waters Cilegon Banten)

Alga (ganggang) Alga sering disebut ganggang.

Prodi S1 Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang 5

Keanekaragaman Echinodermata di Pantai Basaan Satu Kecamatan Ratatotok Sulawesi Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian murni atau pure research yang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh, makroalga tersebut memerlukan substrat untuk tempat menempel/hidup

ANTIBAKTERI DARI BEBERAPA EKSTRAK PADA ALGA COKLAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT ALGAE PADA PERAIRAN PANTAI HANIE DESA TIAL KECAMATAN SALAHUTU

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Praktikum IV Biologi Laut

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

Metodologi Penelitian Biologi Laut

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA) DI PANTAI CERMIN SUMATERA UTARA SKRIPSI

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROALGA DI PERAIRAN PULAU DOMPAK. Lingga Kelana Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

JURNAL. KERAPATAN DAN BIOMASSA LAMUN Enhalus acoroides DI PERAIRAN DESA JAGO-JAGO TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

PETUNJUK MONITORING LAMUN DI KABETE

DISTRIBUSI MAKROALGAE DI WILAYAH INTERTIDAL PANTAI KRAKAL, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

Kelimpahan dan Struktur Komunitas Kima (Tridacnidae) pada Daerah Terumbu Karang di Zona Intertidal Distrik Misool Utara, Kabupaten Raja Ampat

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu

Akuatik- Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 10. Nomor. 1. Tahun 2016

PERUBAHAN WARNA SUBSTRAT PADA DAERAH HUTAN MANGROVE DESA PASSO. (Change of Substrate Colour at Mangrove Forest in Passo Village)

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel di Pulau Pramuka

Evaluasi Lahan Pembudidayaan Rumput Laut di Perairan Kampung Sakabu, Pulau Salawati, Kabupaten Raja Ampat

STUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU. *

KEANEKARAGAMAN ECHINODERMATA DAN KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN DANGKAL PULAU PANDANG KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI PANTAI KARTIKA JAYA KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1.2.Permasalahan

Transkripsi:

STRUKTUR KOMUNITAS MAKRO ALGA DI PANTAI DESA MOKUPA KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA SULAWESI UTARA Community Structure of Macro Algae in Mokupa Village, Tombariri Sub-district, Minahasa District, North Sulawesi Province Rini Mirsa Wowor 1, Rene Charles Kepel 2, Lawrence J. L. Lumingas 2, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT Manado. A B S T R A C T Sumich (1992) divided the structure of algae into 3 main parts namely: blade,the leaf like structure which is thin and wide, stipe, trunk like form that elastic to withstand sea waves, and holdfast, known as root-like form function to anchor the plant on the substrate. The study was conducted Mokupa beach waters subdistrict Tombariri, Minahasa district. Mokupa coastal waters known to have typical ecosystem found in the tropics such as mangrove forest, coral reef and seagrass beds as well as macro algae community. The area is flat-bed coast with sandy substrate, sandy-silt substrate and rocky-sand substrate. Species of macro-algae found in this area consist of 7 species namely Halimeda macroloba, H. opuntia, Padina minor, Sargassum polycystum, Gracilaria edulis, G. firma, and Udotea orientalis. In general species density for all transect deployed in the study site Halimeda macroloba has the highest index value, while for species diversity index transect II showing the highest value. Keywords: Alga, community, diversity, dominance A B S T R A K Sumich (1992) membagi struktur alga menjadi 3 bagian utama yaitu blade yang merupakan struktur yang menyerupai daun yang pipih biasanya lebar, stipe yaitu struktur yang menyerupai batang yang lentur digunakan sebagai penahan hempasan ombak, dan holdfast yaitu bagian dengan bentuk seperti akar yang berfungsi untuk meletakkan tubuh pada substrat. Penelitian ini dilaksanakan di perairan pesisir Desa Mokupa, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa. Daerah pesisir Desa Mokupa merupakan daerah yang lokasinya terdapat ekosistem yang khas di daerah tropis yaitu mangrove, terumbu karang, dan padang lamun, demikian pula terdapat komunitas alga makro. Profil dari pantai tersebut adalah pantai yang landai dengan substrat pasir, pasir berlumpur dan pasir berbatu. Jenis alga makro yang ditemukan di lokasi penelitian berjumlah 7 spesies, yaitu Halimeda macroloba, H. opuntia, Padina minor, Sargassum polycystum, Gracilaria edulis, G. firma, dan Udotea orientalis. Secara keseluruhan kepadatan spesies untuk semua transek yang tertinggi adalah Halimeda macroloba, sedangkan keanekaragaman jenis alga makro tertinggi terdapat di transek II. Kata Kunci : keanekaragaman, alga, komunitas 1 Mahasiswa Program Studi MSP FPIK-UNSRAT 2 Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi 30

PENDAHULUAN Alga atau ganggang merupakan tumbuhan berthallus yang memiliki pigmen-pigmen. Tubuhnya terdiri atas satu sel (uniseluler) dan ada pula yang banyak sel (multiseluler). Dalam dunia ilmu pengetahuan, alga berasal dari bahasa Yunani yaitu algor yang berarti dingin (Nontji, 2002). Alga laut (seaweed) merupakan bagian terbesar dari tumbuhan laut dan termasuk tumbuhan tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang dan daun, meskipun tampak seperti ada perbedaan, tapi sebenarnya hanya merupakan bentuk thallus belaka (Landau, 1992). Sumich (1992) membagi struktur alga menjadi 3 bagian utama yaitu blade yaitu struktur yang menyerupai daun yang pipih biasanya lebar; stipe yaitu struktur yang menyerupai batang yang lentur digunakan sebagai penahan hempasan ombak; dan holdfast (alat pelekat) yaitu bagian dengan bentuk seperti akar yang berfungsi untuk meletakkan tubuh pada substrat. Thallus yang terdapat pada alga terdiri atas beberapa bentuk seperti tabung, pipih, gepeng, rambut, dan sebagainya. Berdasarkan ukurannya, alga dibedakan atas dua jenis, yaitu mikroalga (alga mikro) yang merupakan organisme yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat dengan bantuan alat mikroskop, dan makroalga (alga makro) yang merupakan alga berukuran besar yang hidup melekat di substrat. Tiap divisi mempunyai kandungan jenis-jenis pigmen tertentu. Struktur anatomi thallus pada setiap spesies alga dibedakan dari susunan sel. Perbedaan ini sangat membantu dalam pengenalan spesies alga yang ditemukan. Pigmen yang terdapat dalam thallus juga dapat digunakan dalam membedakannya menurut kelas. Menurut Van den Hoek dkk (1995), secara umum alga makro terbagi atas 3 divisi yaitu Chlorophyta (alga hijau), Rhodophyta (algamerah),dan Heterokontophyta,khususnya Phaeophyceae (alga cokelat). Secara ekologis, alga berfungsi sebagai tempat pembesaran dan pemijahan biota-biota laut (Bold dan Wynne, 1985), juga sebagai bahan dasar dalam siklus rantai makanan di perairan karena dapat memproduksi zat-zat organik. Makroalga ini berfungsi juga sebagai penyedia karbonat dan sangat bermanfaat bagi stabilitas dan kelanjutan keberadaan terumbu karang di dalam perairan serta mencegah pergerakan subsrat, penyaring air dan berperan penting dalam produksi primer di lautan (Dawes, 1998). Alga berfungsi sebagai sumber makanan bagi kehidupan fauna, dan menghasilkan endapan kapur yang berguna bagi pertumbuhan terumbu karang di daerah tropis (Duxbury dan Duxbury, 1989), misalnya Halimeda yang ditemukan di terumbu karang tersebut. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Desa Mokupa, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa Pengambilan data dilakukan pada saat air surut agar keberadaan alga dapat terlihat lebih jelas. Sebelum mengambil data dilakukan survei jelajah untuk mengetahui keberadaan alga serta penentuan area peletakan garis transek dengan menggunakan GPS (Global Pointioning System). Setelah area lokasi pengamatan sudah ditentukan langsung diberi tanda (patok kayu) kemudian diletakkan 3 transek yang panjangnya 100 m dengan jarak antara transek 50 m tegak lurus garis pantai. Pada setiap garis transek diletakkan kuadrat 1 m x 1 m sebanyak 31

10 kuadrat dimana jarak antara kuadrat adalah 10 m (Gambar 1) (Lampiran 2). Untuk analisis data, formula yang digunakan yaitu: 1. Analisis kepadatan dan kepadatan relatif dengan menggunakan formula menurut Krebs (1999), yaitu: a. Kepadatan spesies = Jumlah individu tiap spesies Luas wilayah contoh (m2 ) Kepadatan relatife (%) = Jumlah individu tiap spesies x 100 Jumlah individu seluruh spesies Jumlah kotak pengamatan b. Frekuensi kehadiran = pada suatu spesies ditemukan total kotak pengamatan Frek. Kehadiran relatif (%) = Frek. kehadiran suatu spesies x 100 Frekuensi kehadiran semua spesies 2. Indeks Keanekaragaman Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan formula yang dikemukakan oleh Odum (1996), yaitu: a. Indeks Shannon (H) = - Pi In Pi b. Indeks Simpson (D) = (Pi) 2 c. Skala Simpson (D) = 1 D d. Indeks keseragaman / skala Shannon (E) E = H / Ln S Keterangan: Pi = ni / N ni = jumlah spesies ke-i N = Jumlah total individu S = Jumlah spesies HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ditemukan 7 spesies alga makro yang ada di perairan pantai Desa Mokupa, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Spesies-spesies yang ditemukan di dalam kuadrat yaitu Halimeda macroloba, H. opuntia, Udotea orientalis, Padina minor, Sargassum polycystum, Gracilaria edulis, dan G. firma. Dari perhitungan indeks keanekaragaman spesies (H ), hasil untuk nilai yang tertinggi terdapat pada transek II = 1.4040 dan nilai yang terendah terdapat pada transek III = 1.0529 dan I = 0.9593. Tabel 1. Jumlah individu alga yang ada di tiap transek No Spesies Transek I II III 1 Udotea orientalis 0 12 5 2 Gracilaria edulis 5 0 0 3 Sargassum polycystum 0 2 1 4 Halimeda macroloba 17 15 22 5 Padina minor 0 6 4 6 Halimeda opuntia 0 4 1 7 Glacilaria firma 7 0 0 29 39 33 H' 0,9593 1,4040 1,0529 32

Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya (Tabel 1) menunjukkan bahwa jumlah jenis (spesies) alga makro di lokasi penelitian relatif sedikit, kecuali di perairan sekitar hidrotermal, Moinit (7 jenis), dan di konstruksi buatan, Manado (6 jenis). Menurut Van den Hoek dkk (1995), alga makro terbagi atas 3 divisi yaitu Chlorophyta (alga hijau) dimana alga hijau yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu H. macroloba, H. opuntia, dan U. orientalis; Rhodophyta (alga merah) dimana alga merah yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu G. edulis, dan G. firma; dan Heterokontophyta, khususnya Phaeophyceae (alga cokelat) dimana alga cokelat yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu P. minor, dan S. polycystum. Komunitas alga ini bertumbuh baik pada substrat berlumpur, lumpur berpasir, berpasir, dan pasir bercampur patahan karang. Hasil penelitian ini lebih mempertegas hasil penelitian sebelumnya oleh Wowor (2014) di perairan yang sama, dimana hanya terdapat 5 spesies alga makro pada tipe subtrat yang sama juga. Pada lokasi penelitian di transek I yang diletakkan 10 m dari jarak mangrove, spesies yang ditemukan adalah H. macroloba, dan G. firma. Spesies yang dominan yang ditemukan hampir di tiap kuadrat yaitu H. macroloba dimana tumbuh pada tipe substrat pada daerah ini yaitu substrat berlumpur, lumpur berpasir, dan pasir bercampur patahan karang. Pada daerah berpasir dan patahan karang dengan jarak yang sama berkisar 10 m dari jarak mangrove diletakkan transek II terdapat U. orientalis, S. polycystum, H. macroloba, P. minor, dan H. opuntia. Spesies yang mendominasi adalah H. macroloba dengan tipe substrat di daerah ini adalah lumpur berpasir dan pasir bercampur patahan karang. Transek III juga diletakkan dengan jarak kisaran 10 m dari mangrove ke arah laut ditemukan spesies U. orientalis, S. polycystum, H. macroloba, P. minor, dan H. opuntia. Substrat pada daerah ini adalah berpasir, dan pasir bercampur patahan karang. Spesies yang mendominasi pada daerah ini yaitu H. macroloba. Spesies yang paling mendominasi ketiga transek bahkan setiap kuadrat dengan jumlah yang banyak yaitu H. macroloba. Hal ini terjadi karena H. macroloba dapat hidup di tipe substrat, seperti yang terdapat di perairan Mokupa dan mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan (Duxbury dan Duxbury, 1989). Spesies H. macroloba dapat hidup di semua tipe substrat seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa jika kondisi lingkungan sesuai dengan salah satu spesies, maka spesies yang lain mungkin akan terdesak. KESIMPULAN Jenis alga makro yang ditemukan di lokasi penelitian berjumlah 7 spesies, yaitu Halimeda macroloba, H. opuntia, Udotea orientalis, Padina minor, Sargassum polycystum, Gracilaria edulis, dan G. firma. Secara keseluruhan kepadatan spesies untuk semua transek yang tertinggi adalah H. macroloba, sedangkan keanekaragaman jenis alga makro tertinggi terdapat di transek II. Saran. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini tidak mencakup komunitas alga makro pada musim yang lain. Jadi, 33

perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk musim lainnya. DAFTAR PUSTAKA Bold, C.H. dan J.M. Wynne. 1985. Introduction to the Algae. Printice Hall Inc. Engelwood Cliff NJ. New Jersey, USA. 261 hal. Dawes, C.J. 1998. Marine Botany. Second Edition. John Wiley and Sans, Inc. University of South Florida. 480 hal. Duxbury, A.C. dan A.B. Duxbury. 1989. Oceans and Introduction to the World. Wm. C. Publishers. USA. 466 hal. Krebs, C.J. 1999. Ecological Methodology. Second Edition. Addison Wesley Longman, Inc. New York. Landau, M. 1992. Introduction to Aquaculture. Jhon Wiley and Sons, Inc. Canada. Nontji, A. 2002. Laut Nusantara PT. Djambatan. Jakarta. 351 hal. Sumich, J.L. 1992. Introduction to the Biology of Marine Life. Wmc. Brown Company Publisher Iowa. Van den Hoek, C.D., G. Mann dan H.M. Jahns. 1995. Alga: An Introduction to Phycology. Cambridge University Press. 623 hal. Wowor 2014. Inventarisasi Alga Di Perairan Pantai Desa Mokupa, Sulawesi Utara. PKL. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNSRAT. 21 hal. 34

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian 35