BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memiliki cakupan materi yang sangat luas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan menggunakan ilmu politik, ekonomi, sejarah, sosiologi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Akan tetapi banyak persoalan-persoalan yang sering muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2010:65) Hasil survei The Political and Economic RiskConsultancy (PERC)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, siswa dituntut dapat berfikir kritis, kreatif dan dapat. memecahkan suatu masalah agar dapat bersaing.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama bagi kemajuan suatu bangsa. manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Undang-Undang Sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu, pendidikan. potensi diri yang dilakukan melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan di segala bidang. Hingga kini pendidikan

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam UU Sistem. didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara menurut Sistem Pendidikan Nasional pada UU No. 20 Tahun 2003. Menurut W.Gulo (2004 : 41) pendidikan terarah pada pengembangan manusia sempurna, yang berarti dimensi-dimensi fisik, intelektual, sosial, emosional, dan religi dikembangkan secara terpadu, seimbang, dan serasi. Sehingga tujuan pendidikan memberikan bekal kemampuan dasar bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dan mampu mengolah informasi yang didapatnya. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006). Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dijelaskan bahwa Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya, (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari, (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) 1

Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SD/MI. Maka dari itu dalam suatu proses pembelajaran IPA diperlukan suasana belajar yang mampu mendorong siswa agar dapat aktif dan berpikir kreatif mengembangkan potensi tentang adanya hubungan antara IPA. Suasana pembelajaran kelas yang aktif dapat tercapai apabila siswa tidak hanya pasif menerima materi pengetahuan dari guru, tetapi juga berupaya aktif untuk menggali sendiri pengetahuannya. Oleh karena itu peran serta yang tinggi dari siswa selama mengikuti proses pembelajaran sangatlah penting. Bukan hanya guru sebagai sumber informasi pembelajaran. Hasil belajar menurut Sudjana (2006 : 22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Oleh karena itu hasil belajar dapat dijadikan acuan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Dari pemaparan hakikat IPA dan hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran IPA akan lebih bermakna bagi siswa apabila siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran mengembangkan pengetahuan awal yang berupa gagasan-gagasan yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari, sehingga siswa dapat menerima pengalaman belajarnya yang dapat berdampak pada hasil belajar IPA. Berbagai macam upaya dilakukan oleh pemerintah dan sekolah untuk mewujudkan proses pembelajaran IPA yang bermakna bagi siswa. Sekolah menyediaakan alat media pembelajaran, sarana prasarana yang menunjang keberlangsungan pembelajaran dan langkah-langkah guru dalam menentukan pendekatan dan model yang sesuai dalam pembelajaran. Namun pembelajaran yang diharapkan belum sepenuhnya terwujud di lapangan. Salah satu penyebabnya karena guru sebagai panutan siswa 2

kurang mampu memberikan bimbingan dan bahkan pada proses pembelajaran guru lebih menekankan pada aspek kognitif. Dalam proses pembelajaran guru lebih memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, lalu diakhir pembelajaran diberi ujian sebagai timbal balik penagihan informasi yang didapat siswa, sehingga pada umumnya hanya mampu menilai kemampuan kognitif siswa saja. Akibat dari pembelajaran yang demikian, proses pembelajaran tidak memenuhi tujuan dari proses pembelajaran mata pelajaran IPA menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006. Dari wawancara yang dilakukan dengan guru kelas III SDN 02 Kalibanteng Kulon Kota Semarang, menjelaskan bahwa hasil pembelajaran dari mata pelajaran IPA kelas III cukup memuaskan, dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 70, dari 37 siswa sudah 17 siswa yang tuntas (diatas KKM) dan 20 siswa belum tuntas (dibawah KKM), tetapi dalam proses pembelajarannya siswa belum menunjukkan antusias dan keaktifan dalam belajar sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini disebabkan guru terkadang belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif, dalam proses mengajar guru masih mendominasi pembelajaran dengan ceramah dan penugasan saja. Sehingga proses pembelajaran kurang menyenangkan dan bermakna, siswa masih cenderung pasif, siswa hanya menghafal informasi pengetahuan dari gurunya saja. Sebagai suatu alternatif untuk lebih meningkatkan terwujudnya tujuan pembelajaran IPA, maka perlu digunakan suatu model pembelajaran inovatif untuk mengoptimalkan proses pembelajaran agar mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat memudahkan guru dalam melaksanakan tugas utama sebagai pengajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran IPA adalah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. 3

Pembelajaran kooperatif menurut Suyatno (2011 : 15) adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan. Menurut Sanjaya (2007 : 239) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa secara berkelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan dalam pembelajaran kooperatif memiliki 4 unsur penting, yaitu : ada peserta dalam kelompok, adanya aturan dalam kelompok, adanya upaya belajar setiap kelompok, adanya tujuan yang harus dicapai. Sehingga dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama secara berkelompok yang terdiri dari tim kecil yang heterogen untuk bekerjasama dalam menguasai materi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tipe talking stick menurut Huda (2014 : 224) merupakan model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat dimana kelompok yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick (tongkat berbicara) merupakan suatu cara yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust (dalam Widyatun, 2012). Menurut Suprijono (2013 : 109) pembelajaran kooperatif tipe talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Talking stick dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa ke siswa lainnya pada saat guru selesai menjelaskan materi dan selanjutnya guru mengajukan pertanyaan, siswa yang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua atau sebagaian besar siswa berkesempatan menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Sehingga semua siswa ikut berperan aktif mengemukakan pendapatnya dari sebuah pertanyaan dari guru yang dikemas dalam permaianan tongkat berjalan. 4

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, metode pembelajaran yang memungkinkan murid belajar secara aktif, efektif dan efisien adalah model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick. Beberapa penelitian berhasil membuktikan bahwa model pembelajaran Talking Stick efektif digunakan dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA dibandingkan model pembelajaran konvensional atau model pembelajaran lain. Hal ini dibuktikan dengan penelitian dari Lisdayanti (2014) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Talking Stick Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Sd Gugus 4 Baturiti. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif talking stick berbantuan media gambar dengan siswa yang melaksanakan pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional, untuk taraf signifikansi 5% dengan dk=61, thitung > ttabel yang artinya Ha diterima (thitung = 3,714 ; ttabel = 2,000), artinya nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V yang dibelajarkan dengan model kooperatif talking stick berbantuan media gambar lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional (78,16>73,90). Secara umum, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick memiliki keunggulan untuk membangkitkan keaktifan anak dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar. Didasarkan dari latar belakang yang diuraikan diatas, peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SDN 02 Kalibanteng Kulon Kota Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran. 5

2. Dalam proses pembelajaran kurang menyenangkan dan kurang bermakna bagi siswa sehingga siswa cenderung pasif. 3. Sebagian siswa belum mencapai batas ketuntasan KKM. 1.3 Pembatasan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada kajian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe talking stick yang digunakan dalam mata pelajaran IPA untuk mengetahui model pembelajaran yang digunakan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III SDN 02 Kalibanteng Kulon Kota Semarang pada Semester II tahun ajaran 2015/2016. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah di penelitian ini dirumuskan sebagai berikut Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III SDN 02 Kalibanteng Kulon Kota Semarang Semester II tahun ajaran 2015/2016? 1.5 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III SDN 02 Kalibanteng Kulon Kota Semarang Semester II tahun ajaran 2015/2016. 1.6 Manfaat Penelitian Dengan tujuan yang hendak dicapai diatas, penelitian ini memberikan dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1.6.1 Manfaat Teoritis Mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dalam pembelajaran IPA. 1.6.2 Manfaat Praktis 6

1. Bagi guru a) Dapat memilih atau menentukan model pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan materi. b) Sebagai informasi bagi semua tenaga pengajar mengenai pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar IPA. 2. Bagi peserta didik a) Dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick. b) Memperoleh pengalaman kerjasama dalam kelompok. c) Melatih kesiapan siswa dalam pembelajaran. 3. Bagi sekolah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah untuk menerapakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPA. 4. Bagi peneliti Dapat memberikan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran yang efektif. 7