BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesiapan Kerja. mempraktekkan sesuatu. Pendapat yang hampir sama dikemukakan Kartono dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan

BAB II KAJIAN TEORI. menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu. 1

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempraktekkan sesuatu. Sedangkan kerja secara psikologis diartikan. sebagai penyelesaian suatu tugas.

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pengangguran di Indonesia cukup mengkhawatirkan, dari tahun

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan sesuatu hal (Chalpin, 2006). Dijelaskan pula jika kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB II KAJIAN TEORI. harus dimulai dari pengertian karir itu sendiri. Karir adalah sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Produktivitas Kerja. (2005) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEJURUAN DAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMKN 3 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. mendukung demi tercapainya tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Pendapatan Orang Tua. a. Pendapatan. Wahyu Adji (2004: 3) mengatakan bahwa pendapatan atau

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB II TELAAH PUSTAKA. Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsipprinsip

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

BAB II LANDASAN TEORI

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tingkat pekerjaan yang sesuai. Serta mengimplementasikan pilihan karir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

PENGARUH KOMUNIKASI, KONDISI FISIK TEMPAT KERJA, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN WONOGIRI PADA TAHUN 2009

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. didik), dan mengembangkan kemampuan yang meliputi masalah akademik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), UU RI No.20 Tahun 2003 beserta penjelasannya,(bandung: Nuansa Aulia, 2008), h.114

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DAN BERPIKIR POSITIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

BAB I PENDAHULIUAN A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

Kata Kunci : Minat, Hasil Belajar, Variabel, Uji Signifikansi

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesiapan Kerja 1. Pengertian Kesiapan Kerja Kesiapan (readiness) menurut Kamus Psikologi adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu. Pendapat yang hampir sama dikemukakan Kartono dan Daliguno (2000) kesiapan adalah suatu titik kematangan untuk menerima dan mempraktekkan tingkah laku tertentu. Hal ini berarti kesiapan dapat dipandang sebagai suatu karakteristik tertentu yang diperlukan seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu. Kesiapan menunjukkan perilaku yang sudah dimiliki seseorang sebelum mencapai perilaku yang diinginkan. Sehubungan dengan kesiapan kerja, Sofyan (1988) mengatakan kesiapan kerja adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu tanpa mengalami kesulitan dan hambatan dengan hasil baik. Sugihartono (1991) berpendapat bahwa kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan adanya keserasian antara kematangan fisik, kematangan mental serta pengalaman belajar sehingga individu mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau tingkah laku tertentu dalam hubungan dengan pekerjaan. Menurut Suharsimi (dalam Sumiharyanti, 1998), mengatakan bahwa kesiapan adalah sama dengan kemampuan atau kompetensi. Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2000) kesiapan kerja mengandung dua pengertian yaitu: (a) keadaan siap siaga untuk 10

11 mereaksi atau menanggapi, (b) tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mepraktekkan sesuatu. Kesiapan kerja sebagaimana didefinisikan oleh Hersey dan Blanchard merujuk pada tingkat sampai mana orang memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu (Robbins, 2007). Kesiapan kerja dibutuhkan pada setiap individu yang diharapkan individu tersebut nantinya dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik berdasar bekal yang telah dimiliki. Menurut Harjono (1990) kesiapan peserta didik untuk memasuki dunia kerja adalah segala sesuatu yang harus disiapkan dalam melaksanakan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Kesiapan peserta didik sebagai calon tenaga kerja merupakan suatu kondisi individu dari hasil pendidikan dan latihan atau keterampilan yang mampu memberikan jawaban terhadap situasi dalam suatu pelaksanaan pekerjaan. Kesiapan kerja bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sangatlah penting. Hal ini dikarenakan setelah lulus sekolah, sebagian atau semua siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) akan menghadapi satu jenjang hidup yang lebih tinggi yaitu bekerja. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang akan menjadi calon pekerja akan merasakan bahwa bekerja itu tidaklah mudah. Semua jenis pekerjaan perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Pekerjaan serendah apapun perlu ada persiapan untuk dapat melakukannya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kesiapan kerja dalam penelitian ini adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan

12 untuk melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan atau kegiatan sehingga siap untuk mencapai suatu tujuan jenjang hidup yang lebih tinggi yaitu bekerja. 2. Aspek-aspek Kesiapan Kerja Hersey dan Blanchard (dalam Robbins, 2007) menyebutkan bahwa ada dua aspek dari kesiapan kerja, yaitu: a. Kemampuan Kemampuan adalah kadar sejauhmana seseorang memiliki keterampilan, mampu, bisa, serta dapat menyelesaikan suatu tugas pekerjaan yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya sehingga memberikan hasil dan mencapai tujuan kerjanya. b. Kemauan Kemauan adalah kematangan psikologis atau kematangan soft skill, yang dikaitkan dengan tanggung jawab, komitmen, integritas, dan motivasi, untuk melakukan suatu tugas pekerjaan (Hersey & Blanchard, 1982). Artinya, seseorang yang sangat matang secara psikologis di suatu bidang tugas pekerjannya, adalah seseorang yang bertanggung jawab, memiliki komitmen, integritas, motivasi, dan memiliki keyakinan terhadap diri sendiri bahwa seseorang tersebut merasa mampu melakukan suatu pekerjaan tertentu, dan tidak membutuhkan dorongan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Sedangkan menurut Anoraga (2009) ciri-ciri kesiapan kerja adalah: a. Memiliki motivasi Dalam pengertian umum, motivasi dikatakan sebagai kebutuhan yang mendorong perbuatan ke arah suatu tujuan tertentu. Jadi motivasi kerja adalah suatu yang

13 menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Kuat lemahnya motivasi kerja seorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasinya. b. Memiliki kesungguhan atau keseriusan Kesungguhan atau keseriusan dalam bekerja turut menentukan keberhasilan kerja. Sebab tanpa adanya itu semua suatu pekerjaan tidak akan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Jadi untuk memasuki suatu pekerjaan dibutuhkan adanya kesungguhan, supaya pekerjaannya berjalan dan selesai sesuai dengan target yang diinginkan. c. Memiliki keterampilan yang cukup Keterampilan diartikan cakap atau cekatan dalam mengerjakan sesuatu atau penguasaan individu terhadap suatu perbuatan. Jadi untuk memasuki pekerjaan sangat dibutuhkan suatu keterampilan sesuai dengan pekerjaan yang dipilihnya, yaitu keterampilan dalam mengambil keputusan sendiri tanpa pengaruh dari orang lain dengan alternatif-alternatif yang akan dipilih. d. Memiliki kedisiplinan Disiplin adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu tertib terhadap suatu tata tertib. Jadi untuk memasuki suatu pekerjaan sikap disiplin sangat diperlukan demi peningkatan prestasi keja. Seorang pekerja yang disiplin tinggi, masuk kerja tepat pada waktunya, demikian juga pulang pada waktunya dan selalu taat pada tata tertib. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan aspek-aspek kesiapan kerja antara lain adalah kemauan, kemampuan, memiliki motivasi, memiliki kesungguhan atau keseriusan, memiliki keterampilan yang cukup, dan memiliki

14 kedisiplinan. Berdasarkan aspek-aspek kesiapan kerja yang sudah dipaparkan beberapa tokoh, maka aspek kesiapan kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek kesiapan kerja menurut Haersey dan Blanchard (dalam Robbins, 2007) yang meliputi kemampuan dan kemauan. Peneliti memilih aspek kesiapan kerja dari Haersey dan Blanchard (dalam Robbins, 2007) karena aspek tersebut mudah dipahami dan akan digunakan peneliti sebagai indikator dalam penyusunan Skala Kesiapan Kerja. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja Menurut Ketut (1993) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesiapan kerja, di antaranya: 1. Faktor-faktor yang bersumber pada diri individu (internal), yang meliputi; a. Inteligensi Setiap orang memiliki intelegensi berbeda-beda, dimana orang yang memiliki taraf intelejensi yang lebih tinggi akan lebih cepat memecahkan permasalahan yang sama bila dibandingkan dengan orang yang memiliki taraf intelejensi yang lebih rendah. Kemampuan intelejensi yang dimiliki oleh individu memegang peranan penting sebagai pertimbangan apakah individu tersebut memiliki kesiapan dalam memasuki suatu pekerjaan. b. Bakat Bakat adalah suatu kondisi, suatu kualitas yang dimiliki individu yang memungkinkan individu tersebut untuk berkembang pada masa mendatang, sehingga perlu diketahui sedini mungkin bakat-bakat peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mempersiapkan peserta didik sesuai dengan

15 bidang kerja dan jabatan atau karir setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). c. Minat Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan campuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut, dan kecenderungankecenderungan lain untuk bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai kesiapan dan prestasi dalam suatu pekerjaan serta pemilihan jabatan atau karir. d. Motivasi Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi sangat besar pengaruhnya untuk mendorong peserta didik dalam memasuki dunia kerja sehingga menciptakan kesiapan dari dalam dirinya untuk bekerja. e. Sikap Sikap adalah suatu kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif dari dalam diri individu tentang suatu pekerjaan atau karir akan berpengaruh terhadap kesiapan individu tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan. f. Kepribadian Kepribadian seseorang memiliki peranan penting yang berpengaruh terhadap penentuan arah pilih jabatan dan kesiapan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. g. Nilai

16 Nilai-nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap pekerjaan yang dipilihnya dan prestasi dalam pekerjaan sehingga menimbulkan kesiapan dalam dirinya untuk bekerja. h. Hobi atau kegemaran Hobi adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan individu karena kegiatan tersebut merupakan kegemaranya atau kesenangannya. Hobi yang dimiliki seseorang akan menentukan pemilihan pekerjaan sehingga menimbulkan kesiapan dalam dirinya untuk bekerja. i. Prestasi Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang ditekuninya oleh individu berpengaruh terhadap kesiapan kerja individu tersebut. j. Keterampilan Keterampilan adalah kecakapan dalam melakukan sesuatu. Keterampilan seseorang akan mempengaruhi kesiapan untuk melakukan suatu pekerjaan. k. Penggunaan waktu senggang Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam pelajaran di sekolah digunakan untuk menujang hobinya atau untuk rekreasi. l. Aspirasi dan pengetahuan sekolah atau pendidikan sambungan Aspirasi dengan pendidikan sambungan yang diinginkan yang berkaitan dengan perwujudan dari cita-citanya. m. Pengetahuan tentang dunia kerja

17 Pengetahuan yang sementara ini dimiliki anak, termasuk dunia kerja, persyaratan, kualifikasi, jabatan struktural, promosi jabatan, gaji yang diterima, hak dan kewajiban, tempat pekerjaan itu berada, dan lain-lain. n. Pengalaman kerja Pengalaman kerja yang pernah dialami siswa pada waktu duduk di sekolah atau di luas sekolah yang dapat diperoleh dari Praktik Kerja Industri (prakerin). o. Kemampuan, keterbatasan fisik dan penampilan lahiriah Kemampuan fisik misalnya badan kekar, tinggi dan tampan, badan yang kurus dan pendek, penampilan yang tidak sesuai etika dan kasar. p. Masalah dan keterbatasan pribadi Masalah adalah problema yang timbul dan bertentangan dalam diri individu, sedangkan keterbatasan pribadi misalnya mau menang sendiri, tidak dapat mengendalikan diri, dan lain-lain. 2) Faktor Sosial (eksternal), yang meliputi; a. Bimbingan dari orang tua Bimbingan dari orang tua dapat mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang yang sedang bekerja. Bimbingan orang tua dapat mendukung pekerjaan seorang individu. b. Keadaan teman sebaya Setiap kali seseorang berada di antara teman sebaya, maka keadaan teman sebaya tersebut akan dapat memperngaruhi seseorang mengekspresikan segala potensi yang dimilikinya. c. Keadaan masyarakat sekitar

18 Masyarakat sekitar berpengaruh dalam seseorang menentukan kesiapan kerjanya. Seseorang yang berada di keadaan masyarakat pekerja cenderung produktif. Sedangkan menurut Kartono (1985), faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja yaitu: a. Kecerdasan Kecerdasan memegang peran penting dalam berhasil atau tidaknya seseorang melaksanakan tugas-tugasnya. Ketika seseorang dapat memegang peran penting dalam berhasil atau tidaknya dalam melaksanakan tugas, seseorang tersebut dinilai siap untuk bekerja. b. Ketrampilan dan Kecakapan Untuk berhasil dalam usaha, kerja, atau kehidupan seseorang tidak perlu meniruniru, dari melihat banyak orang berhasil dalam hidupnya di berbagai macam bidang. Sebab keterampilan dan kecakapan berbeda-beda. Keterampilan dan kecakapan seseorang menentukan keberhasilan seseorang dalam kesiapan kerjanya. c. Bakat Langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum seseorang mempunyai pekerjaan atau meneruskan belajar ialah menemukan bakat yang ada dalam diri sendiri dan mempraktekkannya. Ketika seseorang berbakat dalam suatu pekerjaan, cenderung akan siap dalam bekerja sesuai bidang pekerjaan tersebut. d. Kemampuan dan minat Seseorang harus mengetahui apakah kemampuan dan minatnya cocok dengan pekerjaan yang dimasuki. Jika kemampuan dan minatnya cocok dengan jenis

19 pekerjaan yang akan dimasuki, orang tersebut cenderung siap dalam bekerja sesuai pekerjaan tersebut. e. Motivasi Dalam mencapai keberhasilan kerja, perlu adanya motif-motif yaitu motif untuk kreatif, motif mencari efisiensi, motif mencapai sesuatu dan motif bekerja. Jika seseorang memiliki motif dalam bekerja, maka cenderung akan siap bekerja. f. Kepribadian Pribadi yang berhasil yaitu bila seseorang sanggup berhubungan baik serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta kenyataan hidup secara wajar dan efektif, juga dapat memeperoleh rasa puas atas hasil yang telah dicapainya. Salah satu unsur kepribadian yang dianggap penting dalam kehidupan manusia adalah kemandirian. Kemandirian merupakan salah satu faktor kepribadian yang dipengaruhi oleh faktor-faktor kodrati yang berupa umur dan jenis kelamin. Selain itu, dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti pola asuh dan pendidikan ibu. g. Cita-cita dan tujuan dalam bekerja Jika pekerjaan seseorang sudah merupakan cita-cita dan tujuan sesuai dengan sistem lainnya, maka seseorang tersebut akan bekerja dengan sungguh-sungguh, rajin, tanpa disertai dengan suatu perasaan yang tertekan, yang sangat berguna bagi kesuksesan kerjanya. h. Lingkungan keluarga

20 Keadaan rumah dapat mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang yang sedang bekerja. Anggota keluarga yang mendukung kerja seseorang turut membantu secara mental dan spiritual untuk berhasilnya seseorang dalam karirnya. i. Lingkungan dunia kerja Situasi kerja sangat mempengaruhi keadaan diri pekerja, karena setiap kali seseorang bekerja maka harus memasuki situasi kerja tersebut. Macam-macam lingkungan tempat kerja atau situasi kerja yaitu, rasa aman dalam pekerjaannya, kesempatan mendapatkan kemajuan, rekan sekerja, hubungan dengan pimpinan, dan gaji. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kesiapan kerja pada penelitian ini adalah faktor dari Ketut (1993) yaitu faktor internal dan eksternal. Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti ingin menggunakan faktor internal yang meliputi minat kerja sebagai variabel bebas, karena minat kerja mempunyai kontribusi untuk mempengaruhi tingkat kesiapan kerja. B. Minat Kerja 1. Pengertian Minat Kerja Winkell (1984), membatasi minat sebagai kecendrungan yang menetap dalam subjek untuk merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Walgito (1995) mendefinisikan bahwa minat adalah keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu obyek disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari lebih lanjut tentang obyek tersebut dengan

21 pengertian adanya kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif terhadap obyek itu. Hal ini berarti bahwa seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu obyek maka orang tersebut mau berusaha atau mau melakukan langkah-langkah kongkrit untuk mengetahui segala sesuatu mengenai obyek yang diamati tersebut. Sedangkan menurut Faisal (2000) minat (interest) adalah sebuah perasaan yang menilai suatu aktivitas, pekerjaan atau objek berharga atau berarti bagi dirinya. Menurut Chaplin (dalam Djuwita, 2003) minat adalah sebuah perasaan yang menilai suatu aktifitas, pekerjaan atau objek berharga atau yang berarti bagi dirinya. Menurut Greenleaf (dalam Djuwita, 2003), minat merupakan motivasi yang kuat dalam bekerja. Untuk memilih pekerjan seseorang harus memperhatikan faktor minatnya agar merasa tahan banting dalam menghadapi pekerjaan. Menurut Maryani (2011) siswa yang memiliki minat terhadap suatu objek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut. Jadi minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu objek atau situasi yang mengandung sangkut paut dengan dirinya, minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar. Untuk menimbulkan minat dibutuhkan kesadaran yang diawali dengan adanya pengetahuan atau informasi mengenai suatu objek tertentu. Minat siswa tidak dibawa sejak lahir, minat dapat ditimbulkan dari apa yang dipelajari dan mempengaruhi proses selanjutnya. Minat juga mengandung unsur keinginan, baik keinginan untuk memiliki objek yang diingini maupun keinginan untuk mengetahui dan mempelajari objek tersebut. Seseorang yang mempunyai minat terhadap suatu jenis pekerjaan maka orang

22 tersebut akan melakukan langkah-langkah nyata untuk mengetahui segala sesuatunya tentang pekerjaan yang diinginkannya ini dan berusaha mendapatkan pekerjaan tersebut. Berdasarkan uraian beberapa pendapat di atas, kaitannya dengan pekerjaan, minat bekerja dalam konteks ini adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek atau situasi yang mengandung sangkut paut dengan dirinya, perhatian, keinginan, rasa senang untuk berhubungan lebih aktif terhadap pekerjaan yang relevan atau sesuai dengan keahliannya dimana pekerjaan itu memang bersangkutan dengan kepentingan dirinya. Siswa yang menaruh perhatian, keinginan, rasa senang dan terikat akan adanya harapan-harapan dimasa depan yang lebih baik, ini berarti berminat terhadap pekerjaan tersebut. 2. Indikator-indikator Minat Kerja Safari (dalam Wartini, 2012) mengatakan beberapa indikator minat bekerja pada peserta didik ada empat sebagai berikut: 1) Perasaan senang Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata pelajaran atau pekerjaan, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya yang berkaitan dengan pelajaran dan pekerjaan tersebut. Tidak ada perasaan terpaksa siswa untuk mempelajari bidang tersebut. 2) Ketertarikan Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan atau pekerjaan itu sendiri.

23 3) Perhatian Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek pada pekerjaan tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut. 4) Keterlibatan Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut. Sedangkan Djaali (2013) membagi minat menjadi enam kelompok berdasarkan orang dan pilihan kerjanya, yaitu sebagai berikut: a. Realistik Orang realistik umumnya praktis, berfisik kuat, dan sering sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang baik dan terampil. Akan tetapi, kurang mampu menggunakan medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, pada umumnya mereka kurang menyenangi hubungan sosial, cenderung mengatakan bahwa mereka senang pekerjaan tukang, memiliki sifat langsung, stabil, normal, dan kukuh, menyukai masalah konkret dibanding abstrak, menduga diri sendiri sebagai agresif, jarang melakukan kegiatan kreatif dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, tetapi suka membuat sesuatu dengan bantuan alat. b. Investigatif

24 Orang investigatif termasuk orang yang berorientasi keilmuan. Mereka umumnya berorientasi pada tugas, introspektif, dan asosial, lebih menyukai memikirkan sesuatu daripada melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami alam, menyukai tugas-tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka bekerja sendirian, kurang pemahaman dalam kepemimpinan akademik dan intelektualnya, menyatakan diri sendiri sebagai analis, selalu ingin tahu, bebas dan bersyarat, dan kurang menyukai pekerjaan yang berulang. c. Artistik Orang artistik menyukai hal-hal yang tidak terstruktur, bebas, memiliki kesempatan beraksi, sangat membutuhkan suasana yang dapat mengekspresikan sesuatu secara individual, sangat kreatif dalam bidang seni dan musik. d. Sosial Tipe ini dapat bergaul, bertanggung jawab, berkemanusiaan, dan sering alim, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat perhatian kelompok, memiliki kemampuan verbal, terampil bergaul, menghindari pemecahan masalah secara intelektual, suka memecahkan masalah yang ada kaitannya dengan perasaan, menyukai kegiatan menginformasikan, melatih, dan mengajar. e. Enterprising Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain, memiliki keterampilan verbal untuk berdagang, memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya diri, dan umumnya sangat aktif. f. Konvensional

25 Orang konvensional menyukai lingkungan yang sangat tertib, menyenangi komunikasi verbal, senang kegiatan yang berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas yang berstruktur tetapi menghindari situasi yang tidak menentu, menyatakan diri orang yang setia, patuh, praktis, tenang, tertib, efesien, mereka mengidentfikasi diri dengan kekuasaan dan materi. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan indikator-indikator minat kerja antara lain; perasaan senang, ketertarikan, perhatian, keterlibatan, realistik, investigatif, intelektual, artistik, sosial, enterprising dan konvensional. Peneliti mengambil indikator minat kerja yang di paparkan oleh Safari (dalam Wartini, 2012) untuk mengukur minat kerja siswa karena indikator-indikator yang dijelaskan mudah dipahami dan indikator-indikator tersebut akan digunakan oleh peneliti dalam penyusunan Skala Minat Kerja. C. Hubungan antara Minat Kerja dengan Kesiapan Kerja Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan atau kegiatan sehingga siap untuk mencapai suatu tujuan jenjang hidup yang lebih tinggi yaitu bekerja. Menurut Harjono (1990) kesiapan siswa untuk memasuki dunia kerja adalah segala sesuatu yang harus disiapkan dalam melaksanakan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Siswa yang mempunyai kesiapan kerja tercermin siswa tersebut memiliki motivasi, memiliki kesungguhan atau keseriusan, memiliki keterampilan

26 yang cukup, serta memiliki kedisiplinan (Anoraga, 2009). Sedangkan siswa yang belum mempunyai kesiapan kerja nantinya cenderung belum mampu dan belum bisa menyelesaikan tugas tertentu (Hersey dan Blanchard dalam Robbins, 2007). Kesiapan kerja siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) dipengaruhi oleh minat kerja. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat merupakan kekuatan yang dapat menyebabkan seseorang memusatkan pikiran pada obyek atau aktivitas tertentu. Minat mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku seseorang. Minat kerja adalah suatu perasaan atau daya tarik, gairah, keinginan, kecenderungan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dilandasi dengan perasaan senang, tanpa adanya keterpaksaan. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Menurut Ketut (dalam Zakaria, 2015) salah satu faktor yang mempengaruhi individu siap memasuki dunia kerja ialah minat kerja. Seorang siswa yang memiliki minat kerja tinggi dilihat dari perhatian terhadap pekerjaan tertentu, senang terhadap suatu pekerjaan, keterlibatan langsung untuk melakukan hal yang berhubungan dengan pekerjaan, dan ketertarikan dalam melakukan pekerjaan tersebut (Safari dalam Wartini, 2012). Sedangkan seseorang yang memiliki minat kerja rendah cenderung tidak menyukai pekrjaannya, tidak mau terlibat dan tidak memperhatikan hal yang berhubungan dengan pekerjaannya serta tidak tertarik dengan pekerjaan tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi seseorang dalam kesiapan kerjanya menjadi rendah. Karakteristik individu yang memiliki minat kerja yang tinggi adalah ketika individu tersebut memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu pekerjaan,

27 mempelajari ilmu yang disenanginya yang berkaitan dengan pekerjaan, tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang pekerjaan tersebut, merasa terdorong oleh kegiatan yang terkait dengan suatu pekerjaan tersebut, akan memperhatikan dan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut (Safari dalam Wartini, 2012). Sedangkan siswa yang mempunyai minat kerja rendah, memiliki cirri-ciri kurang mempersiapkan diri untuk dapat bekerja berdasarkan kemampuan yang dimiliki dan tidak ingin melakukan pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki minat kerja rendah tidak menginginkan pekerjaan sebagai faktor kebutuhan, sehingga terlihat dari tingkah lakunya yang menunjukkan kurang menyukai terhadap pekerjaan tersebut (Maryani, 2011). Aspek pertama dari minat kerja adalah perasaan senang, yaitu seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata pelajaran atau pekerjaan, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya yang berkaitan dengan pelajaran dan pekerjaan tersebut. Tidak ada perasaan terpaksa siswa untuk mempelajari bidang tersebut (Safari dalam Wartini, 2012). Seseorang yang memiliki minat untuk bekerja maka akan berusaha untuk mempersiapkan dirinya untuk dapat bekerja berdasarkan kemampuan yang dimilikinya dan diiringi rasa senang untuk mencapainya (Maryani, 2011). Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki minat kerja cenderung tidak menyukai pekerjaan tersebut. Bila seorang individu menyukai pekerjaan, maka individu tersebut mempunyai kemauan bekerja dalam jangka panjang pada pekerjaan tersebut (Goodrich, 2015). Seseorang yang menyukai suatu bidang pekerjaan, maka akan berusaha mempelajari hal yang berhubungan dengan kesukaannya

28 sehingga individu mau melakukan pekerjaan tersebut tanpa terpaksa dan ketika di tempatkan dalam pekerjaan tersebut individu akan siap. Selanjutnya pada aspek ketertarikan, berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan atau pekerjaan itu sendiri (Safari dalam Wartini, 2012). Bila minat kerja tinggi, siswa akan terdorong untuk melakukan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya, sebaliknya jika seorang siswa tidak berminat pada suatu pekerjaan, maka cenderung tidak mau melakukan hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang tidak diminatinya. Adanya dorongan untuk memperoleh pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikannya akan mendidik para siswa untuk lebih mempersiapkan dirinya yang dalam hal ini kesiapan kerja agar kelak dapat bekerja sesuai dengan ketrampilannya (Maryani, 2011). Aspek ketiga adalah perhatian, yaitu konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek pada pekerjaan tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut. Siswa yang menaruh perhatian terhadap suatu objek yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, cenderung akan berminat pada pekerjaan tersebut, sebaliknya siswa yang tidak memfokuskan perhatiannya terhadap suatu hal yang berkaitan dengan suatu pekerjaan, cenderung tidak berminat terhadap pekerjaan tersebut (Safari dalam Wartini, 2012). Seseorang yang mempunyai perhatian terhadap suatu jenis pekerjaan, maka individu tersebut akan melakukan langkah-langkah nyata untuk mengetahui segala

29 sesuatu tentang pekerjaan tersebut dan berusaha siap bekerja dipekerjaan tersebut (Maryani, 2011). Kemudian aspek yang keempat adalah keterlibatan dimana ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan, terlibat atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut (Safari dalam Wartini, 2012). Siswa akan berminat memasuki dunia kerja karena adanya keinginan yang menariknya untuk bekerja sesuai dengan kemauan dan kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, seorang siswa yang tidak ingin terlibat dalam suatu pekerjaan, cenderung tidak mau bekerja pada bidang pekerjaan tersebut (Sulistyarini, 2012). Siswa yang memiliki minat kerja, maka siswa tersebut akan berusaha untuk mempersiapkan diri bekerja sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang dimiliki (Nuri, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nando pada tahun 2017 pada siswa kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara Kota Jambi menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara minat kerja dengan kesiapan kerja. Hal senada dipaparkan oleh Harjanto dan Said dalam penelitiannya pada tahun 2013 dengan hasil minat kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Menurut Fallevi (2010) kesiapan kerja siswa yang tinggi dikarenakan adanya dorongan/minat dalam diri siswa untuk bekerja, memiliki harapan yang kuat agar kelak memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidang yang diminati dan sebagai realisasinya. Minat kerja memberikan andil yang besar terhadap kesiapan

30 kerja. Ketika siswa merasa memiliki minat kerja yang besar, maka dia akan merasa siap dan mampu untuk bekerja. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai calon tenaga kerja tingkat menengah diharapkan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik sesuai dengan jurusannya. Siswa tersebut harus benar-benar memfokuskan perhatiannya terhadap bidang pekerjaannya agar dalam melakukan pekerjaan tersebut siswa akan mendapatkan hasil yang maksimal. Minat kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kesiapan kerja. Maksudnya adalah apabila minat kerja tinggi, kesiapan kerja yang diharapkan akan meningkat. Sebaliknya jika minat kerja seseorang rendah dapat mengakibatkan kesiapan kerjanya rendah (Cahyono, 2014). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat kerja yang tinggi mempunyai pengaruh yang penting bagi terciptanya kesiapan kerja siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Siswa yang memiliki minat kerja yang tinggi memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu pekerjaan, mempelajari ilmu yang disenanginya yang berkaitan dengan pekerjaan, tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang pekerjaan tersebut, merasa terdorong oleh kegiatan yang terkait dengan suatu pekerjaan tersebut, akan memperhatikan dan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut sehingga akan siap bekerja setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) nantinya. Semakin tinggi minat kerja maka kesiapan kerja pada siswa akan semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah minat kerja maka semakin rendah pula kesiapan kerja.

31 D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang diturunkan dari kerangka teori. Berdasarkan kerangka teori yang telah disusun di atas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini yaitu, terdapat hubungan positif antara minat kerja dengan kesiapan kerja siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Semakin tinggi minat kerja maka semakin tinggi kesiapan kerja siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebaliknya, semakin rendah minat kerja maka semakin rendah kesiapan kerja siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).