Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.)

dokumen-dokumen yang mirip
Peran Resorsinol Sebagai Aditif Dalam Perekat Tanin Urea Formaldehida (TUF) Untuk Kayu Lapis Mahoni

Aplikasi Ekstrak Kulit Kayu Mangium (Acacia Mangium) sebagai Perekat TUF pada Pembuatan Kayu Lapis Mahoni

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH HARDENER DAN EXTENDER DALAM PEREKAT TANIN RESORSINOL FORMALDEHIDA TERHADAP EMISI FORMALDEHIDA KAYU LAPIS

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Bab III Metodologi Penelitian

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bahan baku industri terus meningkat jumlahnya, akan tetapi rata-rata pertumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB III METODE PENELITIAN

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman salak (Salacca sp.) sefamili dengan kelapa (Palmae) merupakan

PENAMBAHAN TANIN PADA PEREKAT UREA FORMALDEHIDA UNTUK MENURUNKAN EMISI FORMALDEHIDA PAPAN PARTIKEL

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Metodologi Penelitian

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

3 Metodologi Penelitian

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

BAB III METODE PENELITIAN

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

3 METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Metode Penelitian. Ekstraksi Minyak Biji Kamandrah Metode Pengempaan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

Bab III Bahan dan Metode

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

BAB III METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN BUNGKIL BIJI KARET SEBAGAI EKSTENDER PEREKAT PADA KAYU LAPIS PULAI (Alstonia angustiloba Miq.)

MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

PEMANFAATAN LIGNIN DARI LIMBAH KULIT BUAH KAKAO MENJADI PEREKAT

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Metodologi Penelitian

Penetapan Kadar Sari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya(suharto, 2011). Berdasarkan wujudnya limbah di kelompokkan

III. METODE PENELITIAN

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

Transkripsi:

1 Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.) Kartika Tanamal Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Jalan Pakuan PO.BOX 452 Bogor, Jawa Barat Email: kartikatanamal@yahoo.com Abstrak Respon vinir mahoni terhadap perekat tanin urea formaldehida (TUF) perlu diketahui untuk mengetahui kualitas perekat TUF. Perekat TUF yang terbuat dari bahan baku yaitu ekstrak gergajian kayu merbau dapat mengurangi biaya produksi perekat dibandingkan menggunakan bahan baku sintetis seperti Urea Formaldehida dan Resorsinol. Selain itu dengan digunakannya gergajian kayu merbau sebagai bahan baku diharapkan dapat meminimalisirkan kadar emisi formaldehida yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi terbaik dari pencampuran perekat TUF dan diaplikasikan pada kayu lapis mahoni. Pengujian kualitas ekstrak tanin gergajian kayu merbau dan perekat TUF dapat dilakukan dengan uji kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari beberapa parameter yaitu; kenampakan (uji visual), kadar padatan, gugus fungsi dengan menggunakan FTIR, viskositas, bobot jenis, ph, waktu tergelatin, kadar formaldehida bebas dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, kerapatan, dan keteguhan rekat. Perekat campuran TUF yang digunakan dalam pengujian yaitu dengan penambahan komposisi resorsinol 0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%. Berdasarkan hasil penelitian dengan beberapa parameter diatas maka diketahui perekat campuran yang terbaik dari 5 variasi komposisi perekat campuran yaitu perekat campuran komposisi resorsinol 2,5% dengan memiliki keteguhan rekat sebesar 9,7600 kg/cm 2, kadar air sebesar 9,67% dan emisi formaldehida sebesar 0,0246 ppm, kadar padatan sebesar 26,93%, viskositas 97 P, bobot jenis sebesar 1,0951 g/ml, ph sebesar 7, formaldehida bebas 1,25x10-6 dan waktu tergelatin sebesar 22 menit. Perekat campuran dengan komposisi tersebut dapat merekatkan kayu lapis dengan baik dan tidak merusak kayu lapis. Berbeda dengan perekat

2 campuran dengan komposisi resorsinol 0%, 5%, 7,5% dan 10% yang tidak kuat merekatkan kayu lapis dengan baik. Kata kunci: formaldehida, merbau, perekat, resorsinol, tanin. PENDAHULUAN Dalam industri pengolahan kayu, perekat merupakan salah satu komponen penting dengan biaya yang relatif mahal. Perekat yang umum digunakan merupakan perekat sintetis yang berasal dari hasil pengolahan minyak bumi yang sumber dayanya bersifat tidak dapat dipulihkan (non-renewable) dan cenderung semakin tidak ekonomis. Salah satu perekat sintetis yang berbahan baku asal minyak bumi ialah urea formaldehida (UF) (Maloney, 1997). Perekat yang memakai bahan formaldehida dalam campurannya akan melepaskan emisi formaldehida ke udara, hal ini terjadi karena pada perekat tersebut terdapat formaldehida bebas, sehingga setelah menjadi produk, formaldehida tersebut akan terlepas sebagai emisi ke udara. Emisi formaldehida dalam kadar tertentu dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti pusing, muntahmuntah, mata berair dan lain sebagainya (Roffael, 1993). Menurut Santoso dan Sutigno, perekat formaldehida ini dibuat tidak dalam bentuk siap pakai, melainkan harus dilakukan pencampuran terlebih dahulu dengan ekstender dan pengeras. Bahan tambahan yang banyak digunakan adalah tepung terigu industri, yang sebagaimana diketahui bahan bakunya berupa gandum dan masih diimpor. Salah satu bahan lain yang dapat dipakai sebagai ekstender adalah tepung gaplek. Bahan baku perekat tersebut diolah secara kimia dari hasil minyak bumi dan keberadaannya cenderung semakin berkurang di masa yang akan datang. Komponen perekat bisa mencapai 30% dari biaya produksi, sehingga perlu dicari alternatif pengganti bahan bakunya. Kini perhatian bahan baku dialihkan kembali pada bahan perekat alam seperti tanin (Pizzi, 1983). Tanin merupakan senyawa polifenol yang kompleks dan biasanya tergabung dengan karbohidrat rendah atau mono- dan di-sakarida. Bahan tanin ini banyak ditemukan pada kulit kayu bila dibandingkan dengan pada bagian akar, buah, dan batang. Kandungan tanin dalam kayu pada umumnya terdapat dalam jumlah

3 yang sedikit, tetapi menempati presentase yang tinggi dalam kulit kayu. Salah satu pemanfaatan kulit kayu yaitu dengan memanfaatkan kandungan tanin yang berpotensi sebagai perekat (Pizzi, 1983). BAHAN DAN ALAT Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak serbuk gergaji kayu merbau, larutan formaldehida 37%, NaOH, HCl pekat, akuades, asetil aseton, amonium asetat,dan botol plastik. Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah ekstraktor, oven, desikator, viskometer Ostwald, piknometer, erlenmeyer, cawan petri, pipet tetes, buret, pipet mohr neraca, spektrofotometer UV- Vis, dan spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR). METODE Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak serbuk gerjian merbau. Ekstrak yang diperoleh akan digunakan untuk analisis fisiko kimia, pencampuran dengan perekat TUF dan ekstender serta aplikasi pada vinir terhadap perekat campuran ekstrak dan TUF. Pencirian Kualitatif Ekstrak Tanin Pencirian mutu ekstrak tanin akan dilakukan secara visual dengan mengidentifikasi bau, warna dan bentuknya. Selain itu, akan dilakukan juga analisis dengan spektrofotometer Fourier TransformInfrared (FTIR) untuk mengetahui keberadaan gugus fungsi. Pencirian Kuantitatif Ekstrak Tanin Pencirian kuantitatif ekstrak tanin meliputi pengukuran tingat keasaman, penentuan kadar padatan, pengukuran viskositas, dan pengukuran bobot jenis, penentuan bilangan Stiasny. Pembuatan Perekat TUF Pembuatan perekat TUF akan dilakukan dengan mencampurkan ekstrak serbuk gergajian merbau hasil ekstraksi dengan urea dan formaldehida. Perbandingan tanin:urea:formaldehida adalah 25:24:48. Ekstrak serbuk gergajian merbau diaduk sambil dipanaskan sampai mengental. Urea dan formaldehida dicampurkan sampai seluruh urea larut sempurna. Sebelumnya formaldehida yang akan digunakan ditambahkan PVC sebanyak 0,1% dan CMC sebanyak 0,05% terlebih

4 dahulu. Selanjutnya, ekstrak serbuk gergajian merbau yang sudah mengental dicampurkan dengan urea-formaldehida. Pencampuran dan pengadukan dilakukan di dalam waterbathsampai campuran mengental dan terbentuk perekat. Perekat TUF ditambahkan zat aditif berupa resorsinol dengan perbandingan yang berbeda-beda, yaitu 0%; 2,5%; 5%; 7,5%; dan 10% dari bobot perekat. Campuran diaduk dan siap diaplikasikan pada pembuatan kayu lapis. Pencirian Perekat TUF Pengujian sifat fisis-kimia perekat TUF mengacu kepada Standar Indonesia (SNI 1998) yang terdiri atas: kenampakan (uji visual), kadar padatan, viskositas, bobot jenis, ph, waktu tergelatin dan kadar formaldehida bebas (Roffael 1993). Aplikasi Perekat TUF pada Kayu Lapis Penyiapan dan Pembuatan Kayu Lapis Mahoni HASIL DAN PEMBAHASAN Tanin yang digunakan dalam pembuatan campuran perekat ini adalah Vinir mahoni disiapkan dengan ukuran kurang lebih 20 cm x 20 cm. Perekat TUF disiapkan dengan berat labur 200 g/m 2. Vinir inti dilaburi perekat, kemudian disusun tiga lapis bersilangan tegak lurus menjadi bahan kayu lapis. Selanjutnya lapisan vinir tersebut dikempa dengan pemberat pada suhu kamar selama beberapa menit. Lembaran vinir kemudian dikempa pada suhu (110 ± 2) o C dengan tekanan (10-12) kg/cm 2. Kayu lapis yang telah jadi selanjutnya dikondisikan pada suhu kamar selama seminggu sebelum dibuat contoh uji. Penyiapan dan Pengujian Contoh Kayu Lapis Kayu lapis yang telah dikondisikan selama 7 hari setelah perekatan, dibuat contoh uji. Terhadap contoh uji kayu lapis tersebut dilakukan pengujian kadar air, kerapatan, keteguhan rekat dan emisi formaldehida. tanin yang berasal dari serbuk gergajian kayu merbau. Kualitas tanin dapat dilihat dari beberapa uji parameter sebagai berikut:

5 Tabel 1 Data ekstrak tanin merbau Uji Hasil Bentuk Cairan Warna cokelat kehitaman ph 5 Kadar padatan 1 % Viskositas 1,1566 (P) Bobot jenis 1,0028 g/ml Bilangan stiasny 127,72% Perekat campuran merupakan perekat yang terbuat dari campuran antara tanin, UF dan campuran resorsinol dengan komposisi 0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% dan diuji dengan parameter sebagai berikut: Tabel 2 Data hasil pengamatan perekat campuran PARAMETER KOMPOSISI RESORSINOL (%) SNI UJI 0 2,5 5 7,5 10 Kadar 35,88 26,93 28,03 28,19 29,64 49-50% padatan(%) 100-150 90 97 95 93 88 Viskositas (P) (P) Bobot Jenis 1,19 1,20 1,1233 1,0951 1,0946 1,0940 1,0934 (g/ml) g/ml ph 8 7 7 6 6 7,6-8,6 Formaldehida Maksimum 1,75x10-6 1,25x10-6 1,35x10-6 1,6x10-6 2,28x10-6 Bebas (%) 2% Waktu Minimum 258 22 22 24 25 tergelatin(menit) 60 menit Kadar padatan menunjukkan jumlah molekul yang terbentuk dari hasil reaksi polimerisasi dalam perekat. Komposisi resorsinol dari 2,5% - 10% menunjukkan hasil yang semakin meningkat. Kadar padatan berhubungan dengan ph yaitu berbanding terbalik, jika kadar padatan tinggi maka ph yang dihasilkan semakin rendah, karena proses polimerisasi terjadi

6 pada ph asam. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil viskositas yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur, penambahan resorsinol pada perekat akan menambah bobot molekul, sehingga perekat menjadi kental. Peningkatan kekentalan perekat campuran mengindikasikan terjadinya reaksi antara TUF dengan resorsinol, ikatan antar komponen penyusunnya sangat kuat, baik sesama komponen kimia kayu, sesama komponen kimia dari bahan kimia maupun antara komponen kimia kayu dengan komponen kimia dari bahan kimia. Kekentalan perekat yang rendah (encer) disebabkan penggunaan larutan NaOH dan formaldehida yang cukup banyak. Namun perlu diketahui bahwa viskositas yang tinggi memang akan mempersingkat pot-life (kemampuan menembus pori kayu) sangat pengaplikasiannya pada produk kayu tetapi akan lebih cepat mengeras daripada perekat yang encer, sehingga kualitas perekatannya relatif rendah. Nilai viskositas berbanding terbalik dengan waktu tergelatin. Semakin kental perekat maka waktu tergelatinnya semakin cepat, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 2. Kadar formaldehida bebas yang dihasilkan pada penelitian menunjukkan bahwa perekat tersebut masih memenuhi persyaratan SNI yaitu memiliki kadar formaldehida bebas < 2 % (lihat Tabel 2). Perekat campuran yang dibuat diaplikasikan dengan kayu lapis yang terbuat dari vinir mahoni dengan beberapa parameter sebagai berikut (lihat Tabel 3). Tabel 3 Data pengamatan aplikasi pada kayu lapis PARAMETER UJI KOMPOSISI RESORSINOL (%) 0 2,5 5 7,5 10 SNI Emisi Maksimum Formaldehida 0,0303 0,0246 0,0106 0,0068 0,0057 5 (ppm) Kadar Air (%) 9,79 9,67 9,15 8,73 8,50 14% Densitas (g/ml) 0,2358 0,2396 0,2456 0,2469 0,2475 - Keteguhan Rekat Minimum Uji Kering 4,8540 9,7600 5,4400 5,1412 4,2080 10 (kg/cm 2 )

7 Pengujian emisi formaldehida pada aplikasi kayu lapis dengan perekat menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar resorsinol yang ditambahkan maka kadar emisi formaldehida yang dihasilkan semakin redah. Hal ini disebabkan karena sifat resorsinol yang dapat menurunkan kadar emisi formaldehida yang dilepaskan ke udara. Emisi formaldehida pada kadar tertentu dapat menyebabkan bahaya seperti iritasi dan merusak cemaran lingkungan yang bersifat racun. Kadar emisi formaldehida yang diperbolehkan menurut SNI yaitu maksimum 5 ppm, maka dari hasil penelitian ini dapat diketahui hasil yang diperoleh memenuhi syarat SNI. Pengujian keteguhan rekat pada aplikasi kayu lapis perekat TUF dengan berbagai komposisi resorsinol menunjukkan hasil yang tidak memenuhi SNI, karena syarat SNI yaitu keteguhan rekat minimum 10 kg/cm 2. Sedangkan pada hasil penelitian yang diperoleh berkisar 4 kg/cm 2 9.6 kg/cm 2. Beberapa parameter diatas memperoleh hasil yang berbeda-beda, namun jika dilihat dari keteguhan rekat maka perekat campuran dengan resorsinol 2,5% yang memiliki daya rekat yang kuat dibandingkan campuran resorsinol yang lain dan tidak merusak kayu. Selain itu perekat dengan campuran resorsinol 2,5% memiliki kadar emisi formaldehida dan kadar air yang memenuhi syarat SNI. Semakin kecil kadar emisi formaldehida maka perekat kualitas perekat tersebut semakin aman digunakan karena tidak beracun. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa respon vinir mahoni yang terbaik yaitu pada perekat campuran TUF dengan komposisi resorsinol 2,5% yang memiliki kualitas terbaik sebagai perekat dengan nilai keteguhan rekat sebesar 9,7600 kg/cm 2, kadar air sebesar 9,67% dan emisi formaldehida sebesar 0,0246 ppm, kadar padatan sebesar 26,93%, viskositas 97 P, bobot jenis sebesar 1,0951 g/ml, ph sebesar 7, formaldehida bebas 1,25x10-6 % dan waktu tergelatin sebesar 22 menit. Setelah hasil penelitian ini maka diharapkan adanya penelitian selanjutnya dengan menggunakan range komposisi resorsinol yang lebih kecil agar dapat meminimalisasi penggunaan resorsinol.

8 DAFTAR PUSTAKA Maloney, T.M. 1997. Modern Particleboard for Mobile Home Decking.National Particleboard Association. Pizzi, A. 1983.Tannin-Bassed Wood Adhesives. In Wood Adhesives : Chemistry and Technology (A. Pizzi. Ed), Marcel and Dekker, Inc. New York. Roffael, E. 1993.Formaldehyde Release From Particleboard and Other Wood Based Panels. Forest Research Institute. Kuala Lumpur. Standar Nasional Indonesia (SNI). 1998. Urea Formaldehida Cair Untuk Perekat Kayu Lapis. Badan Standardisasi Nasional.