BAB 1 PENDAHULUAN. dan tuntutan kehidupan (Sunaryo, 2013). Menurut Nasir & Muhith (2011) stres

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu karya ilmiah yaitu skripsi (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap orang pasti pernah mengalami masalah yang menjadi tekanan di

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tanggung jawab dan peranan di universitas. Stres yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa program studi lain di sektor non-medis (Navas, 2012), dimana

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

I. PENDAHULUAN. adaptasi yang juga berbeda pada setiap individu baik secara biologis, psikologis dan sosial (Ntoumanis, Edmunds & Duda, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mahasiswa tingkat akhir adalah mahasiswa yang sedang dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

Meysie Diyanna Lora. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Jl. Kapas 9 Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi bangsa Indonesia, pendidikan adalah hal yang sangat penting. Cita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapinya, baik masalah pribadi maupun masalah yang ada di sekitar lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

BAB 1 PENDAHULUAN. lahir hingga meninggal secara mandiri. Contoh konkretnya. sendiri melainkan harus ditunjang dan dibantu oleh sang ibu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. keliru dan juga afek datar yang tidak sesuai serta gangguan aktivitas motorik

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern, bekerja merupakan suatu tuntutan yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa karena hasil skripsi menentukan lulus atau tidaknya seorang mahasiswa

PROSES TERJADINYA MASALAH

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi

Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, UN PGRI Kediri.

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. adalah penulisan tugas akhir (Iswidharmanjaya, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan (Sunaryo, 2013). Menurut Nasir & Muhith (2011) stres merupakan kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau di luar batas kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut. Menurut Sharif, (2011) penyebab terbanyak terjadinya stres pada mahasiswa baru tahun pertama adalah stres terkait dengan akademik, mahasiswa adalah seseorang yang berada pada usia perkembangan dari masa remaja akhir sampai dewasa awal, yang dimulai dari usia 18 sampai 25 tahun. Hurlock (2014) berpendapat bahwa masa ini merupakan masa pencarian, kemantapan, dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen, dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Santrock (2007) mengatakan bahwa masa transisi siswa dari Sekolah Menengah Atas (SMA) menuju Perguruan Tinggi (PT) merupakan masa transisi sekolah yang lebih kompleks dibandingkan masa transisi sekolah sebelumnya karena masa transisi siswa dari SMA menuju Perguruan Tinggi seringkali mengakibatkan perubahan dan terjadinya stres. Tingkat stres pada mahasiswa tingkat awal lebih tinggi dibandingan tingkat stres pada mahasiswa tingkat berikutnya. 1

2 Menurut Augesti, at al (2015) pada mahasiswa tingkat awal mengalami masa adaptasi dari lingkungan sekolah ke ligkungan universitas, terkait dengan jadwal perkuliahan seperti tugas, kuliah, tutorial, serta clinical skill lab yang padat dan baru dirasakan pertama kali setelah memasuki dunia perkuliahan, sedangkan pada mahasiswa tingkat akhir sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan dan kegiatan perkuliahan sehingga membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran. Menurut Abdulghani (2011) dalam hasil penelitiannya diperoleh prevalensi stres tertinggi dialami oleh mahasiswa tahun pertama. Ditemukan sumber utama mahasiswa stres adalah berkaitan dengan masalah akademik dan lingkungan disekitarnya, dijelaskan bahwa mahasiswa yang memasuki perguruan tinggi akan menghadapi tantangan cukup berat seperti mengalami tekanan psikologis karena terdapat banyak perbedaan antara SMA dan kuliah sehingga memerlukan penyesuaian untuk menghadapi kesulitan yang dialami. Ketika menghadapi kesulitan terjadi gejala seperti susah tidur, jantung berdebar-debar, frekuensi buang air kecil yang meningkat, keringat berlebihan, diare, otot terasa tegang dan pegal. Hasil survei yang dilakukan oleh American College Health Association (ACHA) pada tahun 2013 di Amerika, menjelaskan salah satu masalah besar yang dihadapi mahasiswa dalam dunia perkuliahan adalah stres. Sebanyak 27,9 % dari total 32.964 mahasiswa mengakui bahwa stres menjadi penghalang bagi perfoma akademik mereka. Berdasarkan hasil penelitian Abdulghani (2011) di Saudi Arabia, diketahui bahwa prevalensi stres pada mahasiswa tahun pertama sebanya 78,7 %. Hasil ini merupakan angka tertinggi dibandingka dengan angkatan tahun-tahun di atasnya. Penelitia Augesti, G, et al., (2015) menunjukkan bahwa dari 142 mahasiswa

3 angkatan awal terdapat 39 responden (27,5%) mengalami stres ringan, 84 responden (59,2%) mengalami stres sedang dan 19 responden (13,4%) mengalami stres berat. Di Indonesia berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2008) menemukan bahwa tingkat stres pada mahasiswa baru cukup tinggi yaitu dari jumlah semua mahasiswa didapatkan 10.09% yang terkategori tinggi, 79,9% yang terkategori sedang sisanya 10.01% terkategori rendah. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara pada lima orang mahasiswa pada tanggal 23 Januari 2017 diperoleh informasi bahwa sebagian besar (17,2%) pernah mengalami tekanan baik dari lingkungan, perkuliahan serta dari keluarga. Tekanan-tekanan ini sering menimbulkan reaksi yang beragam mulai dari pusing, mual, keringat dingin, masuk angi, emosinya tidak stabil hingga terkadang mudah marah, menangis dan mengurung diri dikamar terkadang juga malah menghindari tekanan atau masalah dengan jalan-jalan dan membuang waktu diluar akhirnya menjadi malas untuk mengerjakan tugas kuliah. Menurut Hasan Stres, (2008) berdasarkan teori kognitif dikatakan bahwa stres timbul sebagai reaksi subjektif setelah seseorang melakukan perbandingan antara implikasi negatif dari kejadian yang menegangkan dengan kemampuan atau sumber daya yang memadai untuk mengatasi kejadian tersebut, sehingga stres terjadi karena seseorang memandang besar akibat dari kejadian yang menegangkan dan tidak memiliki kemampuan untuk mengatasinya. Berdasarkan teori stres dan adaptasi mengatakan Stres adalah bagaian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif yang disebabkan karena perubahan lingkungan. Sedangkan stresor adalah sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stres. Stresor dapat berasal

4 dari internal (misalnya, perubahan hormo, sakit) maupun eksternal (misalnya, temperatur dan pencemaran). Ketika seseorang mengalami situasi bahaya, maa respons akan muncul. Respons yang tidak disadari pada saat tertentu disebut respons koping. Perubahan dari suatu keadaan dari respons akibat stresor disebut adaptasi. Adaptasi dapat terjadi apabila ada keseimbangan antara lingkungan internal dan eksternal (Mashudi, 2013). Menurut penemuan penelitian Ekasari dan Susanti (2013) menjelaskan pula bahwa salah satu cara untuk mengurangi stres yaitu melalui pendekatan kognitif. Efektivitas terapi kognitif sebagai salah satu pendekatan psikoterapi telah terbukti secara ilmiah pada kasus-kasus klinis. Pada awalnya, terapi kognitif diaplikasikan pada gangguan depresi, dan kecemasan, akan tetapi perkembangan selanjutnya terapi kognitif diterapkan pada kasus-kasus kesulitan bersosialisasi, kemarahan, phobia, stres, gangguan panik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan makan, gangguan manik-depresif (dikombinasi dengan pendekatan farmakologis) dan kasus-kasus lainnya (Lora, 2013). Sedangkan dalam penelitian ini akan menggunakan terapi kognitif juga akan tetapi dengan teknik pemecahan masalah (Priyoto, 2014). Teknik pemecahan masalah terdiri dari beberapa langkah-langkah sebagai berikut : yang pertama, problem orientation yaitu berfungsi untuk mengakui atau menyadari bahwa masalah itu ada. Kedua, problem definition yaitu mengenal seluk beluk masalah dari masalah tersebut, seperti sejak kapan muculnya, seberapa besar masalah, apa yang mendorong timbulnya masalah, apa yang membuat masalah menjadi lebih ringan atau yang membuat masalah menjadi lebih berat. Ketiga, pengembangan alternatif

5 pemecahan masalah yaitu dengan membuat daftar hal-hal apa saja yang bisa memecahkan masalah. Keempat, pengambilan keputusan yaitu dengan cara memilih altenatif pemecahan masalah mana yang akan dilaksanakan. Kelima, implementasi yaitu melaksanakan kegiatan sesuai dengan pemecahan masalah yang dipilih. Keenam, monitoring dan evaluasi yaitu mengamati apakah ada perbaikan sesuai dengan yang direncanakan atau perlu dilakukan perubahan-perubahan lebih lanjut (Priyoto, 2014). Dengan demikian teknik terbaru dari terapi kognitif yaitu problem solving perlu diteliti untuk mengetahui efektvitas terhadap tingkat stres. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh terapi kognitif teknik problem solving terhadap penurunan tingkat stres pada mahasiswa baru? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh terapi kognitif teknik problem solving terhadap penurunan tingkat stres pada mahasiswa baru? 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat stres mahasiswa baru sebelum terapi kognitif dengan teknik problem solving? 1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat stres mahasiswa baru sesudah terapi kognitif dengan teknik problem solving? 1.3.2.3 Menganalisis pengaruh terapi kognitif dengan teknik problem solving terhadap penurunan tingkat stres pada mahasiswa baru?

6 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembagan ilmu keperwatan jiwa mengenai pengaruh terapi kognitif degan teknik problem solving terhadap penurunan tingkat stres pada mahasiswa baru. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Institusi Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan sebagai pedoman atau acuan dalam menyusun program promosi kesehatan tentang upaya menurunkan tingkat stres. 1.4.2.2 Bagi Responden Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam memanajemen stres secara nonfarmakologis. 1.4.2.3 Bagi Peneliti Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh sebelum dan sesudah terapi kognitif terhadap penurunan tingkat stres pada mahasiswa baru fakultas keperawatan dalam menghadapi perkuliahan?