BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang berbeda pada masing-masing masa. Diantara masamasa

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. terjadi antara dua orang atau diantara kelompok kecil orang-orang, dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI. dahulu diuraikan pengertian dari pernikahan itu sendiri. pernikahan diatur dalam suatu undang-undang. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

PREDICARA Volume.2 Nomor. 1 Maret 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan individu dari belahan dunia lain menjadi lebih mudah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi merupakan salah satu hal yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MENANAMKAN NILAI GENDER PADA REMAJA

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. selalu menemukan masalah-masalah. Namun, berbagai masalah dalam. dalam satu konsep keilmuan human behavior, semua perilaku manusia

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk etnis Arab yang mempengaruhi Negara Indonesia sejak 100 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup sendirian. Perwujudan manusia sebagai mahluk sosial nampak dalam

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

KUEISIONER No. Pada jawaban yang anda anggap paling sesuai/tepat 4. Terima kasih atas kerja samanya. (1) Islam (3) Kristen Katolik (5) Budha

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi

BAB I. berkomunikasi, bahkan ketika kita sendiripun, kita tetap melakukan. komunikasi. Sebagai sebuah aktivitas, komunikasi selalu dilakukan manusia.

Transkripsi:

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut Effendy (2009: 5), komunikasi adalah aktivitas makhluk sosial. Dalam praktik komunikasi terjadi pertukaran ide, informasi, gagasan, keterangan, himbauan, permohonan, saran, usul, bahkan perintah. Proses komunikasi tersebut memungkinkan seseorang atau sekelompok orang menerima informasi bahkan membangun persepsi terhadap suatu hal. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Oleh karena itu, komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Proses komunikasi itu sendiri pada hakikatnya merupakan proses penyampaian pesan antar manusia baik secara kelompok maupun secara individual dari satu pihak kepada pihak yang lain. Dari sejak awal perkembangannya, para ahli dari berbagai disiplin ilmu turut memberikan sumbangan yang besar terhadap keadaan dan dan definisi ilmu, seperti Hovland (Effendy,1992: 10), ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi penyampaian pesan, pembentukan kepercayaan dan sikap, pendapat dan tingkah laku. Rogers dan Lawrence (1981:18) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam (Wiranto, 2004: 6-7). Maka dari itu, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi

15 atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya mengerti dan selain mengerti bahasa yang dipergunakan juga mengerti makna dari bahan yang dbicarakan. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya, akan mengalami banyak perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, masa remaja, masa dewasa, masa lansia, sampai pada kematian. Diantara masa-masa tersebut ada masa yang disebut masa dewasa awal yang mana merupakan masa yang paling lama dialami oleh seorang manusia dalam rentang kehidupannya (Hurlock, 2000: 179). Pada masa ini, individu memiliki salah satu tugas perkembanganuntuk mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan mengarahkan individu tersebut untuk melangsungkan ikatan pernikahan Huvigurst (dalam Hurlock, 2000: 181). Pernikahan adalah penyatuan suami dan istri yang disetujui secara sosial dan melibatkan serangkaian peran dan tanggung jawab sebagai pasangan suami istri yang telah menikah (Duvall dan Miller, 1985: 136). Pernikahan bertujuan untuk mencapai suatu tingkat kehidupan yang lebih dewasa dan pada beberapa kelompok masyarakat, pernikahan dianggap sebagai alat agar seseorang mendapat status yang lebih diakui di tengah kelompoknya (Koentjaraningrat, 1994: 74). Pernikahan adalah hubungan yang diketahui secara sosial antara seorang pria dan wanita yang melibatkan hubungan seksual, berproduksi (memiliki anak), adanya penguasaan dan hak mengasuh anak, serta saling mengetahui tugas masing-masing sebagai suami dan istri (Duvall & Miller, 1985: 139). Pernikahan juga dipahami sebagai ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang didalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat seksual dan menjadi lebih matang (Papalia & Olds, 1998: 182). Secara umum, sebelum memasuki lembaga pernikahan yang sesungguhnya seseorang individu akan melakukan proses pemilihan pasangan sebagai langkah awal. Memilih pasangan merupakan salah satu keputusan

16 terpenting yang akan dibuat oleh setiap individu sepanjang hidupnya (Degenova, 2008: 23). Pemilihan pasangan hidup biasanya cenderung dilakukan seseorang dengan memilih pasangan yang mempunyai kesamaan antara dia dan pasangannya (Sears,dkk, 1991: 163), baik kesamaan dalam agama, hobi, sifat, bahasa, pola berpikir bahkan adat istiadat. Hal ini disebut sebagai prinsip kesesuaian (matching principle). Namun, perkembangan teknologi saat ini memungkinkan seseorang untuk berinteraksi walau dengan jarak yang cukup jauh, bahkan lebih dari sekedar interaksi yang biasa, tetapi juga dapat memungkinkan terjadinya pernikahan campur (Yoshida, 2005: 37). Pernikahan campur (intercultural marriage) dilatar belakangi dengan berbagai perbedaan, salah satunya adalah perbedaan kebangsaan (Yoshida, 2005: 38). Pada pernikahan campur (intercultural marriage) yang berasal dari latar belakang budaya dan bangsa yang berbeda dikategorikan sebagai pernikahan antar bangsa Maretzki. Saat ini pernikahan campur antar bangsa sudah menjadi fenomena yang terjadi pada masyarakat modern dan merupakan dampak dari semakin berkembangnya sistem komunikasi yang memungkinkan individu untuk mengenal dunia dan budaya lain Maretzki (dalam Tseng dan Demott 1977: 149). Menjalani suatu hubungan dalam ikatan pernikahan tidak segampang seperti menjalani hubungan ketika masih belum menikah (Degenova, 2008: 42). Banyak hal baru yang akan ditemukan oleh individu pada diri pasangannya saat menikah dan individu harus mulai belajar untuk menerima pasangannya apa adanya. Terlebih jika pasangan pernikahan tersebut berasal dari latar belakang etnis dan budaya yang berbeda, seperti pada wanita yang menikah dengan pria asing (barat) maka akan banyak di jumpai berbagai jenis perbedaan seperti nilainilai budaya, sikap, keyakinan, prasangka, stereotype, dll (Matsumoto, D. & L. Juang, 2008: 79). Selain itu, melalui pernikahan ini, masing-masing pasangan juga dapat saling memperkenalkan tradisi yang berlaku dalam kelompok budayanya (Duvall, 1985: 137). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pada pernikahan campur antar bangsa perbedaan budaya seringkali menjadi permasalahan yang mendasar dalam kehidupan pernikahan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abigail (2009: 62), yang menunjukkan bahwa secara umum,

17 wanita Indonesia yang menikah dengan pria berkebangsaan Inggris mengalami berbagai permasalahan di dalam pernikahan, seperti kendala bahasa, perbedaan nilai dan perbedaan pola perilaku kultural. Menurut catatan dari organisasi yang mengatasi permasalahan pernikahan antar bangsa, yaitu Aliansi Pelangi Antar Bangsa (APAB) pada tahun 2009, menyebutkan bahwa pada saat ini terdapat lebih dari 4200 wanita di Indonesia yang menikah dengan laki-laki asing. Data ini diyakini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, meskipun dataterakhir masih belum dipublikasikan (www.expat.or.id). Berdasarkan data-data tersebut menunjukkan bahwa wanita Indonesia memiliki minat yang tinggi untuk menikah dengan pria asing. Minat ini cenderung dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, dimana wanita Indonesia mempersepsikan pria asing memiliki kehidupan yang lebih dari cukup (Erriyadi, 2008: 39). Berdasarkan penjelasan mengenai perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengan orientasi kolektif-individual yang muncul dalam penikahan antar bangsa, tentu saja menyebabkan pasangan harus melakukan penyesuaian pernikahan dimana mereka mencoba mengubah perilaku dan hubungan untuk mencapai kesepakatan bersama dalam pernikahan mereka (Degenova, 2008: 27). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Inman dkk (dalam Inman, Altman, Davidson, Carr & Walker, 2011: 120), yang menunjukkan bahwa salah satu konflik pada pasangan pernikahan campur antar bangsa (Asia india White Amerika) adalah sulitnya menghadapi perbedaan yang berkaitan dengan orientasi keluarga kolektifindividual, sehingga dibutuhkan penyesuaian pernikahan. Penyesuaian pernikahan adalah proses memodifikasi, beradaptasi, dan mengubah individu, pola perilaku dan interaksi pasangan untuk mencapai kepuasan maksimal dalam hubungan (Degenova, 2008: 29). Terkadang penyesuaian tertentu yang dilakukan bukanlah dianggap terbaik oleh seseorang, tapi hal itu merupakan yang terbaik untuk dapat mencapai tingkat kepuasan tertinggi dalam pernikahan. Tentunya penyesuaian tidak lah bersifat statis dan bukan juga langkah yang diambil hanya sekali. Penyesuaian merupakan proses dinamis yang terus menerus terjadi pada kehidupan pernikahan pasangan (Degenova, 2008: 30).

18 Menurut Hurlock (2000: 185), penyesuian pernikahan merupakan proses adaptasi antara suami istri, dimana suami istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri dan penting bagi kebahagiaan pernikahan, yaitu penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan, dan penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan (Hurlock, 2000: 187). Setiap pernikahan tentunya membutuhkan penyesuaian, begitu pula pada pernikahan antar bangsa antara warga Indonesia dan pasangannya yang berbeda kebangsaan. Pada pernikahan antar bangsa ini, perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-masing individu seperti latar belakang budaya, nilai, bahasa hukum, perbedaan pola pikir dan agama dapat menjadi kendala atau masalah dalam pernikahan (Http://www. Mixedcouple.co/article/mod.). Maka dari itu, pasangan yang berbeda kebangsaan membutuhkan pola komunikasi guna mengatasai segala perbedaan yang muncul diantara mereka berdua. Pola komunikasi merupakan suatu sistem penyampaian pesan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dan pengoperan perangsang untuk mengubah tingkah laku individu lain. Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004:1). Istilah pola komunikasi biasa disebut juga sebagai model tetapi maksudnya sama, yaitu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan keadaan masyarakat. Pola Komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun tanpa media, tanpa ada umpan balik dari komunikan dalam hal ini komunikan bertindak sebagai pendengar saja. Pola Komunikasi dua arah atau timbal balik (Two way traffic communication) yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka, komunikator pada tahap pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi. Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama, komunikator

19 utama mempunyai tujuan tertentu melalui proses komunikasi tersebut, Prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi secara langsung (Siahaan, 1991 : 57). Pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam satu kelompok yang lebih banyak di mana komunikator dan komunikan akan saling bertukar pikiran secara dialogis. Komunikasi adalah salah satu bagian dari hubungan antar manusia baik individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari (Effendy, 2009: 141). Dari pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana seorang menyatakan sesuatu kepada orang lain, jadi yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia itu sendiri. Pola komunikasi keluarga merupakan salah satu faktor yang penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal anak selama proses sosialisasinya. Menurut Devito (2007: 277-278) ada empat pola komunikasi keluarga yang umum pada keluarga inti komunikasi keluarga yang terdiri dari pola persamaan (Equality Pattern), tiap individu berbagi hak yang sama dalam kesempatan berkomunikasi dan peran tiap orang dijalankan secara merata. Komunikasi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pembagian kekuasaan. Semua orang memiliki hak yang sama dalam proses pengambilan keputusan. Keluarga mendapatkan kepuasan tertinggi bila ada kesetaraan; pola seimbang-terpisah (Balance Split Patern), kesetaraan hubungan tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap orang memiliki daerah kekuasaan yang berbeda dari yang lainnya. Tiap orang dilihat sebagai ahli dalam bidang yang berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga normal/tradisional, suami dipercaya dalam urusan bisnis atau politik. Istri dipercaya untuk urusan perawatan anak dan memasak. Namun pembagian peran berdasarkan jenis kelamin ini masih bersifat fleksibel. Konflik yang terjadi dalam keluarga tidak dipandang sebagai ancaman karena tiap individu memiliki area masing-masing dan keahlian sendiri-sendiri; pola tak seimbang-terpisah (Unbalance Split Pattern), satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari yang lainnya. Satu orang inilah yang memegang kontrol, seseorang ini biasanya memiliki kecerdasan intelektual lebih tinggi, lebih bijaksana, atau berpenghasilan lebih tinggi. Anggota keluarga yang lain berkompensasi dengan cara tunduk pada seseorang tersebut, membiarkan orang yang mendominasi itu untuk memenangkan argumen dan pengambilan

20 keputusan sendiri; pola monopoli (Monopoly Pattern), satu orang dipandang sebagai pemegang kekuasaan. Satu orang ini lebih bersifat memberi perintah dari pada berkomunikasi. la memiliki hak penuh untuk mengambil keputusan sehingga jarang atau tidak pernah bertanya atau meminta pendapat dari orang lain. Pemegang kuasa memerintahkan kepada yang lain apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Maka anggota keluarga yang lainnya meminta izin, meminta pendapat, dan membuat keputusan berdasarkan keputusan dari orang tersebut. Pembedaan pola komunikasi ini menggambarkan pembagian peran dan kedudukan masing-masing individu dalam sebuah keluarga. Pola komunikasi keluarga turut berperan dalam penerimaan pesan dan umpan balik yang terjadi antar anggota keluarga. Sebagai contoh dalam pola komunikasi monopoli, hanya satu orang yang berhak mengambil keputusan dalam keluarga. Hal ini menyebabkan anggota keluarga yang lain tidak berhak menyuarakan pendapat atau turut berperan dalam pengambilan keputusan, yang mengakibatkan komunikasi keluarga cenderung menjadi komunikasi satu arah saja. Demikian juga dalam penanaman dan pengembangan nilai-nilai yang ditanamkan oleh pemegang kekuasaan mutlak diikuti oleh anggota keluarga yang lainnya karena komunikasi yang berlangsung hanya bersifat instruksi atau suruhan, misalnya ketika pasangan yang diikat tali pernikahan telah memiliki anak. Keluarga sangat besar peranannya dalam mengajarkan, membimbing, menentukan perilaku, dan membentuk cara pandang anak terhadap nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Keluarga layaknya memberikan penanaman nilai-nilai yang dibutuhkan anak melalui suatu pola komunikasi yang sesuai sehingga komunikasi berjalan dengan baik, tercipta hubungan yang harmonis, serta pesan dan nilai-nilai yang ingin disampaikan dapat diterima dan diamalkan dengan baik. Lebih lanjut, pola komunikasi pada pasangan berbeda kebangsaan terdapat di berbagai aspek kehidupan, seperti pola komunikasi dalam membesarkan anak. Mengingat hubungan yang mereka bangun memiliki perbedaan seperti latar belakang budaya, nilai, bahasa hukum, perbedaan pola pikir dan agama, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti pola komunikasi pada pasangan berbeda kebangsaan di kota Medan dalam membesarkan anak.

21 1.2 Fokus Masalah Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan fokus masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana pola komunikasi pada pasangan berbeda kebangsaan di kota Medan dalam mendidik anak?. Dalam penelitian ini, pasangan suami istri yang berbeda kebangsaan berada di kecamatan Medan Kota, Medan Sunggal, dan Medan Johor yang diharapkan dapat mewakili kota Medan. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pola komunikasi pada pasangan berbeda kebangsaan di kota Medan dalam mendidik anak 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai berikut: 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan keilmuan Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai pola komunikasi. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan menambah pengetahuan dan wawasan peneliti maupun orang lain, khususnya mengenai pola komunikasi. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat secara umum tentang pola komunikasi pasangan suami istri yang berbeda kebangsaan di kota Medan. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang terkait dalam penanganan masalah-masalah dalam ruang lingkup ilmu komunikasi.