85 PRESENTASI MATEMATIKA SISWA PADA PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM PELAKSANAAN LESSON STUDY DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PENDEKATAN PMR DALAM POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS. FMIPA UNP,

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN 1-29 BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 117 PALEMBANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

Miftahul Ayu et al., Pembentukan Karakter Konsisten dan Teliti Siswa SMP...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA KELAS VII SMP MAARIF 5 PONOROGO

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2, September 2013

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

PROSIDING ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PENDEKATAN PMRI PADA MATA KULIAH METODE STATISTIKA I

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEAKTIFAN SISWA SMA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI APLIKASI TRIGONOMETRI.

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA PENERAPAN OPEN-ENDED

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

PENINGKATAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Melalui Pembelajaran Matematika

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi era globalisasi itu diperlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB II KAJIAN TEORITIS

Permata Puti Baydar, Mahmud Alpusari, Zariul Antosa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

MENUJU GURU YANG PROFESIONAL MELALUI LESSON STUDY A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia,karena pendidikan. Dalam pendidikan, terdapat kegiatan yang dapat membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

DESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Jurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN DI KELAS VII.D SMP NEGERI 51 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

Pembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SMA NEGERI 2 TANJUNG RAJA

PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 1 SMA NEGERI 2 KUANTAN HILIR

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

Asmarita 1, Sehatta Saragih 2, Zuhri D 3 Contact :

PENERAPAN PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sarana dan alat yang tepat dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII

BAB II KAJIAN TEORI. ada umpan balik dari siswa tersebut. Sedangkan komunikasi dua arah, ialah

Monica Eka Yulianda 1, Atma Murni 2, Jalinus 3 Contact :

Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Negeri 1 Bonai Darussalam

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

Dwi Astuti 1, Titi Solfitri 2, Susda Heleni 3 Kontak :

KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

KURIKULUM MATEMATIKA TAHUN 1984 DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK. Tatang Herman

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

P - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

HUBUNGAN ANTARA SELF-CONFIDENCE DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol.3, No.1, Mei 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMPS CENDANA PEKANBARU

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

MENDESAIN SENDIRI SOAL KONTEKSTUAL MATEMATIKA *

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. The Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS REALISTIK PADA MATERI SEGI EMPAT

Transkripsi:

85 PRESENTASI MATEMATIKA SISWA PADA PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM PELAKSANAAN LESSON STUDY DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (STUDENTS MATHEMATICAL REPRESENTATIVE USING MATHEMATICAL REALISTIC APPROACH IN TEACHING LESSON STUDY AT JUNIOR HIGH SCHOOL PEKANBARU) Putri Yuanita*), Effandi Zakaria**), Dewi Marianti***) *) Mathematics Studying Lecturer, Faculty of Teaching and Teaching Knowledge, Universitas Riau **) Lecturer of University Kebangsaan Malaysia, Bangi, Selangor ***) Teacher of Junior High School 13, Pekanbaru Abstract This study is conducted by applying mathematical representative at junior high school students in Pekanbaru, Riau. This study is conducted while teaching Lesson Study by using mathematical realistic approach and took place in Junior High School 13 in Pekanbaru at even semester, lesson year 2015/2016 with total 38 students of 1 st year class. The implementation of lesson study consists of 4 cycles which is in each cycle made of planning, doing, and monitoring. The mathematical representative applied in this study are including pictorial representation and mathematics symbol representation. The result of this study shows that there is an increase in student s mathematical representation of every cycle and the most of students prefer mathematics symbol (100%) to diagrammatically and graphically representation (29,41%) and explanned word with verbal (44.121%). This study also produces an improvement of student worksheet and gets an increase in student activity. Keyword :Representation mathematics,lesson Study and Realistics Mathematics approach PENDAHULUAN Terdapat lima kemampuan matematika yang ditakrifkan oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) iaitu penalaran matematik (mathematical reasoning), representasi matematik (mathematical representation), koneksi matematik (mathematical connection), komunikasi matematik (mathematical communication), dan pemecahan masalah matematik (mathematical problem solving) (NCTM 2000) 1. Perwakilan matematik juga merupakan salah satu dari lima tujuan umum pembelajaran matematika yang tertuang di dalam kurikulum KTSP 2006. Tujuan pembelajaran matematik yang dimaksudkan dalam kurikulum 2006 tersebut adalah (i) memahami konsep matematik, menjelaskan perkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep 973

yang tepat dan cekap dalam penyelesaian masalah, (ii) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematik dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan atau pernyataan matematik, (iii) menyelesaikan masalah yang merangkumi kemampuan memahami masalah, merancang model matematik, menyelesaikan model matematik, menyelesaikan model dan menafsirkan dapatan yang diperoleh, (iv) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, jadual, gambar rajah atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (v) mempunyai sifat menghargai kegunaan matematik dalam kehidupan, iaitu mempunyai rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematik, serta sikap gigih dan percaya diri dalam penyelesaian masalah (BSNP, 2006) 2. Terlihat bahawa pada tujuan ke-4 merupakan tujuan bahawa pelajar diharapkan dapat menyampaikan perwakilan matematiknya guna membantu bagi penyelesaianan masalah matematik. Perwakilan yang dimunculkan oleh pelajar merupakan ungkapan-ungkapan dari gagasan-gagasan atau idea-idea matematik yang ditampilkan pelajar dalam upayanya untuk mencari sesuatu penyelesaian dari masalah yang sedang dihadapinya (Kartini, 2009) 3. Perwakilan matematik dalam penelitian ini adalah kemampuan pelajar mengungkapkan idea-idea matematik dalam bentuk (i) gambar, diagram dan grafik, (ii) notasi matematik, numerik/simbol dan (iii) teks tertulis atau kata-kata. Kemampuan perwakilan matematika dapat diajarkan kepada pelajar dengan berbagai pendekatan. Pendekatan merupakan suatu cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau pelajar dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pembelajaran dikelola. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah pendekatan RME (Realistics Mathematics Education). Pendekatan pembelajaran RME ini dikembangkan oleh Institut Freudenthal Belanda bermula pada 1971 dan di Indonesia pembelajaran ini mulai diterapkan semenjak tahun 2001 dikelola oleh Pendidikan Matematik Realistik Indonesia (PMRI) yang merupakan inovasi dalam pendidikan matematik sebagai upaya untuk memperbaiki kualiti pendidikan matematik, ini juga merupakan suatu upaya kearah perubahan pendidikan matematik Indonesia (Sembiring 2002) 4. Pendekatan RME dikenal sebagai penyedia terbaik dan terinci mengenai perluasan dari pendekatan pendidikan matematik berdasarkan masalah (Hadi 2002) 5. Pembelajaran matematik realistik di kelas berorientasi kepada penggunaan masalah kontekstual, penggunaan model, penggunaan kontribusi pelajar, proses pengajaran yang interaktif, dan terintegrasi dengan topik lainnya (Gravemeijer, 1994; de Lange, 1996) 6, sehingga pelajar mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematik atau pengetahuan matematik formal. Selanjutnya, pelajar diberi kesempatan mengaplikasikan konsep-konsep matematik untuk menyelesaikan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lainnya. Oleh itu, pendekatan RME sangat berbeda dengan pembelajaran matematik yang sebelum ini berorientasi pada pemberian informasi dan memanfaatkan matematik yang siap pakai untuk menyelesaikan masalah. Sejak tahun 2011 pelaksanaan kegiatan lesson study telah mulai dijalankan dan diterapkan juga disekolah-sekolah di Pekanbaru. Pelaksanaan Lesson study ini diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran inovatif dan salah satunya adalah dengan pendekatan RME. Pendekatan RME memiliki lima karakteristik yang harus diketahui oleh para guru, iaitu: (1) menggunakan pengalaman pelajar di dalam kehidupan sehari-hari, (2) mengubah realiti ke dalam model, kemudian merubah model melalui proses matematik vertikal 974

sebelum sampai kepada bentuk formal, (3) menggunakan keaktifan pelajar, (4) dalam mewujudkan matematik pada diri pelajar diperlukan adanya diskusi, tanya jawap dan (5) adanya keterjalinan konsep dengan konsep, topik dengan topik sehingga pembelajaran matematik lebih holistik daripada parsial (Ruseffendi 2003) 7 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada pelajar kelas VII-7 SMP Negeri 13 Pekanbaru pada semester Januari- Juni 2015. Subjek kajian adalah pelajar kelas VII-7 yang berjumlah 34 orang. Pelaksanaan kegiatan Lesson study selama empat siklus dengan masing-masing siklus melalui tahap-tahap Perencanaan (plan), Pelaksanaan (do) dan Refleksi (see). Langkah-langkah yang dilakukan pada setiap tahap sebagai berikut: Merencanakan Pembelajaran (plan) Pada kegiatan plan, Guru, team teaching melaksanakan kegiatan: (1) Menyusun rencana kegiatan Lesson Study untuk empat siklus seperti jadwal, bahan ajar dan kegiatan, (2) Melakukan pengkajian terhadap perangkat pembelajaran yang telah ada, (3) Mendiskusikan fokus dan langkah-langkah perbaikan untuk implementasi Lesson Study, (4) Guru dan team teaching menindak lanjuti dengan menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP, LKS, instrumen penilaian, bahan ajar dan media pembelajaran bahan sesuai fokus kajian yang telah disepakati iaitu materi ajar dengan standard kompetensi konsep segiempat dan segitiga dan ukurannya dan (5) Berkoordinasi dengan tim dokumentasi untuk merekam seluruh aktivitas pelaksanaan Lesson Study sesuai penjadwalan. Pada tahap ini tim LS yang terbentuk melakukan pengkajian terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan sebelumnya, kemudian disesuaikan dengan focus perbaikan pembelajaran yang dipilih, yaitu pendekatan pembelajaran RME Pada tahap ini juga di persiapkan bahan ajar, Lembar Kegiatan Pelajar dan Lembar Observasi Melaksanakan Pembelajaran dan Observasi (do) Tahap kegiatan yang dilaksanakan pada tahap do adalah: (1) Guru melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada pelajar sesuai dengan rencana pembelajaran dan (2) Guru lain mengobservasi aktivitas belajar pelajar selama proses pembelajaran (kegiatan awal, inti, dan akhir). Pelaksanan pembelajaran dilakukan sebanyak empat kali pertemuan (4 siklus). Tiap pertemuan dilaksanakan oleh Guru yang sama. Sesuai lembar observasi yang dipersiapkan guru dan observer menuliskan hasil observasi. Refleksi (See) Kegiatan refleksi dilaksanakan setelah proses pembelajaran berupa: (1) Mendiskusikan dan menganalisis pembelajaran yang telah dilaksanakan yang di-pimpin oleh moderator, (2) Guru menyampaikan kesan dalam melaksanakan pembelajaran, (3) Observer menyampaikan hasil observasi tentang aktivitas belajar pelajar, (4) Berdasarkan prinsip kolegalitas seluruh tim merefleksikan efektivitas pembela-jaran dan (5) Moderator menyampaikan ringkasan hasil refleksi untuk perbaikan pada siklus berikutnya. 975

Data pada kajian ini diperolah data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa dokumentasi perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, LKS, instrumen penilaian, bahan ajar dan media pembelajaran) sebelum dan setelah pelaksanaan Lesson Study. Data primer diperoleh dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran menggunakan lembar observasi dan respon pelaksanaan Lesson Study (Gurumodel, observer, dan pelajar peserta mata kuliah) serta lembar angket persepsi pelajar terhadap pembelajaran yang berlangsung. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil pelaksanaan kegiatan plan Kegiatan plan dilaksanakan sebelum pertemuan tatap muka (kegiatan do) oleh tim LS yang terdiri dari empat orang guru. Kegitan plan dilakukan untuk mendiskusikan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, Bahan Ajar, LKS, alat penilaian dan lembaran observasi pada setiap siklus. Perbaikan perangkat pada siklus berikutnya berdasarkan hasil kegiatan see. Hasil pelaksanaan kegiatan LS untuk kegitan plan pada setiap siklus dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Hasil Kegiatan Plan No Siklus Perangkat pembelajaran 1 I RPP lama Bahan ajar LKS Media pembelajaran Alat penilaian 2 II RPP Bahan ajar LKS Media Pembelajaran Alat penilaian 3 III RPP Bahan ajar LKS Media Pembelajara Alat penilaian 4 IV RPP Bahan ajar LKS Media Pembelajaran Alat penilaian Hasil Kegiatan Plan Saran Perbaikan Penyususnan RPP sesuai standar proses Melengkapi bahan ajar lama LKS mengacu pada tujuan pembelajaran dan disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang dipilih Harus disediaksn Soal evaluasi sesuai materi RPP perlu perbaikan sesuai fokus LS Bahan ajar diberikan sebelum pertemuan Materi LKS didahului dengan penyajian konsep dan penerapannya. Tampilannya lebih dibuat sebaik mungkin. Dibuat semenarik mungkin Soal kuis tidak banyak jumlahnya LKS lebih disederhanakan dan tampil menarik dan soal penerapannya mesti ada Diharapkan setiap pelajar dapat memanfaatkan media. Jumlah soal disesuaikan dengan tujuan Materi LKS sudah sesuai dengan yang direncanakan guru Sudah tersedia sebanyak pelajar 976

Hasil kegiatan plan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas perangkat pembelajaran. memperdalam pemahaman guru tentang materi pembelajaran, cakupan dan urutannya, hal ini dapat terlihat saat mendiskusikan LKS. Guru merasa terbantu dan semakin percaya diri dalam melaksanakan pembelajaran.. Hasil pelaksanaan kegiatan do Kegiatan do dilaksanakan sesuai dengan jadwal pertemuan tatap muka perkuliahan. Kegiatan do pada siklus I dihadiri oleh 3 orang guru terdiri dari 1 guru, 2 orang guru tim teaching sebagai observer dan peneliti. Selama pembelajaran berlangsung semua observer mengamati kegiatan pelajar dan guru model. Kegiatan pelajar yang dilihat adalah bagaimana interaksi pelajar dengan pelajar. pelajar dengan guru, pelajar dengan sumber belajar. Disamping itu tim LS mengamati aktifitas pelajar seperti aktifitas berdiskusi dalam kelompok, mengerjakan LKS. bertanya dan menaggapi. Kegitan guru yang diamati adalah bagaimana teknik guru mengelola kelas, membimbing pelajar, memotivasi, pelajar, memanfaatkan media pembelajaran. Hasil pelaksanaan kegitan do dapat dilihat dari isian lembaran observasi oleh guru pengamat seperti pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Hasil Pengamatan Observer pada Setiap Siklus Rata-rata hasil pengamatan observer Siklus Interaksi pelajar-sumber Interaksi pelajar-pelajar Interaksi pelajar- guru belajar I Kurang Kurang Kurang II Cukup Kurang Cukup III Baik Cukup Baik IV Baik Baik Baik Pada awal pembelajaran, kegiatan do masih kurang menurut observer. hal ini disebabkan pelajar masih bingung dengan strategi pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Pada siklus 1 Pelajar lebih banyak bekerja sendiri belum mampu bekerjasama dengan temannya dan pelajar belum dapat memanfaatkan sumber belajar karena bahan ajar belum diberitahukan pada pertemuan sebelumnya. Akan tetapi pada siklus berikut menjadi lebih baik karena pelajar diberikan tahu untuk mempelajari bahan ajar sebelum pertemuan. Hal ini membantu pelajar karena pelajar sudah mendapat pengetahuan awal sehingga menjadi hangat dan pelajar lebih aktif belajar. Interaksi pelajar dengan guru kurang pada awalnya, akan tetapi kemudiannya menjadi lebih baik. Dalam tahap do tampak guru berusaha untuk memfasilitasi pelajar belajar untuk menyelesaikan masalah pada LKS. Hasil Pelaksanaan Kegiatan See Kegitan see dilakukan langsung setelah kegiatan do, hal ini dilakukan agar hasil observasi dapat dianalisis untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Kegitan see dihadiri oleh semua guru yang ikut kegiatan do. Kegiatan see dipimpin oleh seorang moderator dan diawali penyampaian kesan pelaksanaan pembelajaran oleh guru model kemudian 977

masing guru observer memberikan tanggpan dan saran perbaikan untuk siklus berikutnya. Saran perbaikan dari observer dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Kegiatan See pada Setiap Siklus Siklus Materi Hasil I LKS, Media, LKS lebih menantang kemampuan berfikir, disarankan untuk Bahan ajar menggunakan media, siswa diharapkan untuk mempelajari terlebih dahulu II LKS, Kuis, Bahan ajar, Tekhnik materi Pada LKS lebih ditambahkan mengenai pemahaman konsep, Jumlah penilaian yang diberikan tidak terlalu banyak. Dari aktivitas pelajar yang kurang aktif, pada pertemuan berikutnya disarankan agar yang satu kelompok bertukar anggota. III LKS, Media Disarankan agar LKS lebih menarik dan lebih disederhnakan, Media dibuat untuk dapat dimanfaatkan pelajar IV LKS, Media Dari segi proses dan aktivitas pelajar sudah terlihat lancar Langkahlangkah kegiatan pada LKS sudah baik dan media sudah disempurnakan.. Hasil kegitan see lebih diutamakan kepada perbaikan sumber belajar, media untuk siklus berikutnya. Saran perbaikan lebih banyak pada LKS dan media, LKS merupakan sumber belajar bagi pelajar yang membuat pelajar aktif dalam pembelajaran. Untuk itu LKS dirancang yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir. Aktifitas Pelajar Kegiatan LS pada tahap do mempengaruhi aktifitas pelajar dalam pembelaiaran. Aktititas pelajar selama pembelajaran dengan menerapkan pendekatan RME (Tabel 4) Persentase aktifitas pelajar berdiskusi dalam kelompok pada mulanya kurang, hat ini terlihat pada saat pembelajaran pelajar lebih banyak mengerjakan sendiri-sendiri LKS dan membaca bahan ajar. Pelajar belum tahu strategi belajar kelompok dan manfaatnya sehingga masih ada yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Akan tetapi dengan adanya penghargaan kelompok pada akhir pertemuan membuat pelajar dapat bekerja sama saling membantu sama lain. Tabel 4. Persentase Aktifitas Pelajar pada Setiap Siklus No Aktifitas Pelajar Persentase Aktifitas Pelajar Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV 1 Berdiskusi dalam kelompok 47.06 73.53 73,53 94.11 2 Mengerjakan LKS 76.47 82.35 82.35 85.29 3 Memahami masalah kontekstual 26.47 29.11 47.06 82.35 4 Melaksanakan proses penyelesaian masalah 14.70 23.53 29.11 35.29 5 Menyajikan perwakilan matematik 20.59 29.11 39.24 50 5 Mengkomunikasikan hasil diskusi 5.88 11.76 23.53 44.11 Terdapat 23.53% pelajar tidak mengerjakan LKS, pelajar tersebut lebih cendrung membaca saja dan melihat temannya mengerjakannya. Akan tetapi pada siklus berikutnya sdh banyak pelajar yang mulai melakukannya dan guru meningkatkan kegiatan pembimbingan pelajar secara kelompok pada saat mengerjakan LKS. Pada aktifitias memahami masalah kontekstual, masih banyak pelajar yang belum 978

memahami. Aktifitas pelajar dalam memahami masalah kontekstual rendah, pelajar cenderung diam dan tidak berbuat apapun. Namun pada siklus ke IV sudah meningkat dan sudah banyak pelajar dapat memahami masalah kontekstual yang diberikan guru. Menyajikan perwakilan dan mengkomunikasikan bagi pelajar merupakan salah satu upaya dalam menyamakan persepsi dan dalam rangka memupuk sikap bertanggung jawab terhadap yang dikerjakannya. Pada siklus I, persentase pelajar yang memberi tanggapan kecil, karena kebetulan pelajar yang ditunjuk guru untuk presentasi dapat menyelesaikan soal dengan benar, sehingga tidak banyak pelajar yang memberi tanggapan. Pada siklus II, guru menunjuk pelajar berdasarkan observasi yang dilakukan guru saat pelajar mengerjakan LKS. Guru menunjuk kelompok pelajar untuk presentasi yang jawabannya kurang tepat, berbeda atau salah, sehingga pada saat presentasi, persentase pelajar yang memberikan tanggapan meningkat. Pada akhir program kegiatan pembelajaran dengan pendekatan RME dengan pelaksanaan lesson study untuk mata pelajaran matematika terlihat bahwa aktifitas pelajar semakin meningkat. Bermakna semakin meningkatnya interaksi pelajar baik dengan sesama pelajar mahupun dengan guru dan sumber belajar. Oleh karena itu juga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar pelajar. Perwakilan Matematik Pelajar Tabel 5. Peratus Perwakilan Matematik Pelajar Kelas VII-7 SMP N.13 Pekanbaru Perwakilan Jumlah Peratus gambar, diagram 10 dan grafik 29.41 notasi matematik, 35 numerik/simbol 100 Teks Tertulis atau 15 kata-kata 44.12 Berdasarkan data pada tabel 5 terlihat bahwa hanya 10 pelajar yang lebih menyukai untuk membuat gambar dalam penyelesaian masalah matematik, 15 orang menyukai menuliskan dalam teks tertulis.pelajar-pelajar lebih banyak menyukai soalan dengan menyajikan perwakilan mereka dalam bentuj notasi matematik dan simbol. KESIMPULAN DAN SARAN Perwakilan Matematik pelajar lebih dominan pada perwakilan notasi matematik, numerik/simbol. Perkara ini sejalan dengan kajian yang dijalankan oleh Neria dan Amit (2004) yang meneliti model-model perwakilan yang dipilih pelajar kelas sembilan dalam mengkomunikasikan langkah-langkah penyelesaian masalah dan justifikasi mereka, serta untuk menyelidiki hubungan antara hubungan perwakilan dan tahap prestasi pelajar. Kajian ini melaporkan bahawa majoriti pelajar lebih menyukai perwakilan numerik. Hasil kegiatan lesson study yang dilakukan terlihat aktivitas 979

pelajar meningkat dan persepsi pelajar terhadap guru, terhadap pelaksanaan pembelajaran dan terhadap mata pelajaran matematika adalah baik. Pembelajaran lebih berpusat kepada pelajar. Guru lebih berperan sebagai fasilitator. Saran yang dapat diberikan adalah guru semestinya selalu memberikan masalah kontekstual yang melahirkan banyak solusi dan perwakilan yang boleh dibuat oleh pelajar dalam penerapan pendekatan RME. Guru sebaiknya membiasakan pelaksanaan pengjaran dengan Lesson Study sehingga selalu dapat menambah baik pengajaran dan pembelajaran di kelas. Daftar pustaka [1] National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). (2000). Principles and Standards for School Mathematics,Reston: NCTM. [2] Neria, D. & Amit, M. (2004). Students Preference of Non-Algebraic Representations in Mathematical Communication. Proceedings of the 28th Conference of the International Group for the Psychology of Mathematical Education, 2004. Vol. 3 pp 409 416. [3] Kartini. 2009. Peranan representase dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional matematika dan Pendidikan Matematika. Jurusan pendidkan Matematika UNY. Yogyakarta [4] Fauzan, Ahmad.2002. Applying Realistics Mathematics Education in teaching Geometry in Indonesian Primary Schools. Doctoral Dissertation. University of Twente Enschede. The Netherlands [5] Hadi, Sutarto. 2002. Effective Teacher Profesional development for The Implementation of realistic Mathematics education in Indonesia. DisertasiDoktor. University of Twenty [6] Gravemeijer, K.P.E. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Freudenthal Institute Utrecht. Nederlands [7] Ditnaga, (2009). Pedoman Lesson Study. Jakarta: Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional [8] Perry RR, and Lewis,CC, (2003), What is succesfull adaptation Lesson Study in The US, Journal Education Change, www.lessonresearch.net, diakses 28 Oktober 2011. [9] Pallant, J. 2001. SPSS Survival Manual : A step by step guide to data analysis using SPSS for Windows (Version 10). Illinois: Allen &Unwin. [10] Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. [11] Sleftenhaar. 2000. Adapting Realistic Mathematics Education in the Indonesian Context. Dalam majalah ilmiah Himpunan Pelajar Indonesia (Proseding Konperensi Nasional Matematika X ITB, 17-20 Juli 2000 Strefland L. 1991. Realistic Mathematics Education in Primary School. Freudenthal Institude. Utrecht. [12] Sembiring, R.K. 2002. Reformasi pendidikan Matematika di Indonesia. Kompas (16 September 2002). 0000 980