PENGEMBANGAN MODUL FLUIDA STATIS BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK DAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Nora Indrasari 1, Endang Purwaningsih 2, Agus Suyudi 2 1) Mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang 2) Dosen Fisika Universitas Negeri Malang Universitas Negeri Malang E-mail: nora.fisum@gmail.com ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk (1) mengembangkan produk berupa modul fluida statis yang berbasis kecerdasan majemuk dan pedagogical content knowledge (PCK) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan (2) mengetahui kelayakan pengembangan produk. Disusun berdasarkan pada langkah penelitian pengembangan Borg & Gall. Langkah-langkah dalam penelitian pengembangan ini adalah: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji keterbacaan, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian dan (9) revisi produk. Metode pengumpulan data berupa angket, wawancara, dan tes. Data yang didapatkan berupa (1) validasi yang dianalisis menggunakan teknik analisis rata-rata, (2) hasil uji keterbacaan subjek coba dan (3) validasi konten instrumen tes yang dianalisis deskriptif serta (4) hasil pretes dan posttest subjek coba yang dianalisis menggunakan teknik gain ternormalisasi. Hasil yang didapatkan berupa (1) produk yang teruji layak ditunjukkan dengan hasil validasi modul, RPP, dan CoRe masing-masing mendapatkan nilai rata-rata 3,44; 3,61; dan 3,66; dan (2) peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam kategori sedang dengan nilai n-gain sebesar 0,68. Kata kunci: modul, kecerdasan majemuk, PCK (Pedagogical Content Knowledge), kemampuan berpikir kritis Pemerintah Indonesia telah melaksanakan berbagai kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu kebijakan tersebut adalah dengan penyempurnaan kurikulum yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas siswa dalam menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Kurikulum 2013 menuntut semua mata pelajaran dapat berkontribusi dalam pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan kemampuan psikomotorik dengan pendekatan saintifik. Menurut PP No.32 Th 2013, tidak hanya siswa yang dituntut untuk berkembang dalam pembelajaran fisika, guru juga dituntut untuk berkembang. Guru perlu memahami karakteristik materi (content) dan karakteristik siswa (pedagogical) dalam menyusun strategi pembelajaran di kelas, pengetahuan tersebut dikenal dengan PCK (Pedagogical Content Knowledge). PCK merupakan pengetahuan yang harus dipahami oleh seorang guru karena seorang guru harus familiar dengan konsep alternatif dan kesulitan yang akan dihadapi siswa dengan beragam latar belakang (Shulman dalam Anwar, 2012). Karakteristik siswa berbeda-beda dikarenakan masing-masing siswa memiliki kecerdasan tertentu dan potensi tertentu tergantung dengan gaya belajar mereka. Penelitian pendahuluan yang melibatkan 200 siswa SMP di kota Malang menghasilkan setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Armstrong (2009:5) berpendapat bahwa hal terpenting bagi guru adalah menyadari dan
mengembangkan semua ragam kecerdasan manusia dan kombinasikombinasinya. Cara mengajar guru seharusnya memperhatikan gaya belajar yang mempengaruhi kecerdasan majemuk siswa (Chatib, 2014:100). Kecerdasan majemuk siswa dikelompokkan oleh Gardner (dalam Armstrong, 2009:6) menjadi delapan kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, logis-matematis, spasial, kinestetik, musikal, intrapersonal, interpersonal, dan naturalis. Hasil dari penelitian pendahuluan melalui wawancara terhadap guru fisika SMA dan observasi diketahui bahwa siswa masih belum terbiasa dalam memecahkan suatu permasalahan sehingga kurang menanamkan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir merupakan salah satu modal yang harus dimiliki siswa sebagai bekal dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa sekarang ini. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh kemampuan berpikirnya, terutama dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya (Ibrahim, 2007). Perlu diketahui bahwa seorang siswa adalah individual yang unik, mereka masing-masing memiliki kecerdasan tertentu dan potensi tertentu. Dengan kecerdasannya, siswa dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks (Armstrong, 2009). Setelah dilakukan survei buku-buku pelajaran fisika sesuai Kurikulum 2013 yang beredar di pasaran, buku-buku tersebut masih belum memperhatikan kecerdasan majemuk siswa. Sulitnya memperoleh buku yang memperhatikan kecerdasan majemuk siswa untuk belajar fisika diperkuat dengan pernyataan Yaumi (2012:145), pengembangan bahan ajar yang dilakukan selama ini baru dalam batas pengadaan Hand Out dan ringkasan. Hal ini menandakan bahwa kecerdasan majemuk yang dilakukan selama ini adalah kecerdasan linguistik dan matematis. Selain dilakukan survei terhadap buku di pasaran, juga dilakukan observasi dan analisis perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru. Berdasarkan hasil observasi dan analisis, diketahui bahwa guru masih kesulitan untuk memilih konsep materi esensial yang akan disampaikan dalam pembelajaran. Guru juga kurang memanfaatkan kemudahan teknologi dan media dalam pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Atay, Kaslioglu & Kurt (2010), diketahui bahwa PCK dapat membangun pengetahuan dasar bagi guru, menuntun guru dalam mengambil keputusan dan tindakan di dalam kelas. Melalui PCK guru dapat dengan mudah memilih strategi pembelajaran dalam penyampaian materi. Oleh karena itu, perlu teknik penyusunan konsep materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran, yaitu melalui PCK yang diwujudkan dalam bentuk CoRe (Content Representation). Berdasarkan berbagai uraian tersebut, salah satu solusi untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan menggunakan bahan ajar berbasis kecerdasan majemuk (multiple intelligence) dan perlu didukung dengan kemampuan pedagogis guru dalam mengajarkan materi (konten) fisika. Penelitian yang dilakukan adalah pengembangan modul fisika berbasis kecerdasan majemuk dan PCK untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian pengembangan ini dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
METODE Penelitian pendahuluan yang dilakukan yaitu melihat hasil tes modalitas belajar dari 200 responden yang berasal dari beberapa siswa SMP sekota Malang. Hasil dari tersebut menyatakan bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda yaitu 50% dengan melihat (visual learner), 35% mendengar (auditory learner), 7% gerakan (kinesthetic learner) serta sisanya merupakan gabungan-gabungan dari tiga tipe gaya belajar tersebut. Selanjutnya dilakukan observasi dan wawancara kepada guru serta observasi terhadap beberapa toko buku guna memperkuat latar belakang penelitian untuk kemudian dilakukan pengembangan produk. Langkah-langkah dalam penelitian pengembangan ini menurut model Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2010) adalah: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji keterbacaan, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian dan (9) revisi produk. Modul yang telah dirancang kemudian divalidasi untuk mengetahui tingkat kelayakan dari modul. Validasi dilakukan oleh ahli, yaitu dua guru fisika kelas X IPA dan dua dosen sebagai pembimbing. Validasi tersebut meliputi validasi modul, RPP, dan CoRe. Hasil validasi yang berupa angket berskala Likert (Tabel 3, 4, dan 5) dianalisis menggunakan teknik analisis rata-rata. Arikunto (2013: 285) menyatakan bahwa untuk mengetahui peringkat terakhir untuk butir yang bersangkutan, jumlah nilai tersebut harus dibagi dengan banyaknya responden yang menjawab angket tersebut. Berdasarkan hal tersebut, dapat dirumuskan perhitungan nilai rata-rata sebagai berikut: Keterangan: = nilai rata-rata X = jumlah total nilai jawaban dari validator n = jumlah validator Jenjang kriteria validitas dapat dilihat pada Tabel 1 dengan rentang 0,75. Produk yang dikembangkan dinyatakan valid apabila mendapatkan nilai rata-rata "valid (2,51-3,25)" dan "sangat valid (3,26-4,00)". Tabel 1 Jenjang Kriteria Validitas untuk Analisis Data Validasi Nilai Kriteria Kevalidan 3,26-4,00 Sangat Valid 2,51-3,25 Valid 1,76-2,50 Kurang valid (revisi) 1,00-1,75 Tidak valid (revisi total) Setelah validasi, dilakukanlah revisi berdasarkan hasil validasi. Modul kemudian diujicoba keterbacaan kepada sepuluh siswa kelas X IPA 4 SMA Negeri 4 Malang. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan siswa terhadap modul. Setelah uji coba data dianalisis secara deskriptif kemudian dilakukanlah revisi berdasarkan hasil uji coba. Setelah uji keterbacaan, dilakukan implementasi modul dalam satu kelas berjumlah 36 siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 4 Malang. Uji coba pada satu kelas dilakukan untuk mengetahui efektivitas modul dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Uji coba tersebut
mendapatkan skor pre-test dan pos-test. Langkah selanjutnya yaitu menghitung gain (peningkatan) kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas besar. Gain yang digunakan untuk menghitung peningkatan kemampuan berpikir kritis adalah gain ternormalisasi kontrol (N-Gain). N-Gain didapatkan dengan cara menghitung selisih antara skor pos-test dengan skor pre-test dibagi selisih antara skor maksimum yang dapat dicapai dengan skor pre-test (Hake dalam Coletta, 2005: 1172). Rumus N-Gain adalah sebagai berikut: Keterangan : T1 = skor pretes IM = skor maksimum pretes dan postes T2 = skor postes Terdapat tiga kategori untuk kriteria peningkatan penguasaan konsep siswa berdasarkan nilai N-Gain, yaitu peningkatan rendah, peningkatan sedang dan peningkatan tinggi, seperti yang ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 Kriteria Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis N-Gain Kriteria Peningkatan G < 0,5 Peningkatan rendah 0,5 G 0,7 Peningkatan sedang G > 0,7 Peningkatan tinggi Instrumen yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) instrumen awal berupa tes modalitas belajar dan daftar wawancara, (2) instrumen validitas tim ahli, (3) instrumen angket respon siswa, (4) instrumen validitas konten untuk instrumen tes dan (4) instrumen tes untuk mengetahui efektivitas penggunaan modul dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. HASIL Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa hasil penelitian pengembangan yaitu (1) hasil validasi produk, (2) angket respon siswa sebagai hasil uji keterbacaan, dan (3) hasil uji coba kelas besar. Hasil Validasi Produk Tabel 3 Paparan Data Validasi Modul dari Tim Ahli Aspek Penilaian Rata-rata Kriteria Cakupan Materi 3,25 Valid Keakuratan Materi 3,6 Sangat Valid Kemutakhiran 3,4 Sangat Valid Penerapan Kecerdasan Majemuk 3,7 Sangat Valid Teknik Penyajian 3,75 Sangat Valid Penyajian Pembelajaran 3,5 Sangat Valid Kebahasaan-fleksibel 3,38 Sangat Valid Kebahasaan-komunikatif 3,63 Sangat Valid Kebahasaan-lugas 3,13 Valid Kebahasaan-keruntutan 3,25 Valid Kebahasaan-konsistensi 3,38 Sangat Valid
Berdasarkan data pada Tabel 3, modul yang telah disusun memiliki nilai rata-rata 3,44. Berdasarkan kriteria skala Likert, modul yang telah disusun secara keseluruhan memiliki kriteria valid. Tabel 4 Paparan Data Validasi RPP dari Tim Ahli Aspek Penilaian Rata-rata Kriteria Identitas Mata Pelajaran 3,75 Sangat Valid Kompetensi 4 Sangat Valid Indikator Pencapaian Kompetensi 3,29 Sangat Valid Tujuan Pembelajaran 3,63 Sangat Valid Materi Pembelajaran 3,63 Sangat Valid Model Pembelajaran 3,38 Sangat Valid Langkah-Langkah Pembelajaran 3,75 Sangat Valid Sumber Belajar 3,25 Valid Penilaian 3,84 Sangat Valid Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa delapan aspek dari RPP mendapatkan kriteria sangat valid dari hasil validasi ahli. Hanya satu aspek yang mendapatkan kriteria valid, yaitu aspek sumber belajar. Hal ini dikarenakan sumber belajar yang tertulis dalam RPP hanya berupa modul, sedangkan dalam skenario pembelajaran disertakan pula kegiatan searching melalui internet. Dalam CoRe terdapat lima ide pokok, yaitu : (A) fluida selalu memberikan tekanan pada setiap bidang permukaan yang bersinggungan dengannya; (B) tekanan pada zat cair bergantung kedalaman. Semakin dalam, maka semakin besar tekanannya ; (C) tekanan yang diberikan pada fluida dalam ruang tertutup akan diteruskan sama besar ke segala arah; (D) benda yang dimasukkan seluruhnya dalam fluida akan memiliki volume sebanyak volume fluida yang dipindahkan; dan (E) Adanya gaya tarik menarik antarpartikel yang sama (gaya kohesi) di permukaan zat cair menimbulkan tegangan yang menyebabkan permukaan cenderung memperkecil diri seakan-akan membentuk suatu lapisan tipis yang elastis. Hasil validasi CoRe disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Paparan Data Validasi CoRe dari Tim Ahli Aspek Penilaian Rata-rata Kriteria Penyusunan Ide Pokok 3,5 Sangat Valid Ide Pokok A 3,72 Sangat Valid Ide Pokok B 3,63 Sangat Valid Ide Pokok C 3,82 Sangat Valid Ide Pokok D 3,56 Sangat Valid Ide Pokok E 3,75 Sangat Valid Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa semua aspek dari CoRe mendapatkan kriteria sangat valid dari hasil validasi ahli. Hal ini menunjukkan bahwa CoRe yang disusun dapat membantu guru dalam penyusunan konsep esensial dari materi pembelajaran yang akan disampaikan. Berdasarkan data hasil validasi CoRe, diketahui bahwa CoRe yang telah disusun memiliki nilai rata-rata 3,66. Berdasarkan kriteria skala Likert, CoRe yang telah disusun secara keseluruhan memiliki kriteria sangat valid. Uji Keterbacaan melalui Angket Respon Siswa Data yang didapatkan dari angket validasi kemudian dianalisis deskriptif. Responden yang merupakan sepuluh siswa kelas X MIA 4 SMAN 4 Malang
menunjukkan respon yang positif terhadap modul fluida statis yang dikembangkan. Perlu diketahui bahwa masih ada dua aspek yang perlu ditindak lanjuti dari aspek keterbacaan siswa, yaitu sampul Modul Fluida Statis dan bahasa yang digunakan dalam Modul Fluida Statis. Sampul Modul Fluida Statis yang diberikan kepada siswa memang hanya dicetak hitam putih (tidak berwarna) dikarenakan keterbatasan biaya sedangkan bahasa yang digunakan masih membingungkan telah direvisi oleh pengembang sesuai dengan tingkat kepahaman siswa. Peningkatan (N-Gain) Kemampuan Berpikir Kritis Jumlah responden adalah 36 siswa kelas X MIA 1 SMAN 4 Malang dengan keadaan siswa yang heterogen baik dalam jenis kelamin, tingkat kecerdasan dan kemampuan berpikirnya. Hasil perhitungan gain dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Perhitungan Gain Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Respondededen Respon- Respon- N-Gain Kriteria N-Gain Kriteria N-Gain Kriteria 1 0,8 tinggi 13 0,5 sedang 25 0,7 sedang 2 0,4 rendah 14 0,5 sedang 26 0,5 rendah 3 0,9 tinggi 15 0,7 sedang 27 0,5 rendah 4 1,0 tinggi 16 1,0 tinggi 28 0,5 rendah 5 0,3 rendah 17 0,7 sedang 29 0,9 tinggi 6 0,5 sedang 18 0,7 sedang 30 0,4 rendah 7 1,0 tinggi 19 0,5 rendah 31 0,4 rendah 8 0,5 sedang 20 0,5 rendah 32 0,9 tinggi 9 0,7 sedang 21 1,0 tinggi 33 1,0 tinggi 10 1,0 tinggi 22 0,8 tinggi 34 0,4 rendah 11 1,0 tinggi 23 0,8 tinggi 35 0,3 rendah 12 0,8 tinggi 24 0,9 tinggi 36 0,6 sedang Keterangan: rentang skor pretest dan postest 1,00 4,00 Berdasarkan Tabel 6 didapatkan rata-rata peningkatan (n-gain) sebesar 0,68 yang termasuk dalam kriteria peningkatan sedang. Dapat disimpulkan bahwa Modul Fluida Statis berbasis kecerdasan majemuk dan PCK dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. PENUTUP Kesimpulan Pengembangan produk berupa modul fluida statis yang berbasis kecerdasan majemuk dan pedagogical content knowledge (PCK) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa teruji layak ditunjukkan dengan hasil validasi modul, RPP, dan CoRe masing-masing mendapatkan nilai rata-rata 3,44; 3,61; dan 3,66; serta efisien dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam kategori sedang dengan nilai n-gain sebesar 0,68. Modul fluida statis memiliki beberapa kelebihan daripada modul lain yang berada di pasaran. Terdapat delapan kelebihan dari modul ini, yaitu: (1) modul ini dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan yang memfasilitasi kecerdasan majemuk siswa maka dengan kecerdasan yang berbeda-beda dapat belajar bersama untuk mendapatkan pencapaian yang sama, (2) kegiatan dalam modul disusun runtut sesuai dengan
tuntutan Kurikulum 2013 yaitu berbasis pendekatan saintifik dengan model pembelajaran discovery learning yang membuat siswa dapat menemukan konsep sendiri dengan kegiatan-kegiatan yang disusun dapat dilakukan secara mandiri dan menyenangkan, (3) terdapat tugas membuat makalah dan mind map guna membantu guru dalam mengetahui keterpahaman siswa, (4) terdapat CD pembelajaran yang berisi video berkaitan dengan materi pembelajaran yang dapat dibuka siswa secara mandiri agar siswa dapat memahami konsep secara visual, (5) disajikan full colour guna memfasilitasi kebutuhan salah satu kecerdasan majemuk, (6) terdapat kegiatan refleksi diri yang dapat digunakan guru untuk memberikan feedback pada siswa yang belum memahami materi sepenuhnya, (7) terdapat tes kecerdasan majemuk yang dapat diberikan kepada siswa sebelum pembelajaran dimulai agar guru dapat mengetahui tingkat kecerdasan siswa dan melayani kebutuhan siswa yang berbeda-beda, (8) terdapat cara penyusunan IPK menggunakan Tabel Taksonomi Bloom, (9) terdapat cara penyusunan butir soal, dan (10) terdapat CoRe yang menunjukkan konsep-kosep penting dari materi fluida statis. Selain memiliki kelebihan, modul ini juga memiliki kekurangan, yaitu (1) materi hanya terbatas pada fluida statis dan (2) modul hanya dapat memfasilitasi tujuh kecerdasan majemuk siswa dikarenakan sulitnya untuk mengaitkan kegiatan musikal pada pelajaran fisika materi fluida statis. Saran Berdasarkan simpulan di atas saran pemanfaatan modul ini dalam proses pembelajaran adalah modul digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan modul agar mendapatkan hasil yang optimal. Sebelum melakukan pembelajaran, sebaiknya guru mempersiapkan konsep-konsep esensial materi yang akan disampaikan kepada siswa dan telah dijabarkan pada CoRe. Guru dapat menggunakan RPP dalam modul ini untuk referensi dalam melakukan pembelajaran. Guru juga dapat mengetahui ragam kecerdasan majemuk siswa dengan menggunakan tes yang telah disediakan dalam modul guru. DAFTAR RUJUKAN Anwar, Y., Rustaman, Nuryani Y. & Widodo, A. 2012. Kemampuan Subject Spesific Pedagogy Calon Guru Biologi Peserta Program Pendidikan Profesional Guru (PPG) yang Berlatar Belakang Basic Sain Pra & Post Workshop. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (2), 157-162 Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Armstrong, Thomas. 2009. Multiple Intelligence in The Classroom 3rd Edition. USA: Association for Supervision and Curiculum Development Atay. Derin, Ozlem Kaslioglu & Gokce Kurt. 2010. The Pedagogical Content Knowledge Development of Prospective Teachers Through an Experimential Task. Journal of Procedia Social & Behavioral Sciences 2,1421-1425 Chatib, Munif. 2014. Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa. Colleta, Vincent P. & Jeffrey A. Philips. 2005. Interpreting FCI Scores: Normalized Gain, Preinstruction Scores, and Scientific reasioning Ability. Am. J. Phys. 73 (12), 1172-1182
Ibrahim, M. 2007. Kecakapan Hidup: Keterampilan Berpikir Kritis. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Loughran. John, Pamela Mulhall & Amanda Berry. 2008. Exploring Pedagogical Content Knowledge in Science Teacher Education. International Journal of Science Education Vol. 30, No. 10, pp. 1301-1320 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan. 2014. Jakarta: Mendikbud. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Edisi Kelima). Malang: Universitas Negeri Malang. Yaumi, M. 2012. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence. Surabaya: Dian Rakyat.