BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, yang menimbulkan konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, jamur maupun penyebab lainnya (Dahlan, 2013). Klasifikasi pneumonia berdasarkan tempat asal ditemukannya patogen penyebab pneumonia adalah Community-Acquired (CAP), Hospital-Acquired (HAP) termasuk diantaranya Health-Care Aassociated (HCAP) dan Ventilator-Associated. CAP adalah pneumonia yang didapat di masyarakat. komuniti ini merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan angka kematian tinggi didunia (Perhimpunan Dokter paru, 2003). Pemberian antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan berbagai masalah diantaranya meluasnya resistensi, timbulnya kejadian superinfeksi yang sulit diobati, meningkatnya beban ekonomi pelayanan kesehatan, efek samping yang lebih toksik dan kematian (Johnston, 2012). Selain penentuan diagnosis yang tepat sangat diperlukan agar penggunaan obatnya juga bisa rasional yaitu : tepat indikasi, tepat 1
2 penderita, tepat obat, tepat dosis, dan waspada terhadap efek samping obat (Dwiprahasto, 1995). Pengobatan pneumonia dilakukan dengan pendekatan secara empiris, yaitu dengan menggunakan antibiotik yang memiliki spektrum luas dengan tujuan agar antibiotik yang dipilih tersebut dapat melawan beberapa kemungkinan patogen penyebab infeksi, tanpa disadari penggunaan antibiotik spektrum luas secara tidak terkendali sangat memungkinkan timbulnya masalah yang tidak diinginkan seperti timbulnya efek samping obat maupun potensi terjadinya resistensi. Oleh karena itu perlu adanya pedoman pengaturan penggunaan antibiotik secara empiris. Upaya merujuk pedoman yang telah ditetapkan dalam pemberian antibiotik merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kejadian yang tidak diinginkan akibat penggunaan antibiotik. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik secara empiris dengan mengikuti pedoman yang ada, pada pasien pneumonia yang didapat dikomunitas baik pasien rawat jalan maupun rawat inap memberikan hasil terapi yang lebih baik dibanding pemberian antibiotik yang dilakukan dengan tidak mengikuti pedoman (Shah & Meltzer, 2002) Di rumah sakit penggunaan antibiotik yang tidak perlu atau berlebihan mendorong berkembangnya resistensi dan multipel resistensi terhadap bakteri tertentu yang akan menyebar melalui infeksi silang. Resistensi tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diperlambat melalui penggunaan antibiotik yang bijak (Kemenkes RI, 2011). Oleh karena itu, evaluasi terhadap penggunaan antibiotik yang digunakan penting
3 untuk dilakukan oleh setiap rumah sakit. Beberapa manfaat adanya evaluasi tersebut adalah dapat mengurangi terjadinya terapi atau pengobatan yang tidak diperlukan atau tidak tepat, termasuk juga mencegah terjadinya kegagalan terapi dengan berbagai sebab, sehingga secara langsung dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien yang pada akhirnya diharapkan dapat memperbaiki outcome terapi dan meminimalkan biaya perawatan pasien. Sampai saat ini antibiotik tetap menjadi salah satu kategori biaya yang signifikan dalam anggaran farmasi di rumah sakit karena biaya antibiotik telah menyerap sebagian besar dari seluruh anggaran rumah sakit. Dampak buruk penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah munculnya resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga perawatan pasien jadi lebih lama, biaya pengobatan menjadi lebih mahal dan bagi rumah sakit akan menurunkan kualitas pelayanan rumah sakit bersangkutan (Kerr; 1993, Goodman; 2007). masih menjadi masalah utama di bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara maju. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskular dan tuberkulosis (Misnadiarly, 2008). Di RSUD Dr Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pasien CAP dengan angka kematian antara 20-35% dan menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang di rawat per tahun (Perhimpunan Dokter Paru, 2003).
4 Rumah Sakit umum Daerah (RSUD) Dokter Soeselo Slawi merupakan salah satu rumah sakit rujukan di daerah dengan type rumah sakit B non pendidikan. Pada tahun 2011 rumah sakit Dokter Soeselo lulus akreditasi penuh tingkat lengkap dengan 16 (enam belas pelayanan) dan pada tahun 2016 meraih akreditasi paripurna. Rumah Sakit dengan visi menjadi rumah sakit pilihan utama masyarakat ini terus berbenah dengan meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan kinerja pelayanan sesuai standar rumah sakit, meningkatkan kapasitas SDM dan penyediaan layanan unggulan serta terlaksananya kinerja keuangan yang efisien dan akuntabel. Belum adanya penelitian tentang antibiotik pada pasien dengan kasus penyakit pneumonia ini, peneliti memandang perlu melakukan penelitian tentang evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia Rawat Inap Di RSUD Dokter Soeselo Slawi. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan untuk mengevaluasi standar pelayanan medis penyakit pneumonia di RSUD Dokter Soeselo Slawi yang ada saat ini dalam rangka meningkatkan therapeutic outcome.
5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah rasionalitas penggunaan antibiotik empiris pada pasien pneumonia di bangsal rawat inap RSUD Dokter Soeselo Slawi? 2. Bagaimanakah outcome terapi dari penggunaan antibiotik empiris yang rasional dan tidak rasional pada pasien pneumonia di bangsal rawat inap RSUD Dokter Soeselo Slawi? 3. Apakah ada hubungan antara penggunaan antibiotik rasional dan tidak rasional terhadap outcome terapi pada pasien pneumonia di bangsal rawat inap RSUD Dokter Soeselo Slawi? C. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian tentang evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia dan hubungannnya dengan outcome terapi sudah pernah dipublikasikan, namun belum ada penelitian mengenai rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien pneumonia rawat inap di RSUD Dokter Soeselo Slawi. Penelitian-penelitian yang telah dipublikasikan menjadi acuan dalam melakukan penelitian ini. Berikut ini adalah beberapa penelitian tersebut :
6 Nama Judul Jumlah sampel Subhan, 2007 Suryanti, 2013 Antibiotika pada Rawat Inap di RS Panti Rapih Yogyakarta Kualitas antibiotika pada pasien Sebelum dan sesudah adanyapemberia n Informasi Obat oleh Farmasis di Bangsal rawat Inap RSUD Brebes Tabel 1. Keaslian Penelitian Subyek Sumber data Analisa Data Analisa Statistik Frekuensi (Persentase & Rerata) 49 Dewasa Rekam Medik Rawat Inap pasien (Jan 2004- Nov 2006) 51 Dewasa Resep rawat Inap, Rekam Medis, catatan Pemberian Obat pasien (Januari-Juni 2013) Kolmogoro v-smirnov Chi Square, Mann Whitney Tempat Penelitian RS panti rapih Yogyakarta RSUD Brebes Hasil Penelitian Sebanyak 83,7 % mendapatkan antibiotik sesuai standar terapi pneumonia, sebanyak 16,3 % mendapatkan antibiotik tidak sesuai dengan pedoman terapi pneumonia. Tidak ada perbedaan bermakna pada rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia antara sebelum dan sesudah adanya pemberian informasi obat oleh farmasis.
7 Lestari, 2013 Antibiotika Pada di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta 29 Dewasa Rekam Medis Rawat Inap (Februari- Mei 2013) Deskriptif Objektif (Persentase dan Rerata). Chi Square RSUP Dr Sardjito Sebanyak 72,4 % saat KRS pasien dinyatakan sembuh dengan perbaikan klinis, sebanyak 6,9 % saat KRS dinyatakan belum sembuh dan dinyatakan rawat jalan, 10,3 % pulang paksa, 10,3 % saat KRS meninggal. Rahayu, 2014 Yuliasih, 2015 Rasionalitas antibiotik Terhadap Outcome pada Anak Penderita di RS Dr R Sutrasno Rembang Rasionalitas antibiotik Terhadap 91 < 15 tahun 233 0 bulan 18 tahun Rekam Medik rawat Inap pasien Anak (januari 2012- Oktober 2013) Rekam Medik rawat Inap pneumonia Anak Chi square Chi Square RS Dr R Sutrasno Rembang RSUD Kardinah Tegal dengan metode gyssens : 49,7 % rasional 50,3 % tidak rasional antibiotik yang rasional memberikan outcome terapi sekitar 60-70 %. Terdapat hubungan
8 Pratama, 2016 Peneliti Outcome pada Anak Penderita di RSUD Kardinah Tegal Kesesuaian Antibiotik Empiris pada Community- Acquired (CAP) Rawat Inap di RSUP Dr Sardjito Serta antibiogramnya Rasionalitas Antibiotika pada Rawat Inap Di RSUD Dokter Soeselo Slawi 72 18 tahun (Agustus 2013 Agustus 2015) Rekam Medik Rawat Inap (Januari 2014- Desember 2015) 89 Dewasa Rekam Medik Rawat Inap (Januari- Desember 2015) Observasion al Deskriptif analitik dengan Desain Cohort Retrospektif Chi-square RSUP Dr Sardjito Yogyakarta RSUD Soeselo Slawi signifikan penggunaan antibiotik yang dinilai rasional terhadap respiratory rate dan suhu. yang diberikan antibiotik sesuai guidline sebesar 76,4 % dan yang tidak sesuai 23,6 %. Persentase rasionalitas penggunaan antibiotika empiris pada pasien pneumonia di bangsal rawat inap RSUD Dr Soeselo Slawi adalah sebesar 20,2 % rasional dan 79,8% tidak rasional.
9 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi farmasis di rumah sakit, penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi dalam rangka pelayanan kefarmasian dan monitoring terapi obat untuk meningkatkan rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien pneumonia serta dapat meningkatkan outcome terapi. 2. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini menyediakan informasi mengenai hubungan rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien pneumonia terhadap outcome terapi dalam melakukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi rumah sakit dapat memberikan informasi mengenai hubungan rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien pneumonia. E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui persentase rasionalitas penggunaan antibiotika empiris pada pasien pneumonia di bangsal rawat inap RSUD Dokter Soeselo Slawi. 2. Mengetahui outcome terapi dari penggunaan antibiotika empiris yang rasional dan tidak rasional pada pasien pneumonia di bangsal rawat inap RSUD Dokter Soeselo Slawi. 3. Mengetahui hubungan antara rasionalitas penggunaan antibiotika empiris terhadap outcome terapi pada pasien pneumonia di bangsal rawat inap RSUD Dokter Soeselo Slawi