Universitas Sumatera Utara BAB III

dokumen-dokumen yang mirip
DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

BAB II DESKRIPSI PT. ANGKASA PURA II (PERSERO) Perusahaan merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan para pemangku kepentingan perusahaan. penyelenggaraan diklat serta Pengelolaan pusat pelatihan.

ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. Barat Indonesia sejak tahun 1984.

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBERIAN PINJAMAN BANTUAN MODAL BAGI USAHA KECIL DALAM PROGRAM KEMITRAAN PADA PT. AP II. MUHARROIMI SOUVANNY

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penilitian Gambaran Umum Perusahaan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. kawasan Barat Indonesia sejak tahun 1984.

a. Menerapkan secara praktis prinsip-prinsip dan praktek-praktek akuntansi yang sehat dalam perusahaannya, ekonomis dan praktis dapat dilaksanakan.

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016:

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. Kemayoran bertugas mengelola Pelabuhan Udara Kemayoran.

BUPATI PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk,Bidang,dan Pengembangan Usaha

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Pengembangan Usaha. di kawasan barat indonesia sejak tahun 1984.

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. KETENTUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN. 1. Surat Tugas 2. Daftar hadir peserta pengabdian masyarakat 3. Materi pengabdian masyarakat 4. Foto kegiatan

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c, perlu ditetapkan Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Penunjukan

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Daftar Isi. Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO)

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN No.Kpts 44/C00000/2010 S0 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN PERTAMINA DIREKTUR UTAMA PT PERTAMINA (PERSERO)

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGAKUAN HUTANG. Nomor : Pada hari ini, Kamis tanggal (duapuluh lima Juni duaribu Pukul

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. PT Angkasa Pura II ( Persero ) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara di

Bahan Mata Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Angkasa Pura II. Sumber: Gambaran Umum PT Angkasa Pura II (Persero)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang terkemuka dan profesional (World Class Airport Company) untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (PT.

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO)

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

Transkripsi:

41 BAB III KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN PINJAMAN BANTUAN MODAL BAGI USAHA KECIL DALAM PROGRAM KEMITRAAN PADA PT. AP II A. PT. ANGKASA PURA II (Persero) 1. Sejarah PT. Angkasa Pura II (Persero) Keberadaan Angkasa Pura II berawal dari Perusahaan Umum dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1984, kemudian pada 19 Mei 1986 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1992 berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Seiring perjalanan perusahaan, pada 18 November 2008 sesuai dengan Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor 38 resmi berubah menjadi PT. AP II. 50 Berdirinya Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang dimiliki dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut diharapkan agar dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai Perusahaan dan kepercayaan masyarakat. 50 Sejarah PT. AP II, op.cit. 41

42 Kiprah Angkasa Pura II telah menunjukkan kemajuan dan peningkatan usaha yang pesat dalam bisnis jasa kebandarudaraan melalui penambahan berbagai sarana prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan pada bandara yang dikelolanya. Angkasa Pura II telah mengelola 13 Bandara, antara lain yaitu Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal Pinang) dan Silangit (Tapanuli Utara). Angkasa Pura II telah berhasil memperoleh berbagai penghargaan dari berbagai instansi. Penghargaan yang diperoleh merupakan bentuk apresiasi kepercayaan masyarakat atas performance Perusahaan dalam memberikan pelayanan, diantaranya adalah The Best BUMN in Logistic Sector dari Kementerian Negara BUMN RI (2004-2006), The Best I in Good CorporateGovernance (2006), Juara I Annual Report Award 2007 kategori BUMN Non-Keuangan Non-Listed, dan sebagai BUMN Terbaik dan Terpercaya dalam bidang Good Corporate Governance pada Corporate Governance Perception Index 2007 Award. Pada tahun 2009, Angkasa Pura II berhasil meraih penghargaan sebagai 1st The Best Non Listed Company dari Anugerah Business Review 2009 dan juga sebagai The World 2nd Most On Time Airport untuk Bandara Soekarno-Hatta dari Forbestraveller.com, Juara III Annual Report Award 2009 kategori BUMN Non- Keuangan Non-Listed, The Best Prize IN ACRAFT Award 2010 in category natural fibers, GCG Award 2011 as

43 Trusted Company Based on Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2010, Penghargaan Penggunaan Bahasa Indonesia Tahun 2011 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penghargaan untuk Bandara Internasional Minangkabau Padang sebagai Indonesia Leading Airport dalam Indonesia Travel & Tourism Award 2011, dan Penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accident) selama 2.084.872 jam kerja terhitung mulai 1 Januari 2009-31 Desember 2011 untuk Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, serta berbagai penghargaan di tahun 2012 dari Majalah Bandara kategori Best Airport 2012 untuk Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru) dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), kategori Good Airport Services untuk Bandara Internasional Minangkabau dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3 (Cengkareng) dan kategori Progressive Airport Service 2012 untuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3 (Cengkareng) Sebagai Badan Usaha Milik Negara, Angkasa Pura II selalu melaksanakan kewajiban untuk membayar dividen kepada negara selaku pemegang saham. PT AP II juga senantiasa berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan perlindungan konsumen kepada pengguna jasabandara, menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik, meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya serta meningkatkan kepedulian sosial terhadap masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara melalui program kemitraan dan bina lingkungan.

44 2. Unit Fungsi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di PT. AP II Dalam rangka pelaksanaan Program Kemitraan, BUMN Pembina yaitu PT. AP II membentuk Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dengan struktur sesuai dengan beban tugas Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT. AP II terdiri atas 2 (dua), yaitu Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri, sedangkan Program Bina Lingkungan merupakan program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN. 51 Tesis ini membahas mengenai pelaksanaan perjanjian pemberian pinjaman bantuan modal bagi usaha kecil dalam program kemitraan pada PT. AP II sehingga pembahasan hanya difokuskan mengenai Program Kemitraan PT. AP II. Berdasarkan KEPDIR PT. AP II Nomor KEP.01.02.08/01/2014 Bab I Huruf E, Unit Fungsi PKBL terdiri atas: a. Melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembinaan usaha kecil dan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di wilayah usaha perusahaan. b. Melaksanakan fungsi administrasi dan keuangan kegiatan PKBL. c. Melaksanakan koordinasi dengan pihak-pihak terkait baik internal maupun eksternal perusahaan dalam kegiatan pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan sosial masyarakat. 51 Pasal 1 angka 6 dan 7 pada Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

45 d. Unit PKBL Kantor Pusat melaksanakan fungsi pembinaan Unit PKBL Kantor Cabang. e. Tugas lainnya yang ditetapkan dalam Keputusan Organisasi. Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut maka PT. AP II senantiasa melaksanakan perencanaan setiap tahun dan pelaksanaan serta melakukan evaluasi dan pembinaan terhadap usaha kecil guna pemberdayaan sosial masyarakat di wilayah kerja PT. AP II Kantor Cabang Kualanamu Deli Serdang. PT. AP II memeriksa administrasi dan keuangan perusahaan Mitra Binaan guna me-monitoring dan memantau perkembangan usaha Mitra Binaan tersebut. Disamping itu, PT. AP II juga berkoordinasi dengan pihak terkait baik internal (bagian perencanaan dan bagian pengawasan) maupun eksternal yang ada di Kabupaten Deli Serdang seperti Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Selain itu secara periodik Kantor Pusat PT. AP II melaksanakan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap Mitra Binaan yang memperoleh pinjaman program kemitraan. PT. AP II menindaklanjuti penyaluran pinjaman bergulir dengan melakukan pemantauan (monitoring) atas penggunaan, pengelolaan maupun tingkat pengembaliannya agar seluruh Mitra Binaan agar berusaha dengan sungguh-sungguh dan mengembalikan dana pinjaman tepat waktu. Beberapa contoh kegiatan pelatihan yang diselenggarakan tahun 2012 adalah :

46 a. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema Meningkatkan Kinerja Mitra Binaan Angkasa Pura II (Persero) di Kantor Cabang Bandara Husein Sastranegara tanggal 28-29 Juni 2012 yang diikuti oleh 34 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Husein Sastranegara. b. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema Bagaimana Menjadi Pengusaha Yang Sukses Dunia Akhirat di kantor Cabang Bandara Internasional Minangkabau tanggal 05 Juli 2012 yang diikuti oleh 52 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Internasional Minangkabau. c. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema Menjadi Pengusaha Sukses Dunia & Akhirat di Kantor Cabang Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II tanggal 22 September 2012 yang diikuti oleh 58 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Sultan Mahmud Badaruddin II. d. Pelatihan ESQ Basic Training BUMN di Jakarta International EXPO Kemayoran tanggal 11 Oktober 2012 yang diikuti oleh 93 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Utama Soekarno-Hatta dan Kantor Cabang Halim Perdanakusuma. e. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema Melalui Nilai-nilai Pribadi Luhur Agar Sukses Dunia Akhirat di Hotel Serena Bandung tanggal 22-23 Oktober 2012 yang diikuti oleh 30 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Husein Sastranegara. f. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema Pelatihan Kewirausahaan Bagi Pengusaha Kecil Sukses Mitra Binaan Angkasa Pura II (Persero) di Hotel Novotel tanggal 23 Oktober 2012 diikuti oleh 65 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Depati Amir.

47 g. Pelatihan Mitra Binaan Program Kemitraan Tahun 2012 di Hotel Aston Tanjungpinang tanggal 5 November 2012 yg diikuti oleh 34 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Raja Haji Fisabilillah. h. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema Diklat Manajemen Usaha Mitra Binaan Angkasa Pura II (Persero) di Wisma Hijrah Aceh tanggal 07-08 November 2012 diikuti oleh 50 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Sultan Iskandar Muda. i. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema Pelatihan Manajemen Usaha Kecil di Aula BKKBN Pontianak tanggal 27 Desember 2012 yang diikuti oleh 20 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Supadio. j. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema Pelatihan Mitra Binaan Tahun 2012 PT. AP II di Kampus LPP Perkebunan Medan tanggal 19-20 Desember 2012 yang diikuti oleh 25 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Polonia. k. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema Pengembangan Spirit Wirausaha di Hotel Dyan Graha Pekanbaru tanggal 26-27 Desember 2012 yang diikuti oleh 50 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Sultan Syarif Kasim II. l. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema Pelatihan Administrasi Dasar dan Motivasi Mitra Binaan di Hotel Grand Pasifik Bandung tanggal 20-21 Desember 2012 yang diikuti oleh Mitra Binaan dari Kantor Cabang Husein Satranegara. adalah: Beberapa contoh kegiatan promosi/pameran yang diselenggarakan tahun 2012

48 a. Pameran INACRAFT yang diselenggarakan dari tanggal 25-29 April 2012 bertempat di JCC yang diikuti oleh 8 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Halim Perdanakusuma Jakarta, Kantor Cabang Husein Sastranegara Bandung, Kantor Cabang Polonia Medan, Kantor Cabang Supadio Pontianak, Kantor Cabang Sultan Thaha Jambi, Kantor Cabang Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, dan Kantor Cabang Utama Soekarno-Hatta. b. Pameran Indonesia Fashion & Craft yang diselenggarakan dari tanggal 08-12 Agustus 2012 bertempat di JCC yang diikuti oleh 10 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Utama Soekarno-Hatta, Kantor Cabang Halim Perdanakusuma, dan Kantor Cabang Husein Sastranegara. c. Pameran Bandung Air Show 2012 yang diselenggarakan dari tanggal 27-30 September 2012 bertempat di Bandara Husein Sastranegara yang diikuti oleh 4 Mitra Binaan. d. Pameran Index Dubai yang diselenggarakan dari tanggal 24-27 September 2012 bertempat di Dubai Uni Emirat Arab yang diikuti oleh 1 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Utama Soekarno - Hatta. e. Pameran Banten Expo yang diselenggarakan dari tanggal 25-30 September 2012 bertempat Serang yang diikuti oleh 1 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Utama Soekarno-Hatta. f. Pameran Gebyar Potensi Unggulan dan Wisata Banten yang diselenggarakan dari tanggal 11-14 Oktober 2012 bertempat di Summarecon Mall Serpong yang diikuti oleh 2 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Utama Soekarno-Hatta.

49 g. Pameran Expo Pangan Kuliner Nusantara yang diselenggarakan dari tanggal 27 s/d 30 November 2012 bertempat di Hotel Tiara Convention Medan yang diikuti oleh 1 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Polonia. h. Pameran Intrade Malaysia yang diselenggarakan dari tanggal 27-29 November 2012 bertempat di Menara MATRADE Kuala Lumpur Malaysia yang diikuti oleh 2 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Husein Sastranegara dan Kantor Cabang Halim Perdanakusuma. Pada tahun 2013, PT. AP II menghadirkan 12 Mitra Binaan dalam pameran kerajinan INACRAFT 2013-International Handicraft Trade Fair. PT. AP II menghadirkan 12 Mitra Binaan dalam pameran kerajinan INACRAFT 2013- International Handicraft Trade Fair 24-28 April 2013 di Balai Sidang Jakarta Convention Center. Selain mengikuti pameran bertaraf lokal, PT. AP II juga menfasilitas 2 (dua) Mitra Binaannya dari cabang Bandara Halim Perdanakusuma dan cabang Bandara Husein Sastranegara untuk mengikuti Pasar Malam Indonesia 2013 di Den Haag, Belanda pada tanggal 20-24 Maret 2013. Pameran ini diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Belanda dalam rangka mempromosikan keunikan Indonesia. Peserta pameran didatangkan langsung dari negara kepulauan di Indonesia, antara lain: perdagangan, budaya dan produk-produk investasi. 3. Sumber Dana Di dalam Pasal 8 ayat 1 PERMEN BUMN No. PER-09/MBU/07/2015, sumber dana Program Kemitraan sebagai berikut :

50 1) Penyisihan laba bersih setelah pajak yang ditetapkan dalam RUPS/Menteri pengesahan Laporan Tahunan BUMN Pembina maksimum sebesar 4 % (empat persen) dari laba setelah pajak tahun buku sebelumnya; 2) Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil dari Program Kemitraan; 3) Hasil bunga deposito, dan/atau jasa giro dari dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang ditempatkan; dan 4) Sumber lain yang sah. Sedangkan dalam KEPDIR PT. AP II Nomor Kep.01.02.08/01/2014 Bab II Huruf A ayat 2, sumber dana PKBL berasal dari: 1) Anggaran perusahaan yang diperhitungkan sebagai biaya, maksimal sebesar 2% (dua persen) dari laba bersih perusahaan tahun sebelumnya dan ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Perusahaan. Dalam kondisi tertentu (dalam hal perusahaan tidak memperoleh laba) besaran dana Program Kemitraan yang berasal dari anggaran perusahaan yang diperhitungkan sebagai biaya dari laba bersih. 2) Saldo dana Program Kemitraan yang berasal dari penyisihan sebagian laba perusahaan yang teralokasi sampai akhir tahun 2012. 3) Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagian dari bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional. 4) Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain (jika ada).

51 Dari kedua paparan tersebut di atas, sumber dana untuk pemberian pinjaman bantuan modal yang diterapkan oleh PT. AP II telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada. PT. AP II selama ini telah menyalurkan dana program kemitraan sejak tahun 2000 s/d November 2015 sebesar Rp. 22.487.700.000,- (dua puluh dua milyar empat ratus delapan puluh tujuh juta tujuh ratus ribu rupiah) dengan jumlah Mitra Binaan sebanyak 1.197 (seribu seratus sembilan puluh tujuh) Mitra Binaan dengan wilayah penyaluran dana adalah Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan. Hal ini sesuai dengan isi Pasal 6 ayat (1) dan (2) PERMEN BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 yang menyebutkan bahwa BUMN Pembina dapat menyalurkan dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan di seluruh wilayah Indonesia tetapi dengan tetap mengutamakan wilayah di sekitar BUMN termasuk kantor cabang/perwakilannya. Berikut tabel penyaluran dana yang telah diberikan kepada Mitra Binaan untuk Tahun 2014 dan 2015: No. TAHUN DAERAH Tabel 1. Daftar Penyaluran Dana Tahun 2014 dan 2015 JUMLAH MITRA BINAAN JUMLAH DANA YANG TELAH DIBERIKAN 1. 2014 a. Deli Serdang 21 Rp. 1.344.000.000,- b. Medan 10 Rp. 700.000.000,- c. Serdang Bedagai 2 Rp. 76.000.000,- T O T A L 33 Rp. 2.120.000.000,- 2. 2015 a. Deli Serdang 22 Rp. 1.315.000.000,- b. Medan 13 Rp. 1.040.000.000,- T O T A L 35 Rp. 2.355.000.000,- Catatan: Data diambil dari wawancara dengan Bapak Sonni Susanto, Junior Manager PKBL.

52 Berdasarkan tabel di atas dan hasil wawancara dengan Bapak Sonni Susanto, diketahui bahwa pada tahun 2015 hanya daerah Deli Serdang dan Medan yang diberikan pinjaman dana. Hal ini dilaksanakan agar pemberian dana dapat terfokus di domisili PT. AP II. 52 4. Penggunaan Dana Pasal 9 ayat (1) PERMEN BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 menyebutkan bahwa dana Program Kemitraan disalurkan dalam bentuk : a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aset tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan; b. Pinjaman tambahan untuk membiayai kebutuhan yang bersifat jangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan. Berdasarkan KEPDIR PT. AP II Nomor KEP.01.02.08/01/2014 Bab II Huruf A ayat 3, penggunaan dana PKBL adalah sebagai berikut: a. Pinjaman kepada usaha kecil untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan, dapat diberikan dalam bentuk dana/uang atau berupa fisik. b. Pinjaman khusus yang digunakan untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan dalam jangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan dan rekanan usaha Mitra Binaan, dengan jangka waktu pinjaman maksimum 1 (satu) tahun. 52 Wawancara dengan Bapak Sonni Susanto (Wawancara dengan Bapak Sonni Susanto III), di Deli Serdang, tanggal 25 Januari 2016.

53 c. Beban pembinaan 1) Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan program kemitraan. 2) Beban pembinaan bersifat hibah maksimal 20% (dua puluh persen) dari dana program kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan. 3) Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau hanya untuk kepentingan Mitra Binaan. d. Beban Operasional Digunakan untuk mendukung pelaksanaan program kemitraan yang dananya bersumber dari jasa administrasi pinjaman, marjin, bagian dari bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro Unit PKBL program kemitraan. Beban operasional untuk Program Kemitraan menjadi beban BUMN Pembina sebagaimana tercantum dalam Pasal 13 PERMEN BUMN No. PER-09/MBU/07/2015. Besarnya beban operasional tersebut ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran PKBL. Beban operasional digunakan untuk membiayai kegiatan Unit PKBL yang berkaitan dengan kegiatan operasional program kemitraan sebagai berikut: 1) Biaya survei. 2) Biaya monitoring. 3) Biaya kerja sama penagihan (pelaksanaan kerja sama sesuai persetujuan Direksi/Senior General Manager/General Manager). 4) Biaya administrasi bank.

54 5) Pengadaan dan pemeliharaan alat kerja. 6) Biaya rapat koordinasi. 7) Biaya kegiatan karyawan unit program kemitraan yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan fungsi pembinaan, administrasi dan keuangan. 8) Biaya tenaga outsourcing pelaksana PKBL. 9) Biaya pendampingan promosi/pameran Mitra Binaan. 10) Biaya administrasi lainnya sesuai persetujuan Direksi/Senior General Manager/General Manager. Apabila dana beban operasional yang tersedia pada Program Kemitraan tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan, maka dapat diberikan tambahan biaya yang dianggarkan dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) perusahaan sebagai beban perusahaan. Apabila pada akhir tahun terdapat sisa dana dari beban operasional, maka sisa dana tersebut dapat digunakan untuk membiayai beban operasional tahun berikutnya dan/atau sebagai tambahan sumber dana program kemitraan. Rincian anggaran beban pembinaan dan beban operasional dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) PKBL. 5. Kerjasama dengan BUMN Penyalur dan/atau Lembaga Penyalur Untuk meningkatkan optimalisasi pelaksanaan program kemitraan, perusahaan dapat melakukan kerjasama dengan BUMN Penyalur dan/atau Lembaga Penyalur. Hal ini sesuai dengan Pasal 7 PERMEN BUMN No. PER-

55 09/MBU/07/2015 bahwa apabila diperlukan, BUMN Pembina dapat bekerjasama dengan BUMN lain untuk membantu tugas penyaluran Program Kemitraan BUMN tersebut dan kerjasama tersebut harus dituangkan dalam perjanjian yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Kerjasama antara Perusahaan dengan BUMN Penyalur dan/atau Lembaga Penyalur dituangkan di dalam perjanjian kerjasama yang sekurang-kurangnya memuat: 53 1. Para pihak yang melakukan kerjasama. 2. Maksud dan tujuan kerjasama. 3. Jumlah dana program kemitraan yang dikerjasamakan. 4. Hak dan kewajiban masing-masing pihak. 5. Jangka waktu kerjasama. 6. Sanksi. 7. Keadaan memaksa (force majeure). 8. Penyelesaian perselisihan. B. Usaha Kecil 1. Pengertian Usaha Kecil Dalam Pasal 1 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2008 bahwa yang dimaksud Usaha Kecil adalah Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak 53 Bab II Bagian J KEPDIR PT. AP II Nomor KEP.01.02.08/01/2014 tentang Sistem dan Prosedur Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan PT. AP II.

56 perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Sedangkan dalam Pasal 1 butir 8 pada PERMEN BUMN No.PER- 09/MBU/07/2015, Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. Dalam Bab I huruf D angka 9 KEPDIR PT. AP II No. KEP.01.02.08/01/2014, usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala lecil/usaha perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan usaha yang mempunyai omzet per tahun setinggi-tingginya Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) atau asset/aktiva setinggi-tingginya Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Asas dan Tujuan Usaha Kecil Dalam Pasal 2 UU No. 20 Tahun 2008 bahwa Usaha Kecil berasaskan : a. Kekeluargaan. Asas yang melandasi upaya pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai bagian dari perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional untuk kesejahterahan seluruh rakyat Indonesia.

57 b. Demokrasi Ekonomi. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah diselenggarakan sebagai kesatuan dari pembangunan perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat. c. Kebersamaan. Asas yang mendorong peran seluruh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Dunia Usaha secara bersama-sama dalam kegiataannya untuk mewujudkan kesejahterahan rakyat. d. Efisiensi Berkeadilan. Asas yang mendasari pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif dan berdaya saing. e. Berkelanjutan. Asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang dilakukan secara berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh dan mandiri. f. Berwawasan lingkungan. Asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. g. Kemandirian.

58 Asas pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang dilakukan dengan tetap menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan dan kemandirian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. h. Keseimbangan Kemajuan. Asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional. i. Kesatuan Ekonomi Nasional. Asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang merupakan bagian dari pembangunan kesatuan ekonomi nasional. 3. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan Usaha Kecil Prinsip pemberdayaan Usaha Kecil yang tertuang pada Pasal 4 UU No. 20 Tahun 2008 yaitu : a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri. b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan. c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. d. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. e. Penyelenggaran perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian secara terpadu. Sedangkan pemberdayaan tujuan pemberdayaan Usaha Kecil pada Pasal 5 UU No. 20 tahun 2008 yaitu :

59 a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan. b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. 4. Kriteria Usaha Kecil Kriteria Usaha Kecil yang telah tertuang pada Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2008 yaitu : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah). Pasal 3 ayat (1) PERMEN BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 menyebutkan usaha kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah : a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil

60 penjualan tahunan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah); b. Milik warga negara Indonesia; c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; d. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk usaha mikro dan koperasi; e. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan; f. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun; dan g. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable). Dalam praktek, umumnya semua Mitra Binaan yang memperoleh pinjaman Program Kemitraan tidak memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). Begitu juga mengenai hasil penjualan tahunan tidak lebih dari Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) karena Mitra Binaan yang memperoleh pinjaman Program Kemitraan itu adalah usaha kecil. C. Syarat dan Prosedur Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal PT. AP tidak langsung menerima calon Mitra Binaan yang mengajukan proposal kepadanya. PT. AP II terlebih dahulu meneliti prospek dan kelayakan usahanya, sehingga Mitra Binaan yang memiliki kriteria khususlah yang dapat

61 menerima bantuan modal dari PT. AP II. Hal ini bertujuan agar Mitra Binaan yang diberikan bantuan modal dapat berkembang menjadi usaha yang lebih baik. 54 Prosedur Pemberian Bantuan Pinjaman Modal oleh BUMN program kemitraan tidak dapat dipisahkan dari ketentuan-ketentuan hukum perjanjian yang berlaku bagi semua perjanjian. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1319 KUH Perdata, yang menyatakan semua perjanjian baik yang bernama maupun perjanjian tidak bernama tunduk pada peraturan-peraturan umum dalam Buku III KUH Perdata. Kemitraan dapat dihubungkan dengan KUH Perdata yang mengacu pada Buku III tentang Perikatan. Perikatan sendiri mempunyai pengertian dua pihak atau lebih yang saling mengikatkan diri dalam suatu perjanjian. Perikatan mempunyai 2 (dua) sumber sesuai dengan Pasal 1233 KUH Perdata, yaitu perikatan yang bersumber dari undang-undang dan perikatan yang bersumber dari perjanjian. Dilihat dari proses pemberian pinjaman maka kerja sama antara BUMN selaku pembina dan Mitra Binaannya bersumber pada undang-undang dan perjanjian. Kemitraan merupakan implementasi dari beberapa peraturan perundang-undangan yang relevan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Perjanjian antara para pihak biasanya dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis (kontrak) dan kontrak yang dibuat merupakan suatu undang-undang bagi para pihak yang saling mengikatkan dirinya, kontrak tersebut harus dipatuhi, hal ini berlaku juga dalam perjanjian antara PT. AP II, dengan Mitra Binaannya sesuai dengan Pasal 1338 ayat (2) Jo. Pasal 1340 KUH Perdata. Bila salah satu pihak tidak melaksanakan perjanjian sesuai apa yang telah 54 Wawancara dengan Bapak Sonni Susanto I, op.cit.

62 diperjanjikan maka akan mendapatkan akibat hukum sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan program kemitraan usaha kecil agar tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Dana program kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aset tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) huruf a PERMEN BUMN No. PER- 09/MBU/07/2015, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis perjanjian yang sesuai untuk kerjasama ini adalah perjanjian kredit antara BUMN Pembina dengan Mitra Binaannya. Dalam Pasal 11 PERMEN BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tata cara penyaluran pinjaman dana Program Kemitraan yaitu : 1. Calon Mitra Binaan menyampaikan rencana dan/atau proposal kegiatan usaha kepada BUMN Pembina, dengan memuat sekurang-kurangnya data sebagai berikut : a. Nama dan alamat unit usaha; b. Nama dan alamat pemilik/pengurus unit usaha; c. Bukti Identitas diri pemilik/pengurus; d. Bidang usaha; e. Izin usaha atau surat keterangan usaha dari pihak yang berwenang;

63 f. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan dan beban, neraca atau data yang menunjukan keadaan keuangan serta hasil usaha); g. Rencana usaha dan kebutuhan dana; h. Surat Pernyataan tidak sedang menjadi Mitra Binaan BUMN Pembina lain. 2. BUMN pembina melaksanakan evaluasi dan seleksi atas permohonan yang diajukan oleh calon Mitra Binaan. 3. Dalam hal BUMN Pembina memperoleh calon Mitra Binaan yang potensial, sebelum dilakukan perjanjian pinjaman, calon Mitra Binaan tersebut harus terlebih dahulu menyelesaikan proses administrasi terkait dengan rencana pemberian pinjaman oleh BUMN Pembina bersangkutan. 4. Pemberian pinjaman kepada calon Mitra Binaan dituangkan dalam surat perjanjian / kontrak yang sekurang-kurangnya memuat: a. Nama dan alamat BUMN Pembina dan Mitra Binaan. b. Hak dan kewajiban BUMN Pembina dan Mitra Binaan. c. Jumlah pinjaman dan peruntukannya. d. Syarat-syarat pinjaman (sekurang-kurangnya jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman). e. BUMN Pembina dilarang memberikan pinjaman kepada calon Mitra Binaan yang menjadi Mitra Binaan BUMN Pembina lain. Proses pemberian pinjaman dari PT. AP II kepada Mitra Binaannya menurut KEPDIR PT. AP II Nomor KEP. 01.02.08/01/2014 dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

64 1. Kantor Pusat a. Pelaku usaha kecil mengajukan permohonan pinjaman kepada Deputi Direktur PKBL, dengan proposal yang dilampiri: 1) Rencana usaha dan kebutuhan penggunaan dana. 2) Pas foto terbaru suami isteri/penanggung jawab berikutnya masingmasing 1 (satu) lembar. 3) Foto kopi KTP suami isteri/penanggung jawab berikutnya yang masih berlaku. 4) Foto kopi kartu keluarga. 5) Izin usaha (untuk pinjaman di atas Rp. 50.000.000,-) atau Surat Keterangan berusaha dari Lurah/Kepala Desa setempat (untuk pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,-). 6) Nama, alamat dan denah lokasi tempat tinggal dan tempat usaha. 7) Foto usaha. 8) Perkembangan kinerja usaha: a) Arus kas, perhitungan pendapatan dan beban, neraca untuk pinjaman di atas Rp. 50.000.000,-. b) Data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha unuk pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,-. b. Unit PKBL melalui seleksi, evaluasi administrasi dan survei lapangan atas proposal yang diterima.

65 c. Berdasar hasil evaluasi dan survei proposal yang layak diberi pinjaman diajukan oleh Deputi Direktur PKBL kepada Direktur Keuangan untuk mendapatkan persetujuan. d. Deputi Direktur PKBL memberitahukan persetujuan proposal kepada calon Mitra Binaan. e. Unit PKBL menginformasikan dengan koordinator BUMN Pembina setempat tentang rencana pemberian pinjaman atas proposal yang akan dievaluasi. f. Penandatanganan Perjanjian Pinjaman diatur sebagai berikut: 1) Oleh Direktur Keuangan atau Deputi Direktur PKBL sesuai dengan kewenangannya (Perusahaan). 2) Calon Mitra Binaan: a) Usaha perorangan: pemilik usaha atau penanggung jawab usaha. b) PT/CV: oleh Direktur Utama. c) Koperasi oleh Ketua dan Sekretaris/Bendahara sesuai Rapat Anggota Tahunan (RAT). 3) Perjanjian pinjaman dibuat rangkap 2 (dua) beramaterai cukup, masingmasing untuk perusahaan dan Mitra Binaan. g. Untuk perlindungan pembayaran piutang, bila diperlukan unit PKBL dapat memfasilitasi kerjasama Mitra Binaan dengan perusahaan asuransi. h. Pelaku usaha kecil (Mitra Binaan) menyerahkan tanda perikatan pinjaman dan untuk Koperasi tidak diharuskan, kecuali ada kesepakatan untuk menyerahkan tanda perikatan ketika dilakukan survei.

66 i. Deputi Direktur PKBL melaporkan pelaksanaan pemberian pinjaman kepada Direktur Keuangan. 2. Kantor Cabang a. Pelaku usaha kecil mengajukan permohonan pinjaman kepada Senior General Manager/General Manager c.q Manager SME-CD (Kantor Cabang Bandara Soekarno Hatta), Finance Manager (Kantor Cabang Kualanamu), dan Finance Administration & Comercial Manager (Kantor Cabang lainnya) setempat dengan melampirkan proposal permohonan pinjaman. b. Kantor Cabang melaporkan rencana evaluasi dan survei lapangan untuk calon Mitra Binaan harus mendapatkan persetujuan Deputi Direktur PKBL. c. Kantor Cabang melaksanakan evaluasi administrasi dari calon Mitra Binaan, survei lapangan calon Mitra Binaan dapat dilakukan bersama-sama dengan petugas PKBL Kantor Pusat. d. Hasil evaluasi/survei yang layak diberi pinjaman, diajukan oleh Kantor Cabang kepada Deputi Direktur PKBL untuk mendapatkan persetujuan Direktur Keuangan. e. Kantor Cabang menginformasikan dengan Koordinator BUMN Pembina setempat tentang rencana pemberian pinjaman atas proposal yang telah disetujui. f. Proposal yang telah mendapat persetujuan, maka General Manager memberitahukan calon Mitra Binaan tentang persetujuan pinjaman. g. Penandatangan surat perjanjian pinjaman atas nama:

67 1) General Manager/Finance Senior Manager untuk Kantor Cabang Utama Bandara Soekarno Hatta. 2) Calon Mitra Binaan: a) Usaha perorangan: pemilik usaha atau penanggung jawab usaha. b) PT/CV: oleh Direktur Utama. c) Koperasi oleh Ketua dan Sekretaris/Bendahara sesuai Rapat Anggota Tahunan (RAT). 3) Perjanjian pinjaman dibuat rangkap 2 (dua) bermeterai cukup, masingmasing untuk perusahaan dan Mitra Binaan. h. Untuk perlindungan pembayaran piutang, bila diperlukan unit PKBL dapat memfasilitasi kerjasama Mitra Binaan dengan perusahaan asuransi. i. Pelaku usaha kecil (Mitra Binaan) menyerahkan tanda perikatan pinjaman dan untuk Koperasi tidak diharuskan, kecuali ada kesepakatan untuk menyerahkan tanda perikatan ketika dilakukan survei. j. Kantor Cabang melaporkan pelaksanaan pemberian pinjaman kepada Direksi, dengan tembusan kepada Deputi Direktur PKBL. Dalam KEPDIR PT. AP II No. KEP.01.02.08/01/2014 terdapat Pemberian Pinjaman Khusus. Pinjaman khusus digunakan untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan dalam jangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan dan rekanan

68 usaha Mitra Binaan, dengan jangka waktu pinjaman maksimum 1 (satu) tahun. Tata cara pemberian pinjaman khusus Program Kemitraan, yaitu: 1. Kantor Pusat a. Pelaku usaha kecil (Mitra Binaan) mengajukan permohonan pinjaman kepada Deputi Direktur PKBL dengan melampirkan kontrak atau Surat Keputusan surat pesanan pengadaan barang/jasa dari rekanan Mitra Binaan. b. Unit PKBL mengadakan evaluasi administrasi dan lapangan atas proposal yang diajukan, apabila hasil evaluasi dipandang layak untuk diberi pinjaman, maka Deputi Direktur PKBL mengajukan usulan kepada Direktur Keuangan untuk mendapatkan persetujuan pinjaman. c. Apabila Mitra Binaan telah mendapat persetujuan untuk mendapatkan pinjaman, maka Deputi Direktur PKBL memberitahukan: 1) Persetujuan pinjaman kepada Mitra Binaan. 2) Mitra Binaan menyerahkan asli surat perjanjian pengadaan barang/jasa. 3) Menyerahkan surat pernyataan bersedia membayar pinjaman dari rekanan Mitra Binaan atas kewajiban Mitra Binaan. 4) Selanjutnya perusahaan, Mitra Binaan dan rekanan Mitra Binaan menandatangani surat perjanjian pinjaman. 5) Perjanjian pinjaman dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan bermaterai cukup, masing-masing untuk perusahaan, Mitra Binaan dan rekanan Mitra Binaan.

69 2. Kantor Cabang a. Calon Mitra Binaan mengajukan permohonan pinjaman kepada Senior General Manager/General Manager dengan melampirkan kontrak/spk pengadaan barang/jasa dari rekanan Mitra Binaan. b. Unit PKBL Kantor Cabang melaksanakan evaluasi administrasi. c. Permohonan pinjaman yang telah dievaluasi diajukan kepada Deputi Direktur PKBL, untuk mendapat persetujuan Direktur Keuangan. d. Setelah mendapat persetujuan, Deputi Direktur PKBL memberitahukan kepada Kantor Cabang agar melaksanakan survey lapangan. e. Pelaksanaan survey/evaluasi dapat didampingi petugas PKBL Kantor Pusat. f. Dalam hal hasil evaluasi dinyatakan layak diberikan pinjaman, maka Kantor Cabang mengajukan usulan persetujuan kepada Deputi Direktur PKBL untuk disampaikan kepada Direktur Keuangan. g. Apabila calon Mitra Binaan telah mendapat persetujuan pinjaman, maka: 1) Kantor Cabang memberitahukan persetujuan pinjaman. 2) Mitra Binaan menyerahkan kontrak/spk asli pengadaan barang/jasa antara Mitra Binaan dengan rekanan Mitra Binaan. 3) Mitra Binaan menyerahkan surat pernyataan bersedia membayar atas kewajibannya. 4) Selanjutnya Senior General Manager/General Manager/Finance Administration and Commercial Manager dan Mitra Binaan menandatangani surat perjanjian pinjaman.

70 5) Perjanjian pinjaman dibuat rangkap 3 (tiga) dengan bermaterai cukup, masing-masing untuk perusahaan, Mitra Binaan dan rekanan Mitra Binaan. 6) Kantor Cabang melaporkan pelaksanaan pemberian pinjaman kepada Deputi Direktur PKBL. Diharapkan semua proses yang ada dilaksanakan sesuai prosedur yang berlaku, agar proses penyaluran dana pinjaman modal untuk Mitra Binaan usaha tersebut dapat berjalan dengan lancar, sehingga kedua belah pihak dapat mengambil manfaat dari program tersebut. D. Analisis Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal Apabila dilihat dari materi yang terdapat dalam pasal-pasal Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal, maka perjanjian tersebut menimbulkan atau memberikan hak dan kewajiban bagi para pihak untuk dipatuhi/dilaksanakan. Hak dan kewajiban para pihak tersebut termasuk perjanjian timbal balik yang memberi hak dan kewajiban bagi para pihak untuk dilaksanakan. Hak yang terdapat pada salah satu pihak menjadi kewajiban yang harus ditanggung oleh pihak lain. Dalam hal ini terlihat bahwa hak PT. AP II yang telah dikemukakan di atas merupakan kewajiban dari Mitra Binaannya, demikian juga sebaliknya, hak Mitra Binaan menjadi kewajiban PT. AP II. Di dalam Pasal 5 PERMEN BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 disebutkan bahwa BUMN Pembina mempunyai kewajiban sebagai berikut : 1. Membentuk unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan;

71 2. Menyusun Standard Operating Procedure (SOP) untuk pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang ditetapkan oleh Direksi; 3. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan; 4. Melakukan evaluasi dan seleksi atas permohonan pinjaman yang diajukan oleh dan untuk menetapkan calon Mitra Binaan; 5. Menyiapkan dan menyalurkan dana Program Kemitraan kepada Mitra Binaan dan dana Program Bina Lingkungan kepada masyarakat; 6. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap Mitra Binaan; 7. Mengadministrasikan kegiatan pembinaan; 8. Melakukan pembukuan atas Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan; 9. Menyampaikan laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan secara berkala kepada Menteri. Di dalam Pasal 4 PERMEN BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 disebutkan bahwa Mitra Binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut : 1. Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana dan/atau proposal yang menjadi dasar pemberian pinjaman oleh BUMN Pembina; 2. Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dengan BUMN Pembina; dan 3. Menyampaikan laporan perkembangan usaha secara periodik kepada BUMN Pembina sesuai dengan perjanjian.

72 Dalam Bab II Huruf G angka 2 KEPDIR PT. AP II No. KEP.01.02.08/01/2014 kewajiban Mitra Binaan yaitu : 1. Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang tertuang dalam proposal pengajuan pinjaman yang telah disetujui; 2. Mengelola dana pinjaman dengan baik, untuk perkembangan usaha dan modal kerja sesuai dengan tujuan di dalam perjanjian yang telah disepakati; 3. Menyelenggarakan pencatatan keuangan/pembukuan usaha Mitra Binaan dengan tertib dan dapat menyampaikan laporan kegiatan usaha ke unit PKBL untuk Kantor Pusat atau Pelaksana PKBL untuk Kantor Cabang secara periodik; 4. Apabila Mitra Binaan tidak mampu membuat laporan, petugas monitoring dapat membantu memberikan informasi pembuatan laporan dimaksud; 5. Membayar angsuran pinjaman tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati; 6. Melaksanakan kewajiban lain sebagaimana tersebut dalam kontrak. Perjanjian Kredit (judul Perjanjian Pemberian Bantuan Modal PT. AP II) terdiri dari 9 pasal yang berisi : 1. Pasal 1 mengenai pokok perjanjian; 2. Pasal 2 mengenai tujuan penggunaan dana dan masa berlakunya pinjaman; 3. Pasal 3 mengenai bukti perikatan; 4. Pasal 4 mengenai pelaksanaan yang ditunjuk; 5. Pasal 5 mengenai hak dan kewajiban; 6. Pasal 6 mengenai sanksi;

73 7. Pasal 7 mengenai penyelesaian tunggakan; 8. Pasal 8 mengenai perselisihan; 9. Pasal 9 mengenai penutup. Ketentuan-ketentuan di dalam Pasal 1, 2, dan 4 mengenai pokok perjanjian, tujuan penggunaan dana dan masa berlakunya pinjaman, serta pelaksanaan yang ditunjuk merupakan ketentuan yang berbeda pada masing-masing Mitra Binaan. Ketentuan-ketentuan ini tergantung dari permintaan dan merupakan hasil dari kesepakatan antara PT. AP II dengan masing-masing Mitra Binaan. Sedangkan isi Pasal 3, 5, 6, dan 7 perjanjian merupakan hak absolut PT. AP II. PT. AP II menetapkan klausula-klausula tersebut untuk dipenuhi dan ditaati oleh Mitra Binaan. 55 Klausula-klausula inilah yang disebut dengan klausula baku. Terkait dengan klausula baku Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal, di dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UU No. 8 Tahun 1999) dirinci mengenai larangan untuk pencantuman klasula baku di dalam setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila : 1. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha; 2. Menyatakan bahwa pelaku usaha menolak penyerahan kembali barang yamg dibeli konsumen; 55 Ibid.

74 3. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen; 4. Menyatakan pemberian kuasa di konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran; 5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen; 6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa; 7. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya; 8. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran. Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud di atas dinyatakan batal demi hukum. Klausula baku yang terdapat pada Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal tercantum pada : 1. Pasal 3 mengenai Bukti Perikatan.

75 Mitra Binaan wajib menyerahkan bukti itikad baik (jaminan) kepada PT. AP II sesuai yang disepakati sebagai perikatan untuk pinjaman tersebut. Bukti itikad baik tersebut akan dikembalikan oleh PT. AP II kepada Mitra Binaan setelah seluruh pinjaman telah dilunasi oleh Mitra Binaan. Namun apabila 6 (enam) bulan setelah jatuh tempo pelunasan pinjaman, Mitra Binaan belum melunasi pinjaman, maka bukti itikad baik yang dititipkan kepada PT. AP II bukan lagi menjadi tanggung jawab PT. AP II apabila terjadi hal-hal yang di luar kehendak dan kekuasaan PT. AP II seperti hilang, terbakar dan lain-lain. Melihat dari klausula tersebut, maka bukti perikatan Mitra Binaan yang sifatnya penting bagi Mitra Binaan akan menjadi tidak tersimpan dengan baik sehingga apabila terjadi kehilangan, kebakaran atau hal-hal lain yang mengakibatkan hilang atau musnahnya bukti perikatan Mitra Binaan tidak dapat berbuat apapun. 2. Pasal 5 mengenai Hak dan Kewajiban. a) Hak dan kewajiban yang dimiliki oleh PT. AP II, yaitu: (1) Berhak memberikan bimbingan dan pengembangan usaha kepada Mitra Binaan; (2) Berhak mengawasi, memantau dan meminta laporan Mitra Binaan tentang pemanfaatan pinjaman sesuai dengan maksud dan tujuan perjanjian ini; (3) Berhak untuk menahan bukti perikatan, sepanjang Mitra Binaan belum memenuhi kewajiban terhadap Mitra Binaan. b) Hak dan kewajiban yang dimiliki oleh Mitra Binaan, yaitu:

76 (1) Berhak untuk memanfaatkan pinjaman tersebut untuk kepentingan usaha sesuai dengan pemberian pinjaman. (2) Wajib memberikan laporan kepada PT. AP II tentang pemanfaatan pinjaman tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan perjanjian ini. (3) Wajib mengelola, memelihara dan menjaga keutuhan serta melaksanakan angsuran pengembalian pokok beserta jasa administrasi atas pinjaman tersebut dengan memperhatikan tujuan pinjaman. (4) Berhak untuk menyampaikan laporan perkembangan usaha kepada PT. AP II setiap triwulan selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh) tahun pertama triwulan berikutnya. Mengenai hak pemantauan perkembangan usaha Mitra Binaan oleh PT. AP II, KEPDIR PT. AP II Nomor KEP.01.02.08/01/2014 dalam huruf G angka 1 menyebutkan bahwa pemantauan dilakukan dengan monitoring, terhitung sejak penyaluran diterima oleh Mitra Binaan sampai dengan pelunasan pinjaman. Monitoring dapat dilaksanakan sebagai berikut: (1) Aktif, monitoring perkembangan usaha berdasarkan peninjauan lapangan ke lokasi Mitra Binaan minimal 1 (satu) kali selama pembinaan, dan dibuat laporan pelaksanaan monitoring kepada atasan. (2) Pasif, monitoring perkembangan usaha berdasarkan hasil laporan Mitra Binaan, korespondensi dan komunikasi dengan perusahaan.

77 (3) Pemantauan dilaksanakan selama masa pembinaan (sesuai dengan surat perjanjian pinjaman) kecuali ada permintaan penjadwalan kembali dari Mitra Binaan. 3. Pasal 6 mengenai Sanksi. Pasal ini memperlihatkan bahwa PT. AP II dapat membatalkan perjanjian dan menarik kembali sebahagian atau seluruh pinjaman yang diberikan kepada Pihak Kedua apabila Pihak Kedua tidak menaati kewajiban yaitu memberikan laporan kepada PT. AP II tentang pemanfaatan pinjaman, mengelola, memelihara dan menjaga keutuhan serta melaksanakan angsuran pengembalian pokok beserta jasa administrasi atas pinjaman tersebut dengan memperhatikan tujuan pinjaman, dan menyampaikan laporan perkembangan usaha kepada PT. AP II setiap triwulan selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh) tahun pertama triwulan berikutnya, serta menurut evaluasi Pihak Pertama pinjaman tidak digunakan sesuai dengan tujuan pemberian pinjaman. Ketentuan sanksi berdasarkan KEPDIR PT. AP II No. KEP. 01.02.08/01/2014 terdiri atas 4 (empat) bagian yaitu: a) Peringatan I Berupa konfirmasi piutang yang diberikan kepada Mitra Binaan atas keterlambatan pembayaran yang sudah jatuh tempo hingga mencapai 2 (dua) bulan. b) Peringatan II

78 Apabila 2 (dua) setelah peringatan I, Mitra Binaan tidak juga merespon, maka kepada Mitra Binaan diberi Peringatan II. c) Peringatan III Apabila 2 (dua) setelah peringatan II, Mitra Binaan tidak menyelesaikan piutang diberikan Peringatan III. d) Bukti Tanda Keseriusan Pinjaman tetap disimpan PT. AP II selama pinjaman belum dilunasi. Klausula-klausula tersebut ditetapkan oleh PT. AP II agar Mitra Binaan terhindar dari kelalaian sehingga PT. AP II dapat menyelesaikan kewajibannya dengan tepat waktu dan lancar. Pasal 1266 KUH Perdata menyebutkan syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik, andaikata salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada Pengadilan. Namun dengan adanya kesepakatan para pihak yang menyetujui batalnya perjanjian, Pasal 1266 KUH Perdata tersebut dapat dikesampingkan, dengan kata lain apabila Mitra Binaan tidak menaati kewajiban antara lain pembayaran pengembalian pinjaman maka PT. AP II diperbolehkan untuk membatalkan secara sepihak perjanjian dan sekaligus juga menarik kembali sebahagian atau seluruh pinjaman yang diberikan kepada Mitra Binaan. 4. Pasal 7 mengenai Penyelesaian Tunggakan.

79 Di dalam pasal ini disebutkan bahwa apabila Pihak Kedua lalai memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman tersebut kepada Pihak Pertama, maka Pihak Pertama akan menyerahkan penyelesaian tunggakan hutang piutang Pihak Kedua kepada KPKNL Medan. Tata cara pembayaran angsuran pinjaman, yaitu: 56 a) Masa cicilan maksimal 36 (tiga puluh enam) bulan. b) Pembayaran cicilan pokok dan jasa administrasi pinjaman dapat diberi masa tenggang waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal penandatanganan surat perjanjian pinjaman dan dana pinjaman diterima oleh Mitra Binaan. c) Angsuran dibayarkan ke rekening bank PKBL (rekening kemitraan), yang ditetapkan dalam lampiran surat perjanjian pinjaman dengan mencantumkan nama dan alamat pemilik usaha (Mitra Binaan) atau menyetor langsung ke kas PKBL atau kepada petugas SME-CD/PKBL pada saat monitoring. d) Menginformasikan pelunasan pinjaman dengan mengirimkan fotokopi bukti pembayaran dan bukti setoran angsuran pinjaman disimpan oleh Mitra Binaan. Apabila dibandingkan dengan larangan pencantuman klausula baku pada UU No. 8 Tahun 1999 maka klausula baku yang terdapat pada Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal tidak termasuk klausula baku yang dilarang sehingga klausula baku tersebut diperbolehkan sepanjang perjanjian tersebut telah mereka 56 Bab II Bagian I KEPDIR PT. AP II Nomor KEP.01.02.08/01/2014 tentang Sistem dan Prosedur Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan PT. AP II.